Bab 111
Namun siapa sangka, suara Nathan
terngiang di telinganya saat ini.
"Bu Emilia puas, tapi aku belum
puas."
Emilia tercengang. Nathan masih belum
puas?
Dari mana Nathan mendapatkan
keberanian untuk mengajukan permintaan seperti itu? Bukankah seharusnya
berhenti di saat mereka masih unggul?
Samuel sangat kooperatif dan berkata,
"Tuan Nathan, katakan saja bagian mana yang kamu rasa belum puas. Biar aku
yang menyelesaikannya."
Nathan berkata dengan nada datar,
"Pertama, pinjaman yang kami butuhkan masih belum diproses. Kedua,
karyawan Bank Beluno bersekongkol dengan Alfian. Mereka juga bukan orang
baik."
"Aku rasa Pak Samuel seharusnya
nggak membiarkan parasit seperti itu terus berada dalam sistem yang melayani
rakyat."
"Aku akan mengutus orang lain
agar segera memproses pinjaman untuk kalian."
Tanpa perlu berpikir panjang, Samuel
langsung setuju.
Kemudian, dia melemparkan tatapan
dingin ke arah karyawan-karyawan tersebut. "Bersiaplah untuk mengundurkan
diri. Aku nggak ingin bicara panjang lebar lagi."
Wajah karyawan-karyawan itu seketika
berubah pucat. Mereka telah terbiasa mengikuti Alfian dan selalu bertindak
semena-mena.
Sekalipun ada orang yang melaporkan
tindakan mereka, belum ada yang mampu menangani mereka karena Alfian adalah
pelindung mereka.
Namun saat ini, perkataan Nathan langsung
membuat usaha keras mereka selama ini berubah menjadi sia-sia.
Karyawan wanita yang memakai baju
belahan rendah itu berlutut dan berseru, "Pak Samuel, Pak Alfian-lah yang
tertarik dengan kecantikan Bu Emilia dan ingin menodainya secara paksa. Itu semua
sama sekali nggak ada hubungannya dengan kami!"
"Pak Samuel, aku nggak bisa
kehilangan pekerjaan ini. Begini saja, aku akan mengakui semua kejahatan yang
dilakukan Alfian. Tolong lepaskan aku kali ini."
"Alfian berselingkuh dengan
bawahan wanitanya, menerima suap, dan memalsukan laporan keuangan ...."
"Dia juga menyalahgunakan dana
perusahaan untuk membeli banyak mainan seks pribadi, stoking, celana yoga,
karet gelang, dan lainnya. Pokoknya, semua barang -barang ini pada akhirnya
akan diklaim pada perusahaan."
Para karyawan yang ketakutan langsung
membongkar semua perbuatan yang dilakukan Alfian.
Wajah Samuel memucat. Dia langsung
mendaratkan tamparan keras di wajah Alfian.
"Bajingan! Bisa-bisanya kamu
melakukan begitu banyak hal buruk. Polisi, bawa dia pergi untuk
diselidiki."
Alfian yang mulanya tidak rela dan
dendam karena dipecat, kini ketakutan setengah mati.
Jika hal-hal yang dia lakukan
terbongkar, masalah yang akan dihadapi selanjutnya bukan hanya pemecatan saja.
Dia bahkan mungkin harus masuk penjara dan menghadapi tuntutan hukum.
Karyawan-karyawan itu mengira mereka
sudah bisa lolos dari hukuman dengan mengungkapkan perbuatan kotor yang
dilakukan Alfian.
Sayangnya, Samuel juga memerintahkan
mereka semua dibawa pergi untuk diselidiki tanpa terkecuali.
Tak lama kemudian.
Samuel mengutus orang agar
menyelesaikan pinjaman dengan cepat.
Saat meninggalkan Bank Beluno, Emilia
merasa apa yang terjadi barusan seakan-akan seperti mimpi.
"Nathan, Pak Samuel melakukan
semua ini demi kamu, ' kan?" tanya Emilia dengan ragu-ragu.
Siapa pun yang memiliki mata jeli
bisa menyadari bahwa Samuel barusan sedang berusaha menyenangkan Nathan.
Namun, Emilia sama sekali tidak
mengerti mengapa Nathan bisa diperlakukan seperti ini oleh Pak Samuel.
Tamara berkata dengan tidak senang,
"Emilia, apa kamu nggak salah? Bukankah Pak Samuel membantu kita juga
karena Edward?"
"Kakak iparku belum datang
mungkin karena ada urusan penting. Kak Emilia, jangan terburu-buru menyatakan
dia sebagai orang baik. Lantaran dia nggak pantas mendapatkannya!" seru
Ken.
"Nggak usah peduli Pak Samuel
melakukan semua ini demi siapa. Yang penting, pinjaman sudah disetujui. Lagi
pula, memangnya Bu Emilia peduli dengan orang yang membantu dari belakang
itu?" ujar Nathan dengan datar.
Emilia mengerutkan bibirnya.
"Aku... tentu saja aku peduli. Kalau memungkinkan, aku juga ingin
mengucapkan terima kasih kepadanya secara langsung."
"Nggak perlu berterima kasih.
Nggak butuh," ucap Nathan.
Emilia terkejut. "Jadi, Pak
Samuel bisa begitu mudah diajak bicara karena kamu?"
No comments: