Bab 82
Arjun tertegun, lalu tertawa dan
berkata, "Nona Tiara, kamu salah. Aku menghormati Tuan Nathan memang ada
sedikit hubungannya dengan Tuan Bima, tapi juga bukan sepenuhnya."
Tiara tidak begitu memercayainya.
"Bukankah kamu melakukan ini karena memandang dari muka Tuan Bima?"
Arjun mendengus dingin. "Meski
aku menghormati Tuan Bima, aku juga nggak sembarangan menjilat tokoh kecil yang
nggak berkepentingan, apalagi berlutut padanya."
"Aku beri tahu Nona Tiara saja,
sejujurnya, bukan hanya aku saja yang menghormati Tuan Nathan, tapi bahkan
orang terkaya kita pun sangat menghormati Tuan Nathan."
"Aku hanya bisa jelaskan sampai
di sini. Yang aku tahu nggak banyak. Aku juga nggak berani sembarangan bicara.
Pokoknya, sebaiknya kamu nggak bertanya terlalu banyak tentang masalah Tuan
Nathan."
Melihat ekspresi penuh waspada Kak
Arjun, Tiara makin kebingungan.
Bahkan Tuan Bima juga sangat
menghormati Nathan?
Orang terkaya di Beluno termasuk
tokoh yang paling berkuasa di Beluno. Apa dia akan menghormati dokter kecil
seperti Nathan?
Andai Tiara mendengar perkataan ini
dari orang lain, dia mungkin tidak akan percaya dan hanya akan menganggapnya
sebagai bualan belaka.
Namun, orang yang mengatakan hal itu
adalah penguasa Gluton, eksistensi yang bahkan ditakuti oleh Keluarga Wijaya.
"Nathan, mungkinkah aku sudah
buta dan salah menilai dirimu?"
Tanpa disadari, tubuh Tiara langsung
bergetar. Hatinya juga kacau.
Memikirkan kepercayaan tanpa syarat
Regina terhadap Nathan, hatinya makin terasa tidak enak.
Mungkin dia benar-benar telah salah
menilai Nathan.
"Tiara, merepotkanmu untuk
mengantar Dokter Nathan kembali. Kamu nggak boleh menindas Dokter Nathan-ku ya.
Kalau sempat terjadi, aku pasti akan menghajarmu sampai mati!"
Di pintu masuk klub, Regina mengancam
sahabatnya sambil tersenyum, lalu masuk ke mobil mewah milik Keluarga Suteja.
Tiara tidak peduli dengan ancaman
sahabatnya, lalu kembali ke wilayah Cusio bersama Nathan.
Di dalam mobil.
Suasana agak hening.
"Nathan, apa hubunganmu dengan
Tuan Bima, orang paling kaya di Beluno kami?" tanya Tiara dengan berpura
pura tidak peduli.
Nathan menatap pemandangan jalan di
luar jendela dan menjawab dengan santai, "Nggak ada hubungan apa-apa. Bima
itu termasuk... bawahanku!"
Bawahannya?
Orang terkaya di Beluno, tokoh yang
setara dengan kepala keluarga besar, hanya dianggap sebagai bawahan oleh
Nathan?
Tiara mengambil napas dalam-dalam dan
menekan rasa takut dalam hatinya.
Kali ini, dia tidak mengucapkan
kata-kata sinis ataupun menunjukkan ekspresi ketidakpercayaan.
Karena prasangka buruknya sebelumnya,
dia telah salah menilai pria ini.
Jika di saat seperti ini, dia masih
melihat segalanya dari sudut pandang yang sempit, maka kelak dia ataupun
seluruh Keluarga Wijaya entah akan menghadapi bencana seperti apa.
"Haha. Selama ini ada rumor di
kalangan atas Beluno bahwa Tuan Bima, orang paling kaya, sebenarnya bukan
berasal dari daerah kita."
"Kalau begitu, Nathan, kamu juga
bukan warga asli Beluno, 'kan?"
Tiara masih mencoba mencari tahu
latar belakang Nathan dengan bertanya secara tidak langsung.
Nathan mengalihkan pandangannya dari
jendela, menatapnya dalam, lalu bertanya sambil tersenyum, " Mengapa Bu
Tiara tiba-tiba begitu tertarik pada dokter kecil sepertiku?"
Tiara buru-buru menjawab. "Aku
hanya penasaran saja. Jangan berpikir terlalu banyak. Bagaimanapun juga, aku
berasal dari Keluarga Wijaya, keluarganya dokter genius. Pria yang bisa
membuatku tertarik, setidaknya harus yang seperti Edward."
Nathan mengangkat bahu dan berkata,
"Benar, Tuan Edward termasuk pemimpin dari Empat Tuan Muda Beluno. Dia
memang pria yang berbakat. Mana mungkin dokter kecil sepertiku bisa
dibandingkan dengannya?"
"Sebenarnya, apa yang kukatakan
tadi hanya untuk membodohimu. Mana mungkin dokter kecil sepertiku punya
hubungan dengan Tuan Bima, orang terkaya di Beluno? Kami nggak punya hubungan
sedikit pun!"
Tiara mendengus pelan dan berpikir
dalam hati, 'Mana mungkin aku percaya.'
No comments: