Bab 87
Dokter Bayu benar-benar marah kali
ini.
Dia sendiri dikenal sebagai dokter
genius, tetapi cucunya tidak mencarinya untuk berobat, melainkan mencari orang
luar. Bukankah ini secara tidak langsung menyebut kakeknya tidak berguna?
Tiara berkata dengan marah,
"Baiklah. Kalau begitu, biarlah Kakek yang mengobatiku. Aku nggak mau jadi
wanita yang punya kelainan rahim lagi. Kakek, tolong obati aku sekarang
juga."
Dokter Bayu tertegun dan tertawa
canggung, "Tiara, Kakek masih meneliti bagaimana cara mengobati penyakit
anehmu."
"Jangan cemas, ya? Beri Kakek
beberapa tahun lagi. Kakek pasti bisa menyembuhkanmu."
Tiara berkata dengan sedih,
"Kakek, kamu mengatakan hal yang sama tiga tahun lalu. Setelah tiga tahun
berlalu, kamu bilang tiga tahun lagi. Apa masa muda cucumu bisa bertahan selama
itu?"
"Usiaku sudah 28 tahun. Kalau
terus begini, aku pasti akan menjadi perawan tua. Apa Kakek ingin melihat
cucumu seperti ini selamanya?"
Sembari berbicara, Tiara tampak
sedikit emosional. Matanya juga memerah.
Hati Dokter Bayu kembali melunak. Dia
pun mendesah." Yang kamu katakan benar. Ini semua gara-gara Kakek nggak
punya kemampuan untuk mengobatimu."
"Tapi kemampuan macam apa yang
dimiliki bocah ini hingga dia bisa mengobati penyakit yang bahkan nggak bisa
Kakek atasi?
Tiara menggigit bibirnya dan berkata,
"Aku nggak tahu Nathan bisa menyembuhkanku atau nggak, tapi aku ingin
mencobanya!"
Dokter Bayu menatap tajam Nathan.
"Bocah, kamu sungguh punya kemampuan seperti itu?"
Nathan berkata dengan nada datar,
"Ada atau nggak, Dokter Bayu akan segera mengetahuinya."
Dokter Bayu langsung tertegun.
Melihat hal itu, Brian buru-buru
berkata, "Guru, jangan izinkan bocah ini. Aku rasa dia pasti
pembohong."
Dokter Bayu mengerutkan kening dan
bertanya balik, " Pembohong?"
Brian berkata, "Ya, dia pasti
punya maksud pada Tiara. Itu sebabnya, dia tanpa malu-malu menawarkan diri
untuk mengobati Tiara."
"Coba Guru pikirkan baik-baik.
Kalau membiarkannya mengobati penyakit Tiara, bukankah dia akan melihat seluruh
tubuh Tiara?"
Dokter Bayu segera menggelengkan
kepalanya dan berkata, "Benar. Tiara, nggak boleh membiarkan hal seperti
itu terjadi."
"Karena Kakek nggak
mengizinkannya, aku juga nggak akan memaksa. Kalau begitu, Kakek saja yang
mengobatiku, bagaimana?" kata Tiara dengan dingin.
Dokter Bayu tertegun. Cucu
kesayangannya benar-benar keras kepala seperti dirinya. Sama-sama sulit
dihadapi.
"Tiara, nggak perlu bocah ini
mengobati atresia rahim yang kamu idap, aku juga bisa menyembuhkanmu!"
seru Brian dengan sombong.
"Asalkan kamu memberiku waktu
satu tahun, aku akan pergi ke Lembah Pendawa untuk belajar. Setelah aku kembali
nanti, aku pasti bisa mengobatimu."
Tiara terkejut. "Kak Brian,
Lembah Pendawa adalah pusat pengobatan Isernia kita. Kamu bilang mau pergi ke
sana belajar, apa mereka bersedia mengajarimu?"
Brian menatap Tiara dan berkata
dengan penuh kasih sayang, "Tiara, kamu seharusnya tahu perasaanku
padamu."
"Aku nggak tahu Lembah Pendawa
mau mengajariku teknik pengobatan atau nggak. Tapi asalkan itu untukmu,
sekalipun harus mati, aku juga nggak akan menyesal!"
Wajah Tiara memerah, tetapi dia masih
terdiam.
Hati Brian tiba-tiba memanas. Dia
mendekati gadis di depannya. "Tiara, kita sudah berteman sejak kecil. Kita
tumbuh dewasa bersama dan juga belajar kedokteran bersama."
"Karena pembicaraan sudah sampai
pada titik ini, aku akan jujur saja. Aku menyukaimu. Aku nggak akan menikahi
wanita lain lagi dalam hidup ini."
Setelah melirik Nathan sekilas, Brian
mencibir lagi. " Bocah, aku nggak peduli apa pun niatmu pada Tiara, tapi
aku sarankan sebaiknya kamu menjauh darinya."
"Baik itu dari status ataupun
ilmu medis, akulah pasangan yang paling cocok untuk Tiara. Kamu mungkin bisa
menipu Tiara dengan akal busukmu, tapi kamu nggak bisa menipuku."
"Kalau kamu ngotot nggak mau
melepaskan Tiara, itu berarti kamu cari mati sendiri!"
No comments: