Bab 28
"Rendra, jangan begitu. Beri
muka padaku. Letakkan pisau itu!"
Tepat di saat Rendra bersiap
mengambil tindakan, sebuah suara samar terdengar.
Rendra mencibir, berbalik dan bersiap
mengatakan, siapa kamu sebenarnya? Kenapa aku harus memberimu muka?
Namun, saat melihat orang yang
berjalan mendekat adalah putra sulung Keluarga Halim yang berpakaian rapi,
terhormat dan berkelas.
Rendra segera menundukkan tubuhnya
dan berkata sambil memperlihatkan senyum palsu, "Tuan Edward, kenapa kamu
ada di sini?"
Edward ditemani oleh Emilia, perlahan
berjalan turun di bawah tatapan semua orang.
Pria tampan dan wanita cantik,
bagaikan pangeran dan putri dalam dongeng!
"Rendra, Kak Arjun-mu denganku
adalah saudara. Pokoknya, aku akan melindungi pria ini. Setelah itu, aku akan
menelepon Kak Arjun."
Edward tersenyum, seolah sedang
membicarakan masalah sepele.
Dia melirik Nathan sekilas. Ada
sebuah cahaya yang melintas di matanya.
Rendra tampak bingung. "Tapi
Tuan Edward, orang ini telah melukai belasan anak buah Kak Arjun tadi malam.
Dia telah mempermalukan Kak Arjun ...."
Edward berkata dengan nada datar,
"Aku akan bicara sama Arjun nanti. Kamu nggak perlu khawatir lagi. Aku
akan memberinya penjelasan."
"Kudengar anak buah Kak Arjun
ingin menyentuh tunanganku kemarin. Huh! Aku masih belum perhitungan dengan Kak
Arjun tentang masalah ini!"
Ekspresi wajah Rendra tiba-tiba
berubah. Keluarga Halim punya pengaruh besar di Beluno dan Edward ini bukanlah
sembarangan orang.
"Aku nggak akan perhitungan pada
Kak Arjun untuk kesalahpahaman kemarin. Tapi kalian harus memberiku muka.
Lepaskan pria ini."
Wajah Edward masih tetap tenang dan
kalem. Nadanya tidak perlu dipertanyakan lagi.
Namun, tidak seorang pun menganggap
hal itu tidak pantas. Bahkan, Rendra sebagai orang yang terlibat, juga
menganggapnya sebagai hal yang wajar.
Karena putra sulung Keluarga Halim
memang punya pengaruh dan kekuasaan di Beluno.
Rendra menggertakkan giginya dan
berkata sambil tersenyum, "Baiklah, karena Tuan Edward sudah bilang
begitu, sebagai saudara, kalau aku masih nggak memberikan muka, bukankah aku
akan dianggap nggak tahu berterima kasih?"
"Tapi Tuan Edward, sebagai tuan
muda dari keluarga bangsawan seperti Anda, saya benar-benar nggak mengerti
mengapa Anda ingin menyelamatkan bocah nggak dikenal ini?"
Edward tersenyum dan berkata,
"Kamu mungkin nggak tahu, tapi saudara Nathan ini mantan tunanganku."
"Bagaimanapun, ini juga bisa
dianggap sebagai takdir. Demi Emilia, aku nggak mungkin menutup mata begitu
saja."
Begitu mendengar kata-kata itu,
orang-orang di sekitar mulai mencemooh.
"Kupikir siapa bocah itu.
Ternyata gigolo yang dulu ' dipelihara' oleh Nona Emilia?"
"Memalukan sekali! Nyawanya
masih perlu diselamatkan oleh Tuan Edward. Pecundang ini benar-benar
parah!"
"Untunglah, bocah ini cukup tahu
diri dan melepaskan Nona Emilia untuk Tuan Edward. Kalau Tuan Edward nggak
muncul hari ini, dia pasti sudah mati!"
"Tuan Edward benar-benar seorang
pria terhormat. Hanya orang seperti dia yang pantas untuk Nona Emilia. Si
gigolo ini bahkan nggak pantas dibandingkan dengan Tuan Edward!"
Rendra tertawa dan berkata,
"Ternyata si pecundang nggak becus ini mantan gigolonya Nona Emilia."
"Kamu harus berterima kasih
kepada Tuan Edward. Tanpa bantuannya, kamu pasti sudah mati sekarang!"
Wajah Tiara merah padam. Dia sungguh
merasa malu duduk bersama Nathan.
Diselamatkan oleh saingan cintanya,
bagaimana Nathan bisa menanggung penghinaan seperti ini?
"Nathan, berterima kasihlah pada
Edward," ucap Emilia.
Nathan berkata dengan nada datar,
"Mengapa aku harus berterima kasih padanya?"
Tamu yang lainnya langsung marah dan
memelototi Nathan.
"Mengapa kamu harus berterima
kasih pada Tuan Edward? Bocah, kamu bodoh?"
No comments: