Bab 14
Mendengar itu, Tiara tidak mengatakan
apa pun, melainkan melirik Nathan dari balik mejanya.
Melihat Nathan bersikap seolah-olah
hal itu tidak ada hubungannya dengannya. Tiara tidak bisa menahan emosi dalam
hatinya lagi.
"Dokter Nathan, apa nggak ada
yang perlu kamu jelaskan di sini?"
"Atau kamu mengakui pernyataan
yang dikatakan Pak Andre dan telah melanggar peraturan rumah sakit?"
"Kalau memang begitu, silakan
berkemas dan tinggalkan Rumah Sakit Perdana sekarang juga. Aku nggak bisa
menoleransi bajingan seperti itu bekerja di bawah komandoku."
Nathan mengerutkan kening dan
berkata, "Bu Tiara, kamu memanggil kami ke sini, seharusnya kamu sudah
tahu apa yang terjadi, jadi mengapa kamu masih bertanya lagi?"
"Kamu ...."
Tiara sangat emosi. Dia langsung
memelototi Nathan.
Andre memanfaatkan kesempatan itu dan
berkata sambil menggertakkan gigi, "Bu Tiara, kamu juga sudah lihat. Nathan
ini nggak punya kerendahan hati dan kesopanan yang seharusnya dimiliki seorang
dokter. Dia jelas-jelas bajingan yang suka main hakim sendiri."
"Aku sarankan agar dia segera
dipecat. Perilakunya yang buruk harus diungkapkan ke seluruh komunitas medis untuk
mencegah pecundang nggak beretika ini memasuki profesi suci kita lagi!"
Nathan berkata dengan dingin,
"Andre, kamu dan putramulah yang termasuk pecundang dan aib dalam industri
medis. Bisa-bisanya kamu berbohong dengan begitu santai, apa kamu nggak takut
disambar petir?"
Andre langsung menyangkal.
"Lihat dia! Bu Tiara, dia masih nggak mau bertobat dan ingin menghinaku
dengan putraku!"
"Aku bukanlah sembarangan orang.
Aku adalah wakil kepala Rumah Sakit Perdana. Bagaimana mungkin aku membiarkan
bocah sepertinya menginjak-injak reputasiku? Kumohon, Bu Tiara, buatlah
keputusan untukku."
Tiara berkata dengan tidak sabar,
"Baiklah, aku akan mengurusnya. Pak Andre, kamu kembali dulu."
Andre tercengang. "Bu Tiara,
Anda...."
Tiara menyela, "Sudah kubilang,
kamu kembali dulu. Aku akan menyelidiki masalah ini dan menanganinya tanpa
pandang bulu. Kalau Dokter Nathan difitnah, aku pasti akan melepaskan pelakunya
begitu saja."
Andre terpaksa keluar dari ruangan
itu dengan patuh.
Lantaran dia sudah mengajukan
permintaan agar kepala rumah sakit menyingkirkan Nathan.
Mustahil Tiara akan mengabaikan
permintaannya, yang notabene wakil kepala rumah sakit. Andre sangat yakin akan
hal ini.
"Dokter Nathan, hebat
kamu!"
Di dalam ruangan itu kini hanya
tersisa mereka berdua saja. Tiara menyandarkan tubuhnya ke belakang. Dadanya
membusung ke depan dan matanya memandang Nathan dengan tatapan menggoda.
Nathan tercengang. "Aku nggak
tahu apa maksud perkataan Bu Tiara?"
Kenapa Tiara tiba-tiba mengucapkan
kata-kata itu? Nathan benar-benar kebingungan.
Apalagi setelah dipikir-pikir, dia
tidak pernah berinteraksi dengan kepala rumah sakit ini sebelumnya.
Tiara tersenyum sinis. "Kita
semua orang pintar, jadi rnggak perlu berpura-pura. Apa kamu benar-benar nggak
mengerti apa yang kumaksud?"
Nathan mengerutkan kening dan
berkata, "Aku sungguh nggak tahu apa maksud Bu Tiara."
"Tapi kalau perkataan Bu Tiara
mengacu pada Andre dan putranya, maka aku akan tetap bersikap sama seperti
sebelumnya. Mereka pantas mendapatkannya."
Tiara memukul meja dan berkata dengan
dingin, " Nathan, jangan mengalihkan pembicaraan."
"Biar kuberi tahu, Regina adalah
teman baikku, sahabatku. Keluarga Wijaya dan Keluarga Suteja adalah kawan
lama."
"Aku memang nggak berhak
mengurusi kehidupan pribadimu yang kacau sebelumnya, tapi kalau kamu berani
memiliki niat apa pun terhadap Regina, aku nggak akan melepaskanmu begitu
saja."
Nathan tertegun. Dia baru menyadari
ternyata alasan Tiara marah karena Regina.
"Aku rasa Bu Tiara sudah keliru.
Aku nggak punya hubungan apa pun dengan Nona Regina. Bahkan, nggak menyimpan
niat pun terhadapnya."
Nathan langsung berterus terang dan
memberikan penjelasan.
Tiara mendengus dingin. "Regina
mungkin nggak tahu apa yang sedang kamu rencanakan, tapi kamu kira aku nggak
bisa melihatnya? Huh! Kamu sengaja mendekatinya hanya untuk menarik
perhatiannya, 'kan?
11
Ekspresi Nathan tidak berubah. Dia
berkata dengan nada datar, "Nggak masuk akal!"
Tiara kembali mendengus dingin.
"Nggak masuk akal? Kalau begitu, aku akan tanya padamu, bukankah kamu
gigolo yang 'dipelihara' oleh Emilia, CEO cantik dari Grup Sebastian? Nathan,
aku akui kamu memang punya pesona. Tapi hanya gadis lugu seperti Regina yang
bisa mudah ditipu olehmu."
"Tapi aku peringatkan kamu,
orang sepertimu sama sekali nggak layak untuk Regina."
Nathan berkata dengan nada serius,
"Aku tegaskan sekali lagi. Aku nggak punya hubungan apa pun dengan Nona
Regina, sahabatmu itu."
Dulu. Nathan masih hormat dan kagum terhadap
Tiara, kepala rumah sakit muda yang punya keterampilan medis baik ini.
Namun, sekarang dia merasa Tiara ini
hanyalah gadis yang berpenampilan cantik, tetapi tidak punya otak sama sekali.
Tiara tersenyum sinis. "Aku tahu
kalian berdua nggak punya hubungan apa pun. Lagi pula, mustahil juga kalian
bisa punya hubungan karena kamu sama sekali nggak pantas."
"Regina adalah putri sulung dari
Keluarga Suteja dan termasuk nona besar dari keluarga bangsawan. Kamu
seharusnya jelas mengenai reputasi dan statusnya di Beluno. Ada banyak pria
yang mengaguminya dan mengejarnya."
"Sebaliknya kamu, yang paling
aku benci dari dirimu adalah sebagai seorang pria, kamu nggak berpikir untuk
meningkatkan dirimu sendiri ataupun menciptakan karier. Kita kesampingkan
masalah status dan kekuatan. Kamu hanya bisa menyenangkan dan mengandalkan
wanita untuk mencapai kejayaan."
"Nathan, keterampilan medismu
cukup bagus, mengapa kamu ingin menjadi gigolo?"
Nathan memandang Tiara dan berkata
dengan sungguh-sungguh, "Tiara, aku rasa kamu sudah sakit."
Tiara tertegun. Dia bahkan tidak
sempat bereaksi.
"Apa kamu bilang? Barusan kamu
panggil aku apa?"
Nathan memasang ekspresi datar.
"Aku bilang kamu sakit, apalagi itu penyakit serius."
"Dilihat dari emosimu yang tak
menentu ini, sepertinya menstruasimu akhir-akhir ini nggak teratur."
Wajah Tiara langsung memerah. Dia
menggertakkan giginya. "Nathan, dasar bajingan! Kamu kira aku nggak berani
memecatmu?"
Nathan tersenyum acuh tak acuh dan
berbalik. "Pecat saja kalau kamu mau. Lagi pula, ini hanya rumah sakit
kecil, bukan masalah besar bagiku."
"Tapi sebelum kamu memecatku,
sebagai seorang dokter, aku punya kewajiban untuk mengingatkanmu. Kamu mengidap
atresia rahim. Begitu rahimmu menutup dalam beberapa tahun ke depannya, kamu
nggak akan bisa merasakan kenikmatan berhubungan intim dalam sisa hidupmu
lagi...."
Diikuti suara bantingan pintu, Nathan
telah keluar dari ruangan itu.
Tiara sangat emosi sampai-sampai
dadanya naik turun dengan cepat.
Dia juga terkejut. Ada ekspresi tidak
percaya di wajahnya.
Bagaimana Nathan bisa tahu tentang
penyakit yang dia sembunyikan selama ini?
Apa Regina yang menceritakannya pada
Nathan?
Untuk sesaat, Tiara merasa sangat
malu sekaligus marah.
Atresia rahim merupakan penyakit
langka yang hanya terjadi pada sejumlah kecil wanita.
Penyakit ini memiliki karakteristik,
di mana penderitanya tidak akan pernah bisa menikmati hubungan intim secara
normal.
Oleh karena itu, Tiara masih perawan.
Dia bingung dan tidak tahu harus bagaimana cara mengobatinya.
Dia telah berencana untuk
mempertahankan kesuciannya sampai akhir hayatnya.
Setelah menenangkan diri, Tiara pun
bergumam sendiri, "Nathan, kalau aku memecatmu, aku tahu Regina
kemungkinan besar akan datang memohon padaku."
"Lupakan saja. Aku akan biarkan
kamu mempertahankan pekerjaan ini. Jadi, kamu nggak perlu mengkhawatirkan
masalah uang lagi. Tapi kalau kamu mengganggu Regina lagi, aku juga nggak akan
segan. Kamu dan Regina ditakdirkan nggak akan bisa bersama."
Saat ini, Andre sedang menemani Ruben
yang baru saja siuman.
"Ayah, kamu harus balas dendam
untukku dan lumpuhkan Nathan. Aku ingin dia menjadi sepertiku, selamanya nggak
punya keturunan lagi."
Wajah Ruben seketika berubah. Dia
berteriak sekuat tenaga.
Andre buru-buru menghibur putranya.
"Andre, bukankah aku hanya memintamu untuk membuat sedikit masalah?
Asalkan Nathan itu masuk dalam jebakan kita, aku bisa mengambil kesempatan
untuk mengeluarkannya dari Rumah Sakit Perdana."
"Tapi apa yang kamu lakukan?
Kamu bahkan nggak mengenakan celana dan melakukan hal nggak senonoh pada
perawat muda itu?"
Wajah Ruben memerah, lalu dia
berkata, "Aku sudah lama memperhatikan perawat bernama Adel itu. Kebetulan
gadis jalang ini menyukai Nathan, jadi aku ingin bermain dengannya dan
membiarkannya dia meminta bantuan pada Nathan."
"Asalkan Nathan berani ikut
campur, aku akan segera menuntutnya karena berani menyerangku. Ayah, saat itu
kamu juga bisa memecatnya."
"Tapi siapa sangka, bajingan ini
sungguh berani melakukannya, apalagi dia menghancurkan alat vitalku. Aku nggak
peduli. Aku mau membuatnya merasakan hal yang sama."
Saat mengungkit hal menyedihkan ini,
mata Ruben kembali memerah dan dia mulai berteriak lagi.
Wajah Andre berubah muram. "Kamu
sudah terobsesi dengan hubungan intim."
"Tapi jangan khawatir, bajingan
itu nggak akan bisa lolos. Sebagai wakil kepala rumah sakit, aku sudah memberi
tekanan pada Tiara. Kalau dia pintar, dia pasti tahu apa yang harus
dilakukan."
Saat ini, sekretaris pribadi Tiara
masuk dan berkata kepada Andre, "Pak Andre, aku akan menyampaikan pesan
kepala rumah sakit kepadamu. Putramu, Ruben, melakukan hal nggak senonoh dan
melanggar peraturan rumah sakit. Mulai saat ini, dia secara resmi
dipecat."
Pernyataan itu bagaikan sambaran
petir. Andre dan putranya langsung membeku.
Ruben mengeluarkan teriakan keras.
Padahal, dia belum lama siuman, sekarang dia pingsan lagi.
No comments: