Bab 226
"Emilia, aku datang menjengukmu,
juga Bibi, dan Ken."
"Tadi malam aku memang agak
impulsif. Aku juga kehilangan akal sehat. Bisakah kamu memaafkanku?"
Begitu Edward sampai, dia langsung
memperlihatkan sikap rendah hati, seolah-olah dia itu pria yang berperilaku
baik dan berhati hangat.
Tamara mendengus dingin. "Maaf,
kami nggak menerima permintaan maafmu. Keluarlah dari sini."
Edward sama sekali tidak peduli. Dia
sudah menebak bahwa Tamara akan bersikap seperti itu.
Pria itu melihat sekeliling dan
mendapati Emilia tidak ada di sana, jadi dia langsung bertanya, "Di mana
Emilia? Dia pergi ke mana?"
Tamara tersenyum sinis. "Ke mana
dia pergi? Tentu saja menjauh dari pria berengsek sepertimu."
"Edward, lebih baik kamu menyerah
saja. Nggak ada seorang pun anggota Keluarga Sebastian yang bisa memaafkan
kelakuanmu tadi malam."
"Asal kamu tahu saja, Emilia
sudah balikan sama Nathan. Sekarang, mereka berdua mungkin lagi
bermesraan."
Wajah Edward tiba-tiba berubah muram.
Tatapannya seolah ingin membunuh orang. Matanya juga tampak berapi-api.
Tiara yang tadinya melipat tangan
sambil menyaksikan tontonan seru itu langsung mengubah ekspresinya dan berkata,
"Hei wanita tua, omong kosong apa yang kamu bicarakan?”
"Nathan dan Emilia nggak seperti
yang kamu gosipkan. Rumah sakit kami berbaik hati mengobati kalian sekeluarga,
tapi kamu masih saja ingin mencari masalah dengan Nathan?"
Tamara membusungkan dadanya dan
berteriak, "Apa kata-kataku salah? Putriku, Emilia, memang dibawa pergi
oleh Nathan, 'kan?"
Tiara tampak marah dan berkata,
"Itu karena Nathan masih mengingat hubungan kalian sebelumnya, jadi dia
baru mengajak Nona Emilia pergi makan dan beristirahat.
"Tapi kenapa begitu keluar dari
mulutmu jadi berbeda total?"
Edward marah besar dan langsung
berteriak, "Hentikan! Semuanya, diam!"
"Master Emir, ayahku memintamu
ikut denganku untuk menegakkan keadilan bagi Keluarga Halim."
"Sekarang sudah saatnya kamu
bertindak. Aku ingin Nathan si bajingan itu mati sekarang juga."
Hari ini, Edward bukan lagi membawa
pengawal biasa Keluarga Halim.
Sebaliknya, dia ditemani oleh master
bela diri keluarga mereka. Maksud Thomas sangat jelas. Kali ini, dia harus
membiarkan Nathan menanggung konsekuensi akibat berani memprovokasi Keluarga
Halim.
Seorang pria jangkung dan kurus
berpakaian abu-abu itu berdiri dan berkata dengan nada datar, "Jangan
khawatir, Tuan Edward. Bocah itu nggak akan bisa melihat matahari terbit besok
lagi."
Saat melihat wajah lelaki itu, Tiara
langsung panik.
Master Emir, salah satu dari tiga
master paling hebat dalam Keluarga Halim.
Keluarga Halim sekarang mengalami
masa-masa sulit, tetapi karena kehadiran tiga master besar, keluarga lain tidak
berani bertindak sembarangan.
Apalagi, Emir termasuk tokoh terkenal
dan berkuasa di wilayah keluarga bangsawan Beluno.
Sepak terjangnya kejam. Jika dia
turun tangan, pasti akan terjadi pertumpahan darah. Dia adalah anak buah paling
ganas yang dibesarkan oleh Thomas.
"Edward, ini Rumah Sakit
Perdana, bukan wilayah Keluarga Halim kalian."
Tiara langsung memarahinya. "Apa
Keluarga Halim kalian ingin mencari masalah dengan Grup Suteja dan juga
Keluarga Wijaya?"
Apa boleh buat. Saat ini, Tiara hanya
bisa mengandalkan reputasi keluarganya untuk menekan tindakan Edward yang sudah
mulai gila.
Edward menyeringai dan berkata,
"Tiara, aku sudah menahan rasa malu dan amarah selama ini, apa kamu kira
aku akan menyerah hanya karena ucapanmu barusan?"
"Ayahku yang menyuruh Master
Emir ikut bersamaku hari ini. Sekalipun kami membunuh Nathan di Rumah Sakit
Perdana, kamu kira apa yang bisa dilakukan kakekmu dan juga Keluarga Suteja
pada calon kepala Keluarga Halim sepertiku?"
Lantaran Edward tidak peduli dengan
masalah tersebut, Tiara bertambah cemas.
Emir memang bukan orang yang bisa
sembarang dikendalikan oleh Edward.
Apalagi, Edward juga telah
menjelaskan barusan. Ini semua diputuskan oleh Thomas sendiri.
Jika demikian, masalah ini akan
merepotkan.
No comments: