Bab 101
Tanpa perlu diragukan lagi, mereka
yang diundang pasti akan menerima sambutan baik dan juga ucapan terima kasih
dari wali kota.
Sebaliknya, usaha keras yang
dilakukan oleh Edward sendiri tidak membuahkan hasil sama sekali.
Yang paling sulit dia terima adalah
Nathan, si pecundang yang tidak berguna itu.
Atas dasar apa si pecundang itu lebih
unggul dibandingkan dirinya?
Edward adalah pemuda berbakat dan
juga generasi muda di Beluno yang punya masa depan menjanjikan.
"Nathan, dasar bajingan! Kamu
terus-terusan mencuri perhatian. Aku pasti akan cari kesempatan untuk
menyingkirkanmu!"
Sembari memendam emosi dalam hati,
Edward pun meninggalkan kediaman wali kota dengan kesal.
Emilia menelepon dan bertanya,
"Edward, bagaimana kondisi Pak Samuel sekarang?"
Edward memaksakan sebuah senyuman dan
menjawab, " Sudah nggak apa-apa. Pak Samuel sudah sembuh."
"Baguslah kalau begitu. Tapi
siapa yang begitu hebat dan bisa menyembuhkan Pak Samuel? Apa Dokter Bayu yang
kamu undang itu?" seru Emilia dengan senang.
"Emilia, kamu benar. Tentu saja
itu berkat Dokter Bayu yang aku undang. Siapa lagi yang punya kemampuan seperti
itu?"
Edward tampak tersenyum kecut.
Bisa-bisanya dia berbohong tanpa merasa malu sedikit pun.
Emilia berkata dengan gembira,
"Edward, kamu hebat sekali."
"Kalau begitu, Pak Samuel pasti
akan berterima kasih kepadamu dan juga Keluarga Halim."
Meski hatinya berdarah, nada bicara
putra sulung Keluarga Halim itu terdengar seolah-olah telah memenangkan situasi
tersebut.
"Tentu saja. Pak Samuel sudah mengundangku
masuk ke dalam. Tunggu kabar baik dariku, Emilia. Kalau begitu, aku tutup dulu
ya."
"Ya, pergilah. Pak Samuel pasti
ingin berterima kasih padamu secara langsung. Oh ya, Edward, sepertinya Nathan
juga pergi ke kediaman Pak Samuel. Apa kamu bertemu dengannya?"
Edward berkata dengan nada
meremehkan, "Emilia, jangan sebut namanya lagi. Dia barusan datang ke sini
dan mempermalukan dirinya sendiri. Terakhir, dia diusir oleh pengawal Pak
Samuel."
"Aku benar-benar nggak paham
dengan jalan pikirannya. Dia terus melakukan hal-hal yang membuatku bingung. Ya
sudah kalau begitu, aku sibuk dulu!" ucap Emilia sambil mendengus dingin.
Di aula utama.
Pak Samuel berkata dengan antusias,
"Tuan Nathan, aku benar-benar nggak tahu harus bagaimana membalas budimu
yang sudah menyelamatkan nyawaku."
Tanpa sadar, dia telah menggunakan
kata-kata yang formal untuk mengobrol dengan Nathan.
Dokter Bayu tertawa dan berkata,
"Dokter genius kecil inilah yang menyembuhkan penyakit Pak Samuel. Aku
sama sekali nggak membantu apa-apa, jadi Pak Samuel nggak perlu peduli
denganku."
"Apa Pak Samuel sungguh ingin
berterima kasih kepada Dokter Nathan?" tanya Regina sambil tersenyum.
Pak Samuel tertawa dan balik
bertanya, "Apa yang kamu bicarakan, Regina? Apa kamu merasa aku, yang mana
wali kota Beluno ini, nggak akan menepati janji?"
Regina bersandar pada tubuh Nathan
sambil berkata, " Dokter Nathan kami bukanlah orang yang mementingkan
uang. Kalau dia butuh uang, aku bisa memberikannya. Jadi, Pak Samuel nggak
perlu berpikir untuk memberinya uang."
Nathan merasa sedikit risih dengan
tindakan yang dilakukan Regina.
Orang lain mungkin akan beranggapan bahwa
dirinya telah 'dipelihara' oleh Regina.
"Kalau begitu, Tuan Nathan,
asalkan berada dalam kemampuanku, aku pasti akan memberikannya," kata
Samuel.
Nathan berpikir sejenak, lalu
berkata, "Aku biasanya menetapkan sebuah aturan saat mengobati orang. Aku
akan minta ramuan legendaris sebagai imbalan pengobatan."
"Ramuan legendaris?"
Samuel terkejut dan bertanya,
"Yang diinginkan Tuan Nathan adalah barang yang mengandung energi
spiritual dan jauh lebih berharga daripada tanaman obat?"
Nathan mengangguk dan berkata,
"Benar. Tapi aku nggak tahu apa Pak Samuel punya barang seperti itu
nggak."
Samuel tersenyum dan berkata,
"Ramuan legendaris sangat berharga dan sulit didapatkan. Kebanyakan orang
nggak bisa memperolehnya. Tuan Nathan sangat beruntung. Kebetulan aku punya
Daun Tujuh Bintang!"
Nathan sangat gembira. Daun Tujuh
Bintang adalah ramuan yang dia butuhkan.
Siapa sangka, dia bisa mendapatkannya
dari tangan Pak Samuel.
No comments: