Bab 220
"Siapa yang berani pergi? Aku
akan membunuhnya."
Melihat tiga anggota Keluarga
Sebastian hendak pergi, Edward menjadi gila.
Dia langsung memerintahkan dua puluh
pengawal Keluarga Halim masuk ke dalam dan mengepung tiga anggota Keluarga
Sebastian itu.
Tamara ketakutan hingga hampir
kehilangan keseimbangan. Dia gemetar dan berkata, "Edward, apa yang ingin
kamu lakukan? Dasar bajingan! Apa kamu ingin Emilia membencimu?"
Ken mengangkat tangannya dan berkata
dengan arogan, "Kita lihat saja siapa yang berani bertindak? Sialan!
Keluarga Halim kalian hebat, tapi memangnya kamu bisa memaksa orang menikah
denganmu?"
Mata Edward memerah. Dia maju ke
depan dan menampar wajah Ken.
Plak! Plak! Plak!
Tamparan demi tamparan itu membuat
mulut dan hidung Ken menyemburkan darah. Dia menjerit dan bersiap untuk balik
melawan Edward.
Salah seorang pengawal Keluarga Halim
mendengus dingin dan langsung menendang pinggang Ken.
Sembari berteriak histeris, Ken
langsung berguling-guling di tanah sambil memegangi perutnya.
Sakit yang dia rasakan bahkan tidak
bisa diungkapkan dengan kata-kata lagi.
Tamara dan Emilia sama sekali tidak
menyangka bahwa Keluarga Halim akan sungguh mengambil tindakan.
Tamara berlari ke arah Edward sambil
berteriak, "Dasar berengsek! Akan kuhancurkan wajahmu itu."
Wajah Edward tampak garang. Dia
langsung menampar keras Tamara dengan punggung tangannya.
Saking kerasnya tamparan itu, tubuh
gemuk Tamara bahkan berputar dua kali di tempat. Dia kemudian terjatuh ke tanah
dan berteriak histeris.
"Tolong, Tuan Edward mau
membunuh orang!"
"Keluarga Halim kejam. Mereka
sama sekali nggak punya gaya keluarga terpandang. Mereka menindas yang lemah.
Nggak adil!"
Sayangnya, jeritan Tamara hanya
ditanggapi dengan ketidakpedulian Edward.
"Teriaklah. Dasar wanita tua.
Aku sudah memesan seluruh Taman Khirani ini. Kalau aku nggak mendapatkan apa
yang aku inginkan malam ini, aku pasti akan mengubur kalian berdua hidup-hidup
di sini."
Emilia buru-buru memapah Tamara.
Wajahnya tampak ngeri. "Edward, ibuku benar. Kamu benar-benar
berengsek!"
Edward tersenyum sinis sambil
melangkah maju. "Ya, aku memang berengsek."
"Asal kamu tahu saja,
penampilanmu yang murni dan polos ini sudah lama membuatku memikirkan hal-hal
yang liar."
"Mulanya, asal kamu patuh dan
menikah denganku, lalu memberikan Grup Sebastian sebagai mas kawinmu, aku masih
bisa memperlakukanmu dengan hormat."
"Tapi kalian bertiga semuanya
begitu hina. Kalau begitu, maaf. Kalau kalian nggak menuruti perintahku hari
ini, aku yakin kalian pasti akan mati mengenaskan di sini!”
Saat ini, Emilia baru merasa
ketakutan.
Dia tidak pernah membayangkan bahwa
wajah asli Edward akan begitu kejam, tercela, dan bengis.
Selain itu, apa yang baru saja
dikatakan Edward?
Dia juga harus menggunakan Grup
Sebastian sebagai mas kawin?
Emilia tiba-tiba menyadari bahwa
Edward bukan hanya ingin memilikinya, tetapi juga ingin mengambil alih Grup
Sebastian.
"Sekarang buka bajumu."
"Buka semua pakaianmu dan
berbaringlah. Aku akan menidurimu di depan ibumu dan adikmu yang nggak berguna
itu."
Edward menjilati bibirnya. Dia
sepertinya sudah kelihatan akal sehatnya.
Keinginannya yang telah lama
terpendam dan kerakusannya terhadap Emilia, begitu pula dengan hasrat yang
tersembunyi dalam lubuk hatinya langsung meledak.
Wajah Tamara tampak berlumuran darah.
Dia pun berteriak, "Edward, kamu bajingan. Kamu nggak akan mati dengan
mudah!"
Edward kembali menendang wajah Tamara
dan membuat wanita itu pingsan.
Melihat adegan itu, pikiran Emilia
mendadak kosong.
Apa dirinya bukan hanya salah menilai
pria, tetapi juga akan membuat Grup Sebastian jatuh ke tangan orang lain?
Bagi wanita arogan sepertinya, ini
termasuk sebuah pukulan fatal.
Minta bantuan!
Setelah tertegun selama beberapa
saat, ada pemikiran yang muncul di benak Emilia.
Hal pertama yang terlintas di
pikirannya adalah pria yang berhasil menekan Edward di saat acara lelang.
No comments: