Bab 56
Tamara mengira Dokter Bayu punya
pandangan yang berbeda, jadi dia segera bertanya dengan penuh harap, "
Dokter Bayu, Anda juga beranggapan bahwa Pil Mujarab yang dikonsumsi ayah
mertuaku itu asli, 'kan?"
"Huh. Sudah kuduga, mana mungkin
Pil Mujarab itu palsu. Menantuku khusus memintanya dari Gunung Grima. Tubuh
ayah mertuaku lemah, jadi dia nggak mampu menahan khasiat dari Pil Mujarab.
Wajar saja dia pingsan!"
Tamara merasa dirinya paling benar.
Sayangnya, perkataannya itu malah dibalas dengan cibiran dari Dokter Bayu.
"Dasar bodoh. Ternyata kamu benar-benar bodoh."
"Yang dikonsumsi Tuan Besar
kalian paling-paling hanya pil tonik. Pil Mujarab? Naif sekali. Aku malas
berdebat dengan orang-orang bodoh seperti kalian!"
1
Dipermalukan berulang kali membuat
tubuh Tamara yang pendek dan gemuk itu bergetar hebat.
Jika memungkinkan, dia benar-benar
ingin mencari lubang dan bersembunyi di dalamnya.
Ken berkata kepada Edward, "Kak
Edward, sepertinya kamu sudah tertipu. Bahkan, Dokter Bayu pun mengatakan Pil
Mujarab-mu palsu!"
Edward diam-diam mengumpat dalam
hati, 'Buat apa si bego ini membicarakan hal seperti ini sekarang?'
"Haha. Ken benar. Sepertinya ada
orang yang berani menipuku."
"Aku pasti akan mencari keadilan
untuk Kakek."
Edward langsung melemparkan
kesalahannya pada orang yang memberinya Pil Mujarab itu.
Saat ini, Dokter Bayu tiba-tiba
bertanya, "Kalau begitu, siapa orang yang menyelamatkan nyawa kakek kalian
barusan?"
"Orang itu mampu menyelamatkan
kakek kalian dari bahaya hanya dalam waktu singkat. Harus kuakui, dia memang
punya dasar medis yang kuat."
Emilia menunjuk Nathan sambil
berkata, "Dokter Bayu, Nathan-lah yang menyelamatkan kakekku."
Di saat bersamaan, Emilia diam-diam
melirik Nathan dan memberi isyarat agar pria itu memberi salam pada Dokter
Bayu.
Sayangnya, Nathan tidak bergerak
sedikit pun, yang membuat Emilia sangat marah.
Pria ini sama sekali tidak punya
motivasi. Dia bahkan tidak tahu bagaimana memanfaatkan kesempatan langka
seperti ini. Benar-benar bodoh.
Dokter Bayu menatap Nathan dan
mengamatinya dari atas ke bawah. "Nak, nggak kusangka, di usia yang begitu
muda, keterampilan medismu sudah seperti itu."
"Aku suka orang berbakat. Aku
rasa kamu punya masa depan yang menjanjikan. Bagaimana kalau kamu berguru
padaku? Aku jamin kamu pasti akan menjadi dokter hebat di masa depan."
Begitu mendengar itu, anggota
Keluarga Sebastian tidak lagi tenang.
Bisa-bisanya Nathan diterima menjadi
muridnya Dokter Bayu. Dia benar-benar beruntung.
Keluarga Wijaya di Beluno memiliki
tradisi dalam mewariskan pengobatan dan juga punya warisan budaya yang
mendalam.
Jika bisa menjadi murid Dokter Bayu,
maka orang itu pasti akan sukses dan terus naik ke posisi puncak.
Ken tampak cemburu. Dia berkata tanpa
malu-malu, " Dokter Bayu, bagaimana kalau Anda menerima saya sebagai murid
Anda? Saya juga pria yang punya bakat luar biasa!"
Tamara maju dan tanpa malu-malu
mempromosikan putranya.
"Dokter Bayu, ini putraku. Kakaknya
adalah CEO berbakat di Beluno. Sebagai adiknya, dia juga punya bakat yang nggak
jauh berbeda. Kamu harus menerimanya sebagai muridmu!"
Dokter Bayu menunjuk dirinya sendiri
sambil bertanya, " Kamu kira tempatku itu begitu sembarangan? Bahkan,
menerima sampah sebagai murid?"
Tamara dan Ken mundur karena malu,
seolah-olah wajah mereka telah ditampar keras.
Benar-benar memalukan sekali!
Dokter Bayu mengabaikan keduanya dan
menatap Nathan lagi. "Nak, nggak banyak bibit unggul yang bisa mencuri
perhatian dariku. Kesempatan sekarang berada di depan matamu. Semuanya
tergantung kamu bisa memanfaatkannya atau nggak."
Emilia berkata, "Nathan, cepat
berterima kasihlah pada Dokter Bayu."
Edward berkata dengan nada meledek,
"Benar, Nathan, bukankah kamu hanya seorang dokter kecil? Bahkan, nggak
punya status ataupun kekayaan."
"Kalau kamu mengikuti Dokter
Bayu, asalkan dia memberimu inakan, bisa dikatakan, kamu sudah cukup beruntung
dalam hidup ini!"
Yang lain juga memandang Nathan
dengan iri. Mereka diam-diam mengumpat bahwa Langit tidak adil. Mengapa yang
disukai Dokter Bayu bukan mereka, melainkan gigolo tidak berguna ini?
Di saat ini, Nathan pun membuka
mulutnya.
Nada suaranya tenang. "Maaf,
Dokter Bayu, kamu masih nggak layak menjadi guruku!"
No comments: