Bab 137
"Pak Henry, apa kamu nggak
merasa permintaanmu terlalu banyak?"
Emilia mengucapkan kata-kata itu
sambil menggertakkan giginya.
Henry ini benar-benar menguji batas
kesabarannya.
Pak Henry tersenyum dan berkata
dengan tenang, "Bu Emilia, jangan marah dulu. Dengarkan aku. Wanita cantik
sepertimu akan segera menjadi wanita Tuan Edward. Jujur saja, aku merasa nggak
enak."
"Apa di antara kalian ada yang
bisa membayangkan bagaimana rasanya merindukan sesuatu, tapi nggak bisa
mendapatkannya? Hanya bisa memandangnya, tapi nggak bisa menikmati
rasanya?"
Ken berkata dengan nada tidak sabar,
"Pak Henry, langsung katakan saja apa yang kamu inginkan. Jangan omong
kosong. Kecuali Tuan Edward, nggak ada pria lain yang pantas untuk
kakakku."
"Aku juga berpikir demikian. Bu
Emilia dan Tuan Edward itu pasangan serasi!" ucap Pak Henry sambil
tertawa.
"Jadi, aku nggak berani minta
yang lain lagi. Aku hanya punya satu permintaan kecil. Aku ingin Bu Emilia
menyilangkan tangan untuk bertukar gelas dan minum anggur bersamaku sambil
bertatap muka. Sejujurnya, permintaan ini nggak berlebihan, 'kan?"
Di bawah tatapan gemetar dari tiga
anggota Keluarga Sebastian, Pak Henry kembali melanjutkan tanpa malu-malu.
"Orang Barat sana biasanya saling menyapa dengan ciuman, bukankah itu
etiket yang normal? Sedangkan aku hanya ingin minum segelas anggur dengan Bu
Emilia. Haha. Aku janji, hanya minum segelas saja."
Emilia sangat jijik. Tak disangka, setelah
bicara panjang lebar, Henry punya niat jahat padanya.
Tanpa berpikir panjang, Emilia
langsung menolak. " Maaf, aku nggak bisa memenuhi permintaan Pak Henry.
Tamara juga langsung memakinya.
"Henry, kamu pasti memikirkan wanita sampai gila, 'kan? Kalau kamu ingin
bermain, pergi cari wanita murahan. Beraninya kamu mengincar Emilia kami? Apa
kamu nggak bercermin dan lihat wajah bopengmu itu? Menjijikkan sekali!"
"Masih berani berharap untuk
bertukar gelas anggur dengan kakakku? Aku sarankan, sebaiknya Pak Henry ajak
wanita tua saja," ucap Ken dengan nada meremehkan.
Pak Henry sangat marah dan berdiri
sambil berteriak keras, "Baiklah. Lantaran Grup Sebastian kalian nggak
menghargai kami, jangan harap kalian akan mendapatkan pasokan bahan-bahan dari
kami."
Selesai berbicara, wajah Henry
langsung berubah. Dia bangkit dari tempat duduknya dan bersiap untuk pergi.
Emilia panik, tetapi tidak bisa
berbuat apa-apa.
Jelas-jelas Pak Henry ingin mengambil
keuntungan darinya dan punya niat jahat.
Namun jika mereka tidak bisa
mendapatkan pasokan material dari Grup Makarim, proyek baru mereka tidak akan
bisa dimulai.
Apa yang harus dia lakukan?
Tamara langsung menghalanginya dan
berkata dengan kasar, "Henry, kamulah yang nggak menghargai kami. Kamu
nggak boleh pergi. Kamu harus menandatangani kontrak dengan Grup Sebastian kami
dulu."
Wajah Pak Henry berubah gelap.
"Minggir, dasar wanita tua. Berani mengancamku? Kamu pikir kamu
siapa?"
Dia langsung melayangkan sebuah
tamparan dan membuat Tamara terhempas.
Tamara terbiasa keras kepala.
Sayangnya, sekarang dia bertemu dengan lawan yang kejam. Dia dipukul dengan
keras hingga separuh wajahnya bengkak. Dia terjatuh ke bawah sambil berteriak.
Emosi Ken langsung mendidih. Dia pun
berteriak, " Bajingan!"
Dia bergegas maju ke depan dan hendak
memukul Pak Henry.
Alhasil, perutnya langsung ditendang
oleh pengawal Henry. Dia memuntahkan semua isi perutnya dan mengerang kesakitan
sambil memegangi perutnya.
"Dasar nggak berguna! Kalau
bukan karena Keluarga Halim masih punya pengaruh di Beluno, aku pasti akan
memberi pelajaran pada kalian hari ini."
"Beraninya kalian bersikap
lancang di hadapanku? Coba kalian tanyakan pada orang lain. Apa ada orang yang
aku takuti di Beluno ini?"
Pak Henry langsung meludah ke arah
Ken yang tergeletak di lantai. Dia mengangkat kepalanya tinggi-tinggi dan
ekspresi wajahnya penuh penghinaan.
"Bu Emilia, kalau kamu
menginginkan material, datanglah ke perusahaanku, bertukar gelas anggur dan
minum denganku. Oh ya, kamu juga harus mengenakan stoking hitam."
"Kalau nggak sanggup
melakukannya, maaf, siap-siap saja proyek kalian dibatalkan."
Kemudian, dia berbalik dan
menambahkan kata-katanya pada Emilia, yang mana wajahnya sudah berubah pucat
pasi.
Setelah itu, Henry baru merapikan
jasnya, menyenandungkan lagu, kemudian meninggalkan tempat itu tanpa
menghiraukan Keluarga Sebastian lagi.
No comments: