Bab 136
Pak Henry yang duduk bersandar di
sofa tersenyum sinis. "Memandang kamu itu adiknya Bu Emilia, aku nggak
akan perhitungan denganmu."
"Tapi anak muda, aku ingin
menasihatimu. Jangan menilai orang dari penampilannya. Kamu kira dari mana
datangnya kepercayaan diriku untuk bersikap sombong seperti ini?"
Tamara membela putranya.
"Bukankah hanya seorang CEO kaya baru? Apa hebatnya?"
Pak Henry mendengus dingin.
"Wanita tua, kamu juga suka memandang rendah orang lain, 'kan? Haha. Kamu
bisa tanyakan kehebatanku pada Bu Emilia."
"Tanpa aku, proyek Gluton kalian
nggak mungkin bisa berhasil."
Tamara dan Ken dipenuhi dengan
kebencian. Mereka sangat tidak puas.
Sebelum menunggu keduanya berbicara,
Emilia sudah menegurnya. "Bu, kalian sungguh ingin mengacaukan
masalah?"
"Untuk proyek Gluton, hanya Grup
Makarim yang punya material berkualitas terjamin. Atau apa kalian bisa mencari
pemasok material baru untukku?"
Tamara dan putranya tidak berani
berbicara lagi. Mereka hanya berdiri di samping dengan kepala tertunduk.
Pak Henry tersenyum puas. "Bu
Emilia memang wanita hebat di komunitas bisnis Beluno dan juga CEO yang
berkelas. Selain cantik, Bu Emilia juga sangat pandai berbisnis,"
Emilia berkata dengan nada datar,
"Pak Henry terlalu memuji. Barusan keluargaku sudah salah. Aku minta
maaf."
"Sekarang, ayo kita bahas
tentang pasokan material Grup Makarim."
Pak Henry tertawa. Dia melambaikan
tangannya dan berkata, "Nggak usah buru-buru. Masalah ini nggak
mendesak."
Sambil menjentikkan jarinya, Henry
berkata kepada pengawalnya. "Lakukanlah!"
Detik berikutnya, dua pengawal
langsung maju ke depan. Yang satunya meletakkan dua gelas di atas meja dan yang
satunya lagi membuka anggur merah dan mengisi kedua gelas itu.
Melihat itu, Emilia mengerutkan
kening dan bertanya, " Pak Henry, apa maksudnya?"
Pak Henry mengambil segelas anggur
dan berkata sambil tersenyum, "Apa maksudku? Tentu saja, aku ingin
bersulang dengan Bu Emilia untuk merayakan kerja sama kita yang sukses."
Emilia menolak dengan halus.
"Tapi kontrak kita masih belum ditandatangani. Aku bisa minum bersama Pak
Henry setelah kita menyelesaikan masalah kontrak."
Henry tersenyum dan berkata, "Bu
Emilia, sebelum membahas bisnis denganku, aku biasanya punya tiga aturan. Apa
Bu Emilia nggak tahu?"
"Pertama, minum sedikit anggur
untuk melembapkan tenggorokan. Kedua, bermainlah dengan model-model muda untuk
menghilangkan stres. Ketiga, sembari bermain dengan model-model muda, aku juga
akan minum-minum. Bukankah itu merupakan kenikmatan tertinggi dalam
hidup?"
Berbicara sampai di sini, mana
mungkin Emilia tidak mengerti apa yang dimaksud Pak Henry?
Emilia berusaha menahan rasa jijiknya
dan berkata dengan nada dingin, "Pak Henry, aku akan segera bertunangan
dengan putra sulung Keluarga Halim. Jadi, maaf, Pak Henry, aku nggak bisa
menemanimu minum."
Ken menggertakkan giginya dan
berkata, "Pak Henry, kamu ingin minum, 'kan? Biarlah aku yang menemanimu
minum."
Tamara juga tersenyum dan berkata,
"Lantaran Pak Henry suka minum, kita bisa pergi ke restoran untuk minum
setelah kontrak ditandatangani. Grup Sebastian kami akan traktir dan memastikan
Pak Henry akan bersenang-senang."
Wajah Pak Henry berubah gelap. Dia
mendengus. "Bu Emilia, orang-orangmu banyak omong. Tolong suruh mereka
diam saja. Jangan sampai mereka memengaruhi suasana hatiku."
"Aku tahu kamu akan bertunangan
dengan Tuan Edward. Semua orang di Beluno sudah tahu masalah ini. Keluarga
Sebastian kalian juga termasuk mendapatkan menantu kaya."
Sambil tersenyum sinis, Pak Henry
berkata dengan nada bercanda, "Tapi aku nggak melakukan apa pun padamu
kan, Bu Emilia? Aku hanya ingin minum denganmu. Meski Tuan Edward tahu, dia
juga nggak bisa melakukan apa pun padaku."
Emilia berusaha menahan rasa jijik
dan berkata, " Baiklah. Kalau begitu, aku akan temani Pak Henry minum. Aku
harap Pak Henry nggak mabuk dan kita masih bisa membahas bisnis."
Pak Henry tidak bergerak, tetapi
memandang Emilia sambil menjilat bibirnya. "Bu Emilia sangat lugas, tapi
aku masih punya satu permintaan."
No comments: