Bab 13
Nathan berkata dengan nada datar,
"Biarkan saja. Lagi pula, memang sudah nggak ada gunanya lagi."
Perawat itu kebingungan dan tidak
tahu apa yang dimaksud Dokter Nathan.
Nathan tidak menjelaskan terlalu
banyak padanya. Berdasarkan keterampilan medis yang dimilikinya, Nathan sudah
mengetahui bahwa Ruben menderita impotensi dan ejakulasi dini. Itu sebabnya,
dia barusan mengatakan kemaluan Ruben tidak berguna lagi.
Tepat di saat ini, pintu departemen
terbuka. Wakil kepala rumah sakit, Andre, bergegas masuk dengan sekelompok staf
medis.
Melihat Ruben yang tergeletak di
lantai sambil memegangi selangkangannya karena kesakitan, wajah Andre langsung
memucat.
"Nathan, sebagai seorang tenaga
medis, kamu nggak mematuhi etika medis dan memukul rekan kerjamu. Tahukah kamu
apa konsekuensinya?"
Seorang dokter maju, lalu memeriksa
luka Ruben. Tak lama kemudian, dia langsung berteriak, "Gawat,
gawat!"
Andre tidak memercayainya dan
berkata, "Apa yang terjadi? Apa putraku dipukul sampai mati oleh bajingan
ini?"
Dokter itu buru-buru menjawab,
"Bukan. Dokter Ruben hanya pingsan."
"Tapi dia sepertinya nggak
mungkin bisa punya keturunan lagi."
Begitu kata-kata ini dilontarkan,
orang-orang di sekitar tampak terkejut dan menatap Ruben dengan kasihan.
Kejantanan seorang pria direnggut
seperti ini. Kelak, bagaimana Ruben menjalani sisa hidupnya?
Mata Andre berubah gelap. Dia menatap
tajam Nathan, seakan-akan ingin menelan pria itu hidup-hidup.
"Nathan, kamu benar-benar cari
mati. Ruben itu putraku satu-satunya. Beraninya kamu melakukan hal ini. Aku
pasti akan membuatmu mati mengenaskan!"
Nathan tersenyum tipis. "Putra
kesayanganmu ini telah menganiaya seorang perawat wanita di departemen.
Menurutmu, harus bagaimana menghukumnya?"
Andre langsung membantahnya dengan
tegas. "Putraku itu pria terhormat dan punya etika medis yang baik. Dia
nggak akan pernah melakukan hal seperti itu. Apa kamu kira memfitnahnya sudah
bisa mengembalikan nama baikmu?"
Perawat bernama Adel maju tepat waktu.
Air mata masih membasahi wajahnya. "Pak Andre, Dokter Nathan nggak
memfitnah. Ruben memang... ingin memaksaku melayaninya."
"Untungnya Dokter Nathan datang
tepat waktu. Aku baru nggak... dinodainya!"
Para dokter dan perawat di sekitar
langsung mengubah ekspresi wajah mereka.
Celana dalam Ruben terekspos,
pakaiannya acak-acakan, dan postur tubuhnya sangat menarik perhatian semua
orang saat ini.
Semuanya juga bisa mengetahui bahwa
sebelum pingsan, Ruben telah melakukan hal yang tidak senonoh.
Wajah Andre berubah muram. Dia
tiba-tiba menampar Adel. "Kamu omong kosong."
"Kamu hanyalah seorang perawat
kecil yang nggak penting, beraninya kamu berkomplot dengan Nathan dan memfitnah
anakku? Aku bukan hanya akan memberimu pelajaran, tapi jangan harap kamu bisa
kabur!"
Wajah Andre tampak garang, apalagi
tamparannya itu begitu keras.
Saking takutnya, Adel mulai menangis
lagi dan tanpa sadar menutupi kepalanya. "Pak Andre, aku nggak memfitnah.
Semua yang aku katakan itu benar."
Tindakan mendadak Andre juga mengejutkan
staf medis lainnya. 1
"Pak Andre, jangan!"
"Pak Andre, bicarakan baik-baik.
Jangan ambil tindakan! 11
Mereka memang membujuknya, tetapi
tidak ada seorang pun yang berani untuk menghentikannya.
Keberadaan kepala Rumah Sakit Perdana
tidak diketahui dan biasanya jarang menampakkan diri.
Oleh karena itu, Andre, selaku wakil
kepala rumah sakit, sangatlah berkuasa di rumah sakit.
Ditambah lagi dengan sifatnya yang
pendendam, siapa pun yang ingin terus bekerja di Rumah Sakit Perdana tidak akan
berani menyinggungnya dan harus berhati-hati dalam segala hal.
Namun, di saat ini.
Sebuah tangan tiba-tiba terulur dari
samping dan menahan telapak tangan Andre dengan kuat.
"Aduh, sakit, sakit, sakit!
Nathan, beraninya kamu menyentuh wakil kepala rumah sakit? Aku pasti akan
menghabisimu."
Wajah Andre dipenuhi kesakitan. Dia
merasa seolah-olah tulang-tulang di tangannya akan patah. Dia sangat emosi.
Semua staf medis tercengang. Mereka
tidak menyangka Nathan, dokter yang biasanya lembut, akan begitu galak hari
ini.
Dia baru saja melumpuhkan putranya
dan sekarang dia kembali menyerang ayahnya.
Apa dia ingin menyingkirkan Andre dan
putranya sekaligus?
"Nathan, cepat lepaskan Pak
Andre sekarang juga!"
"Nathan, kamu bodoh sekali.
Bagaimana kamu bisa memukul atasanmu? Cepat lepaskan dia."
"Andre, Nathan masih muda dan
gampang emosi. Dia hanya terlalu impulsif. Kamu nggak boleh menganggapnya
serius."
Semua staf medis yang menyukai Nathan
langsung membantunya berbicara.
Nathan berkata dengan dingin,
"Andre, putramu sampah. Sebagai ayahnya, kamu juga sangat mendominasi. Apa
kamu pikir di Rumah Sakit Perdana ini nggak ada seorang pun yang berani
melawanmu?"
Andre berkata dengan galak,
"Kamu benar. Di Rumah Sakit Perdana ini, akulah yang paling berkuasa.
Jangan harap kamu dan gadis jalang ini bisa lolos begitu saja."
Mata Nathan berubah dingin. Dia
bersiap untuk menghabisi Andre.
"Semuanya, segera bubar."
"Kepala rumah sakit sudah
kembali. Dia menyuruh Pak Andre dan Dokter Nathan untuk segera
menemuinya."
Seorang dokter wanita masuk dengan
ekspresi dingin. Setelah menyampaikan kata-kata itu, dia langsung pergi.
Andre berkata dengan dingin,
"Nathan, bukankah kamu sombong? Sekarang kepala rumah sakit sudah kembali.
Kalau aku nggak membuatmu dikeluarkan dari Rumah Sakit Perdana, jangan panggil
namaku lagi!"
Dia mendengus dingin, lalu meminta
orang untuk membawa Ruben pergi lebih dulu.
Dokter-dokter lainnya memandang
Nathan dengan ekspresi rumit.
"Nathan, kamu kerja di rumah
sakit orang, kenapa kamu nggak menundukkan kepala saja?"
"Bu Tiara sangat tegas dan nggak
menoleransi kesalahan kecil apa pun. Kamu sudah menghancurkan masa depanmu
sendiri sekarang."
"Andre dan putranya punya latar
belakang yang luar biasa. Bahkan, kepala rumah sakitnya juga segan pada mereka.
Kamu hanya seorang dokter kecil, apa yang bisa kamu gunakan untuk melawan
mereka? Hais...."
Sembari menggelengkan kepala, satu
per satu staf medis bubar. Semuanya menebak bahwa Nathan kemungkinan besar akan
dikeluarkan dari rumah sakit.
Selanjutnya, mungkin dia juga harus
menghadapi balas dendam dari Andre dan putranya.
Mata Adel berkaca-kaca. "Dokter
Nathan, ini semua salahku. Kalau bukan karena aku, kamu juga nggak
akan...."
Nathan mengangkat tangannya, memberi
isyarat agar dia tidak menangis lagi. "Jangan takut, aku baik-baik
saja." 1
Di Rumah Sakit Perdana, di ruangan
kepala rumah sakit, Tiara Wijaya.
"Seluruh rumah sakit heboh. Aku
ingin Pak Andre dan Dokter Nathan memberi penjelasan padaku."
Tiara memasang ekspresi dingin.
Matanya yang cerah menatap Nathan dan Andre secara bergantian.
Ada banyak sekali gadis cantik di
Beluno, tetapi kecantikan Tiara sudah pasti termasuk dalam jajaran atas.
Tiara bukan hanya dilahirkan dalam
keluarga dokter, tetapi juga punya tradisi keluarga yang mendalam dalam bidang
ilmu kedokteran. Selain itu, di usia muda, dia telah memenangkan berbagai
penghargaan dan kehormatan medis. Kini dia telah dipromosikan menjadi kepala
Rumah Sakit Perdana.
Namun, yang paling penting adalah
kecantikannya yang luar biasa.
Jika Emilia dikatakan sebagai CEO
cantik yang meninggalkan kesan dingin.
Regina adalah gadis bangsawan yang
punya semangat berapi-api.
Kalau begitu, Tiara ibaratnya bunga
bakung yang harum. Dia tidak memiliki tubuh ramping seperti Emilia, ataupun
lekuk tubuh indah seperti Regina.
Namun, Tiara memiliki sesuatu yang
tidak dimiliki kedua gadis itu.
Dia memiliki wajah mungil dan polos.
Selain itu, ukuran dada, pinggang, pinggulnya sangatlah menonjol.
Terutama dada indahnya yang bahkan
tidak bisa disembunyikan di bawah kemeja putihnya. Setiap gerakannya seakan
menggetarkan hati pria.
Singkatnya, Tiara adalah gadis berwajah
imut yang memiliki dada besar.
"Bu Tiara, Dokter Nathan memukul
Dokter Ruben secara terang-terangan di rumah sakit dan menyerangku. Aku minta
agar dia segera dikeluarkan dari Rumah Sakit Perdana!"
Andre jebih dulu menyampaikan
keluhannya. Dia menunjuk Nathan sambil memarahinya.
No comments: