Bab 39
Dia menatap Nathan dengan ekspresi
masam. "Nathan, tak kusangka, ternyata kamu berkemampuan juga!"
Liam yang berdiri di samping terlihat
tidak senang dan mendengus dingin. "Bukankah hanya hipotesis kecil? Siapa
pun yang pernah nonton Detektif Conan pasti bisa mengetahuinya. Apa yang perlu
dibanggakan?"
Regina meliriknya sekilas, lalu
tersenyum sinis. "Jadi, kamu yang nonton Boonie Bears sepanjang hari
paham?"
Wajah Liam seketika memerah.
"Kapan aku nonton Boonie Bears sepanjang hari? Regina, masih ada orang
luar di sini, tolong jangan mempermalukanku."
Regina balas berkata, "Benar
juga. Kamu nggak nonton Boonie Bears, tapi kamu lebih suka film erotis."
Wajah Liam bertambah merah. Dia
merasa malu. Dia kemudian bertanya dengan marah, "Apa kamu membuka
laptopku?"
Regina tidak ingin menggubrisnya
lagi. Ada niat membunuh yang muncul di wajah cantiknya. "Jadi, sudah bisa
dipastikan pelakunya adalah eksekutif senior perusahaan. Kalau begitu, aku juga
nggak akan segan-segan lagi."
"Nona Regina, sepertinya hatimu
dari awal sudah mencurigai identitas orang yang meracunimu, 'kan?" tanya
Nathan.
Regina tampak tidak berdaya.
"Ya, tapi hanya dugaan. Nggak mudah untuk memastikannya sepenuhnya."
Tiara memberi saran. "Menurutku,
Regina, sebaiknya kamu buat daftar tersangkanya dulu. Setelah itu, kita bisa
menyelidikinya satu per satu."
"Nggak perlu repot-repot seperti
itu. Asalkan kamu memberiku daftar namanya, aku pasti akan menemukan pelakunya
dan membuatnya mati mengenaskan," ucap Liam.
Regina terlihat ragu. Namun, dia
melihat Nathan menggelengkan kepalanya, seolah ingin tertawa.
"Dokter Nathan, kamu punya
solusi?" tanya Regina.
Pria ini telah memberinya banyak
kejutan.
"Kesampingkan dulu masalah ada
solusi atau nggak. Aku hanya merasa pemikiran Tuan Liam dan Bu Tiara
benar-benar terlalu naif."
"Sialan ...."
Liam langsung mengamuk, tetapi
tatapan dari Regina membuatnya tidak berani bergerak.
Tiara melipat kedua tangannya dan
berkata dengan galak, "Nathan, jangan kira kamu sudah bisa berbangga diri
hanya karena kamu telah membantu Regina dua kali.
"Kamu meremehkan ide kami, lalu
mengapa kamu nggak memberikan ide yang lebih hebat?"
Nathan mengangkat dua jarinya.
"Mudah saja. Pertama, memancing musuh masuk dalam perangkap. Kedua,
memaksa pelakunya memunculkan dirinya dan membuatnya putus asa."
Regina terkejut, lalu buru-buru
berkata, "Dokter Nathan, kamu sungguh punya solusi. Kalau begitu, beri
tahu aku detailnya."
Nathan menggelengkan kepalanya dan
berkata, "Nona Regina, aku akan merahasiakannya untuk saat ini, karena
begitu aku memberitahumu, taktik ini mungkin nggak akan berguna."
Regina percaya tanpa syarat.
"Baiklah. Kalau begitu, aku akan turuti perkataan Dokter Nathan."
Setelah beberapa saat.
Regina berjalan keluar mengikuti
instruksi Nathan.
Sebaliknya, Liam dan Tiara sama
sekali tidak mengetahui rencana Nathan.
Tiara bertanya pada Nathan dengan
ekspresi dingin, " Cepat katakan padaku, apa yang sudah kamu ucapkan pada
Regina."
Nathan tidak menggubrisnya sama
sekali dan hanya berpura-pura tidak mendengarnya.
Tiara mendengus dingin. "Kamu
memang banyak membantu Regina hari ini, tapi Nathan, jangan pikir aku nggak
tahu apa yang kamu rencanakan."
"Aku masih akan mengatakan hal
yang sama. Kamu terlalu dekat dengan Regina. Saat seseorang nggak tahu diri,
dia pasti akan menanggung konsekuensinya sendiri.
11
Nathan merasa Tiara sangat berisik,
jadi dia berdiri, lalu membuka pintu dan berjalan keluar.
Tiara ingin mencari masalah dan
langsung berteriak dengan marah, "Kamu mau pergi ke mana? Berhenti di
situ!"
"Aku mau ke kamar mandi. Bu
Tiara, kamu mau ikut denganku?"
"Ka... kamu bajingan!"
Tiara sangat malu dan langsung
mengumpatnya.
No comments: