Bab 93
Ken berkata dengan ekspresi penuh
harap, "Entah pimpinan ini seorang pria atau wanita. Kalau dia seorang
wanita, sekalipun sudah tua, aku juga bersedia menjadi lelakinya."
Emilia mengerutkan kening dan
berkata, "Sebagai anggota Keluarga Sebastian, apa kamu nggak punya
pendirian?"
"Meski dia seorang wanita, kamu
juga nggak boleh sembarangan. Apa kamu kira pimpinan Grup Nugroho akan tertarik
padamu?"
Ken berkata dengan sedih, "Bu,
lihat. Kakak meremehkanku lagi. Hidup dengan mengandalkan wanita juga termasuk
keterampilan sekarang, oke?"
"Misalnya, Nathan si pecundang
itu. Setelah meninggalkan Kakak, dia juga mulai mengandalkan hidup dari nona
muda Keluarga Suteja. Jujur saja, aku iri pada bajingan itu!"
Tamara juga setuju. "Benar.
Emilia, nggak ada salahnya dengan ambisi Ken. Sangat sulit untuk menghasilkan
uang dan naik ke posisi yang lebih tinggi sekarang ini."
"Menurutku, kalau Ken
benar-benar bisa disukai oleh pimpinan wanita Grup Nugroho, sekalipun hanya menjadi
gigolo, juga nggak masalah. Aku mendukungnya sepenuhnya."
Emilia tidak ingin berbicara lagi.
Ibu dan adiknya selalu berpikir seperti ini. Jika dia terus lanjut berdebat
dengan mereka, hatinya akan lelah.
Namun, dia telah bertekad dan tidak
akan membiarkan adiknya menjadi seperti Nathan.
Bagaimana seorang pria dewasa
bertahan hidup dengan mengandalkan seorang wanita? Hal seperti ini hanya akan
membuatnya memandang rendah orang seperti itu.
Saat ini, Nathan sudah sampai di
panti asuhan.
Begitu masuk ke dalam, día langsung
bertemu dengan Emilia dan keluarganya.
Tamara juga melihatnya dan berkata
dengan marah, " Nathan, kenapa di mana-mana selalu ada kamu? Kamu
mengikuti Emilia ke mana pun dia pergi. Apa kamu nggak punya rasa malu?"
Emilia juga mengerutkan kening dan
menatap Nathan. Dia juga bertanya-tanya, kenapa pria ini bisa datang ke lokasi
konstruksi.
Ken mulai mengusirnya. "Nathan,
keluarlah dari sini sekarang juga. Kamu membuatku kesal. Aku beri tahu ya,
jangan kira kamu masih punya kesempatan untuk bersama dengan kakakku lagi.
Lebih baik kamu menyerah saja!"
Seorang eksekutif Grup Nugroho
bernama Yandi berjalan mendekat sambil memperlihatkan wajah tegas.
"Bu Emilia, apa maksud Keluarga
Sebastian kalian? Apa kalian nggak ingin bekerja sama lagi?"
Emilia tercengang dan bertanya,
"Pak Yandi, apa maksudmu?"
Tamara tersenyum dan buru-buru
berkata, "Pak Yandi, kami nggak melakukan apa pun. Kami berperilaku baik.
Kami hanya merasa terganggu oleh kedatangan orang nggak penting dan ingin
mengusirnya."
Pak Yandi marah dan berkata,
"Orang nggak penting? Aku rasa kamulah orang nggak penting itu!"
"Ini pimpinan kami, Pak Nathan,
orang yang bertanggung jawab dalam proyek yang aku ceritakan tadi. 11
Jder!
Emilia dan keluarganya yang berdiri
di sana langsung terkejut!
Nathan, si gigolo ini, ternyata salah
satu pimpinan di Grup Nugroho?
Ken sama sekali tidak memercayainya,
lalu maju ke depan dan berkata, "Pak Yandi, kamu pasti sudah salah. Orang
ini hanyalah seorang gigolo. Dia gigolo yang dipelihara kakakku sebelumnya.
Mana mungkin dia salah satu eksekutif Grup Nugroho kalian?"
Plak!
Pak Yandi langsung menamparnya dan
berkata dengan marah, "Beraninya kamu nggak sopan pada Pak Nathan?
Sepertinya kamu sudah bosan hidup. Keluar dari sini."
"Karena Grup Sebastian cari
mati, maka proyek ini akan dibatalkan!"
Setelah itu, dia langsung membungkuk
pada Nathan dan meminta maaf. "Tuan Nathan, maaf sudah meminta Anda datang
ke sini. Kami hanya mengikuti perintah Tuan Bima."
Saat ini, kakinya tampak gemetar. Dia
berharap bisa menangkap dan membunuh semua anggota Keluarga Sebastian di sini.
Sekumpulan pecundang yang tidak tahu
diri ini. Orang di hadapan mereka ini bukanlah sembarang orang. Bahkan, Tuan
Bima mereka juga harus hormat padanya.
Beraninya dia mengucapkan kata-kata
tidak sopan seperti itu. Dia bilang Tuan Nathan itu orang yang tidak penting.
Pak Yandi beranggapan bahwa anggota
Keluarga Sebastian sepertinya sudah bosan hidup.
No comments: