Bab 31
Nathan maju ke depan dan
mengangkatnya. "Sudah kubilang, kamu akan mengompol, tapi kamu masih nggak
percaya!"
Rendra meraung dan mendorong lututnya
ke depan untuk menghantam dada Nathan.
Dengan suara teredam, Nathan tidak
bergerak sama sekali. Bahkan, dia masih sempat memperlihatkan senyum menawan.
Rendra terkejut. Pukulan barusan
sudah cukup untuk mematahkan tulang dada orang biasa.
Namun, bocah ini masih bisa tertawa!
Plak, plak, plak!
Nathan mencengkeram kepala Rendra,
lalu menahannya di atas meja sambil menyeretnya dengan kasar.
Piring-piring, gelas anggur, dan
botol yang dia lewati semuanya langsung pecah hingga berkeping-keping.
Kepala Rendra berlumuran darah. Dia
meraung. "Aku akan menghabisi seluruh keluargamu!"
Gerakannya secepat kilat. Dia
mengeluarkan sebuah pisau dan berniat menusukkannya ke pinggang Nathan.
"Kak Rendra memang hebat dan
berkemampuan tinggi!"
Nathan tersenyum dan memujinya, lalu
menyambar pisau Rendra dengan kecepatan yang menakjubkan.
Jleb!
Pisau itu berbalik menusuk telapak
tangan Rendra, menembus sampai ke dalam hingga menancap di meja.
"Argh!"
Jeritan melengking keluar dari mulut
Rendra.
Orang-orang di sekitar, termasuk
Tiara, juga terkejut saat ini.
"Rendra sungguh dikalahkan oleh
gigolo ini?"
"Bukankah Rendra berasal dari
keluarga bela diri dan pernah bertugas di militer? Bagaimana dia bisa begitu
lemah?"
"Bukannya Rendra lemah, tapi
pecundang ini... terlalu kuat!"
Salah satu tangan Rendra tertancap di
atas meja. Dia menjerit kesakitan dan hampir mematahkan giginya.
"Kalau kamu hebat, bunuh saja
aku. Kalau nggak, aku pasti akan membunuhmu!"
Prang!
Begitu selesai berbicara, Nathan
mengambil sebotol Lafite 1983 dan menuangkannya ke kepalanya.
Rendra mengumpat,
"Sialan...."
Buk, bak! 1
Nathan meluncurkan dua pukulan
beruntun. Kepala Rendra terasa berdengung. Dia juga menyemburkan banyak darah.
Saat ini, dia bahkan hampir tidak
bisa berdiri dengan stabil lagi.
"Kamu berani menyentuhku! Kak
Arjun, Kak Arjun pasti ...."
Nathan tertawa. "Kak Arjun pasti
nggak akan melepaskanku, 'kan?"
Usai melontarkan kata-kata itu.
Nathan langsung mendaratkan sebuah
tendangan tepat mengenai dagu Rendra. Bagaikan bola meriam, tubuh Rendra
seketika merobohkan ruang di klub satu demi satu, membuat banyak tamu yang
langsung berteriak ketakutan.
Nathan kembali ke tempat duduknya.
Dia menatap Tiara yang syok, lalu berkata sambil tersenyum tipis, "Aku
nggak butuh orang lain memberikan muka padaku karena aku sendiri sudah
memilikinya."
"Sekalipun ada yang mau
memberikannya, haha, mereka juga nggak sanggup, 'kan?"
Usai mengucapkan kata-kata ini dengan
nada datar, lalu meminum anggur di gelas untuk melegakan tenggorokannya, dia
pun menepuk-nepuk pakaiannya dan bersiap meninggalkan tempat itu.
Saat dia lewat, para tamu yang
tadinya mengejeknya langsung memberi jalan sambil memperlihatkann ekspresi
ngeri di wajah mereka.
Manajer klub tampak ragu-ragu.
"Tunggu ... tunggu sebentar."
"Kamu sudah menghancurkan
barang-barang di sini. Jadi, kamu ha ... harus ganti rugi!"
Nathan menyeringai. "Bukankah
Tuan Edward bilang aku boleh bermain sesuka hatiku hari ini? Ganti rugi? Kamu
bisa tagih bayarannya sama Tuan Edward langsung!"
Wajah manajer berubah muram, tetapi
dia tidak berani lagi mengucapkan sepatah kata pun.
Namun, dalam hatinya dia diam-diam
mengumpat. Sialan, semua kursi, meja, dan barang di klub ini ditata dengan
sepenuh hati dan bernilai mahal.
Kerusakan ini setidaknya akan membuat
mereka rugi puluhan miliar!
Saat Tiara menyusul ke luar, bayangan
Nathan sudah menghilang.
"Bocah ini kuat sekali."
"Meski dia berhasil menaklukkan
Rendra, bagaimana dia menghadapi Arjun, penguasa lokal Gluton? Apa dia nggak
takut Arjun akan membalas dendam padanya?"
Setelah dipikir-pikir, Tiara pun
mengeluarkan ponselnya dan menelepon Regina.
"Regina, ada sesuatu yang harus
kuceritakan padamu."
Kemudian, dia menceritakan tentang
bagaimana Nathan menjatuhkan Rendra, anak buah terhebat Arjun di Klub Balavan.
Setelah mendengar itu, Regina
langsung berseru, " Celaka!"
Tiara buru-buru berkata, "Aku
juga merasa Nathan akan celaka. Arjun pasti akan turun tangan mengambil
tindakan sendiri kali ini."
Regina tersenyum dan berkata,
"Bukan, maksudku Arjun dan pasukan bawah tanah di Gluton semuanya akan
berakhir celaka."
Kemudian, dia mengabaikan Tiara yang
tertegun dan langsung menutup telepon.
No comments: