Bab 188
Regina berkata dengan nada datar,
"Paman nggak perlu khawatir sama hubunganku dengan Dokter Nathan.
Alih-alih membicarakan hal itu, Paman, bukankah lebih baik kita bahas masalah
penting saja?"
Thomas mengerutkan kening. Dia tidak
menyangka dirinya yang notabene kepala keluarga bangsawan akan menerima balasan
junior Keluarga Suteja yang sedikit pembangkang ini.
Lagi pula, Thomas hanya berniat baik
memberikan sedikit nasihat. Putranya, Edward, mengatakan bahwa Nathan memang
punya sedikit kemampuan, tetapi tidak banyak.
Dibandingkan dengan Regina, wanita
bangsawan dari Keluarga Suteja, mereka berdua sudah pasti tidak berasal dari
dunia yang sama.
Namun, pengendalian dirinya lebih
bagus dibandingkan Edward. Dia tersenyum dan berkata, "Baiklah. Kalau
begitu, mari kita bahas masalah penting."
"Regina, kamu mau beli Klub
Balavan ini, 'kan? Kalau begitu, Paman juga nggak akan sembarangan buka harga
lagi. Paman minta dua triliun!"
Saat nominal itu disebut, jangankan
Regina, bahkan Nathan pun tampak mengerutkan kening.
"Maaf, Paman. Kalau harganya dua
triliun, Keluarga Suteja kami nggak akan bisa membahas bisnis ini dengan
Keluarga Halim lagi!" kata Regina dengan dingin.
Regina sama sekali tidak menyangka,
Thomas, sebagai kepala keluarga, akan membuka harga setinggi itu. Thomas
benar-benar memperlakukannya seperti orang bodoh.
Edward tersenyum dan berkata,
"Regina, padahal Keluarga Halim kami lebih mengutamakan untuk memberikan
peluang ini pada Keluarga Suteja kalian."
"Kalau kamu nggak mau, masih ada
banyak orang yang mengantre untuk membeli klub nomor satu di Beluno ini.
Regina tampak ragu.
Dia tidak tertarik dengan Klub
Balavan.
Namun, dia barusan sudah terlanjur
bilang. Dia harus membeli klub ini dan memberikannya kepada Dokter Nathan.
Jika dia mundur sekarang, bukankah
akan membuat Dokter Nathan merasa ucapan terima kasihnya tidak tulus?
"Paman, jujur saja, dua triliun
terlalu tinggi. Bisakah kita menegoisasikannya lagi?" tanya Regina dengan
nada kompromi.
Thomas sangat gembira. Bagaimanapun
juga, Regina masih seorang junior. Masih berpikir untuk bermain trik dengannya?
Bukankah dia sudah terlalu naif?
Tentu saja dia tahu tidak ada seorang
pun yang bersedia membayar dua triliun untuk membeli Klub Balavan.
Akan tetapi, karena kepala Keluarga
Halim telah turun tangan secara pribadi, siapa pun yang menginginkan Klub
Balavan ini harus membayar harga mahal untuk mendapatkannya.
Thomas berpura-pura terlihat
kesulitan. Setelah berpikir dalam waktu lama, dia pun berkata lagi,
"Regina, Keluarga Halim dan Keluarga Suteja juga termasuk keluarga besar
kelas satu di Beluno.”
"Lantaran kamu sudah bilang
begitu, Paman tentu akan memberimu muka. Begini saja. Kamu bayar 1,6 triliun
saja!"
Alis Regina tampak berkerut.
Menurutnya, 1,6 triliun tetap saja
merupakan harga tinggi!
Klub Balavan ini tidak sepadan dengan
harganya sama sekali.
Sekretaris tak kuasa menahan diri
lagi dan langsung berkata, "Nona, kami rasa 1,6 triliun bukanlah harga
yang pantas untuk membeli Klub Balavan. Mohon dipertimbangkan lagi!"
Edward langsung memarahinya.
"Enyahlah! Kamu pikir kamu siapa? Siapa yang mengizinkanmu berbicara di
sini?"
Wajah sekretaris berubah pucat karena
ketakutan. Dia mundur ke belakang Regina. Dia sangat sedih. Bahkan, hampir
ingin menangis.
Thomas perlahan menyesap tehnya, lalu
berkata sambil tersenyum palsu, "Regina, kamu masih terlalu lembut dalam
mengatur bawahanmu."
"Kalau hal ini terjadi dalam
Keluarga Halim kami, dia pasti sudah dihukum berat dan dikeluarkan!"
Wajah Regina langsung berubah muram.
Thomas sedang mengajarinya cara
mengatur bawahannya. Namun, Regina merasa mengatur bawahannya adalah urusannya
sendiri. Dia tidak ingin orang lain ikut campur.
Terlebih lagi, yang dikatakan
sekretarisnya juga persis dengan apa yang dia pikirkan. Tampaknya Keluarga
Halim berencana memeras mereka dengan harga 1,6 triliun.
Saat ini, Thomas meletakkan cangkir teh di tangannya dan berkata sambil tersenyum, "Regina, Paman sudah memberimu muka dan mengurangi 400 miliar untukmu!"
"Kamu sudah mempertimbangkan
begitu lama, kalau kamu nggak jadi beli, itu berarti kamu meremehkan Paman dan
juga Keluarga Halim kami."
Wajah Regina langsung berubah.
Tiara yang hanya menyaksikan adegan
itu dari samping pun tidak bisa menyela. Dia juga mulai merasa kesal.
Thomas sedang memanfaatkan
senioritasnya untuk memaksa Keluarga Suteja membeli Klub Balavan dengan harga
tinggi!
No comments: