Bab 43
Namun, Nathan jelas menyadari bahwa
Liam telah terlihat lega.
Saat ini, tatapan keduanya tiba-tiba
bertemu.
Nathan langsung menunjukkan senyum
penuh arti pada Liam.
Sebaliknya, tatapan mata Liam begitu
tampak mencemooh dan juga dingin.
Meski bajingan kecil ini tahu
rahasianya, dia masih belum tahu identitas pelaku sesungguhnya yang meracuni
Regina.
Asalkan orang yang meracuni itu tidak
terbongkar, Liam tentunya tidak perlu khawatir.
Sekalipun Regina mencurigainya, dia
juga tidak bisa berbuat apa-apa. Percuma saja jika mereka tidak menemukan bukti
nyata.
Saat ini, Regina tiba-tiba berkata,
"Aku rasa kalian semua pasti sudah haus. Kami sudah menyiapkan air. Kalian
bisa meminumnya."
Liam mengerutkan kening dan berkata,
"Regina, yang lebih penting sekarang adalah menangkap pelakunya dulu. Mana
sempat khawatir masalah haus atau nggak lagi."
Manajer Umum, Kelvin, juga ikut
menimpali. "Yang dikatakan Pak Liam benar. Kalau kita nggak menemukan
pelaku yang ingin mencelakai CEO hari ini, sekalipun harus mati kehausan, kami
juga nggak akan ragu sedikit pun."
Regina tersenyum dan berkata,
"Jujur saja, aku sudah meracuni salah satu gelas air di depan
kalian."
"Semuanya, segera minum air itu.
Mereka yang berhati murni, pasti akan baik-baik saja. Sebaliknya, doakan saja
yang terbaik untuk si pelaku."
Semua eksekutif langsung kaget.
"Bu Regina, gelas mana yang kamu
racuni?"
"Jangan begitu, Bu Regina.
Bagaimana kalau ada orang yang nggak sengaja keracunan?"
"Air di gelas semuanya terlihat
sama. Bagaimana kita bisa tahu gelas mana yang beracun? Bukankah ini omong
kosong?"
Semuanya berkeringat dingin dan
menatap air di atas meja. Kelopak mata mereka berkedut liar.
Regina berkata dengan nada datar,
"Sudalı aku bilang, hanya ada satu gelas yang beracun."
"Gelas air yang berada di depan
orang nggak bersalah tentu saja aman."
Selesai berbicara, Regina mengambil
gelas di depannya dan meneguk semuanya.
Wajah Liam dipenuhi keterkejutan dan
keraguan. Dia langsung memelototi Nathan.
Tidak perlu diragukan lagi, tipuan
buruk seperti itu pasti idenya gigolo satu ini.
Sebagai balasannya, Nathan hanya
memberinya senyuman, lalu berkata kepada para eksekutif. " Semuanya,
sebaiknya kalian berhati-hati sebelum minum air."
"Air dalam gelas itu mengandung arsenik,
yang mana bisa menyebabkan kematian. Kalau terjadi sesuatu, sekalipun ambulans
datang, takutnya nyawa kalian juga nggak akan bisa terselamatkan tepat
waktu!"
Perkataan itu seketika membuat para
eksekutif ketakutan. Bahkan, beberapa di antara mereka sudah mulai gemetar.
Liam tidak bisa menahan diri lagi dan
berteriak marah, " Regina dan juga gigolo yang kamu 'pelihara' ini, kalian
begitu kejam. Apa kalian nggak takut disambar petir?"
Regina menatap sepupunya dengan
dingin, "Kalau kamu bukan pelakunya, air depanmu nggak beracun. Mengapa
kamu begitu panik? Atau kamu menyembunyikan sesuatu?"
Liam terdiam. Tatapan matanya menjadi
tidak fokus.
Saat ini, Sekretaris Clarisa telah
mengambil gelas air dan meneguk semuanya.
Para eksekutif lainnya juga mengambil
risiko dan meneguk air itu.
Jika masih ingin mengandalkan Regina,
maka mereka harus menunjukkan sikap mereka.
Lagi pula, hanya gelas air di depan
pelaku yang beracun.
Jika tidak menyatakan kesetiaan
mereka sekarang, kapan lagi ada kesempatan seperti itu?
Gluk!
Gluk!
Satu per satu dari para eksekutif
mengambil gelas air dan menghabiskannya.
Terakhir, yang tersisa hanya Liam dan
Kelvin, si manajer umum.
Wajah Kelvin memucat. Dia menatap
Regina. "Bu Regina, keracunan arsenik bukanlah hal yang bisa dijadikan
sebagai lelucon. Anda yakin...."
Regina mengangkat tangannya untuk
menyelanya. "Pak Kelvin, minum airnya dulu. Kalau pelakunya bukan kamu,
aku bisa menjamin sepenuhnya, kamu pasti akan baik-baik saja."
No comments: