Bab 183
Nathan merentangkan tangannya dan
berkata, "Paman Billy sendiri yang mengakuinya. Aku nggak mengatakan apa
pun."
Billy yang sedari tadi menahan diri
akhirnya melompat keluar dengan marah, "Bocah busuk, jangan coba-coba
memancing keributan di sini."
"Aku sudah bekerja keras untuk
Keluarga Suteja selama lebih dari 20 tahun. Kamu kira bisa merusak kesetiaanku
hanya dengan beberapa patah kata?"
Billy langsung mengadu pada Regina
dengan marah, Nona, gigolomu ini sudah menghinaku. Mohon Nona membelaku."
"Paman Billy, Dokter Nathan
memang seperti itu. Dia suka bicara terus terang," ucap Regina.
"Aku tahu Paman Billy setia pada
Keluarga Suteja, jadi aku akan mewakili Nathan minta maaf pada Paman Billy.
Billy mendengus dingin. Dia
melambaikan lengan bajunya, lalu berbalik dan pergi bersama anak buahnya.
Di saat berbalik, dia tak lupa
menatap Nathan dengan dingin. Bahkan, ada niat membunuh di matanya.
Namun, Nathan sengaja menutup sebelah
mata. Sebaliknya, ada senyum tipis yang tampak di sudut mulutnya.
Setelah Billy berlalu, raut wajah
Regina baru berubah dingin sepenuhnya. "Dokter Nathan, kamu rasa kata-kata
Billy bisa dipercaya?"
Nathan langsung berkata,
"Kecuali matahari terbit dari sebelah barat. Aneh kalau aku percaya sama
kata-katanya."
Regina tertawa terbahak-bahak.
"Dokter Nathan, aku baru sadar, ternyata kamu humoris juga."
Nathan tersenyum dan berkata,
"Sekarang semua petunjuk sudah hampir menyatakan bahwa Billy dan
orang-orang yang merampas tanaman obat itu berkomplot."
"Orang ini mungkin punya niat
buruk terhadap Keluarga Suteja dan Nona Regina."
Regina berkata dengan dingin,
"Tadinya Bibi Eva, sekarang Billy juga begitu. Aku benar-benar nggak
mengerti mengapa mereka seperti ini. Padahal Keluarga Suteja memperlakukan
mereka dengan baik selama ini."
"Kebanyakan orang di dunia bela
diri sekarang lebih mementingkan keuntungan daripada kebenaran. Baik Billy
maupun Bibi Eva, bisa dilihat kalau mereka berdua adalah orang yang sangat
ambisius," ucap Nathan dengan datar.
"Ditambah lagi, kalau Liam,
sepupumu itu berusaha memenangkan hati kedua orang itu. Wajar saja kedua orang
ini bisa memihak Liam dan berbalik melawanmu."
Regina tersenyum seakan sedang
mengejek dirinya sendiri. "Jujur saja, sekuat apa pun diriku, sekalipun
aku menyandang gelar wanita bangsawan Keluarga Suteja, di balik semau itu, aku
hanyalah seorang gadis."
"Keluarga Suteja kami nggak ada
bedanya dengan keluarga bangsawan lainnya. Pada akhirnya, ahli waris keluarga
akan diserahkan kepada anak laki-laki."
"Jadi, meski kemampuan Liam
biasa-biasa saja dan sifatnya sombong, banyak orang dalam keluarga yang
berpihak padanya. Sebagai contohnya, lihat saja Billy. Dari luar mereka
tampaknya menghormatiku, tapi nyatanya mereka semua meremehkanku."
Nathan berkata dengan
sungguh-sungguh, "Nona Regina, jangan sedih. Kalau kamu butuh sesuatu,
beri tahu aku saja. Meski Liam dan yang lainnya berbahaya, bagiku mereka bukanlah
lawan yang perlu ditakuti."
Regina tersenyum dan berkata,
"Jadi, Dokter Nathan, apa kamu akan menjadi pelindungku?"
Nathan terpana melihat senyuman
Regina yang secantik bunga. Begitu menawan, terutama bibirnya yang merah,
sangat cerah dan menarik.
Regina memang gadis licik!
Nathan mengumpat dalam hatinya. Mana
mungkin dia tidak tahu kalau Nona Regina sedang mencoba merayunya.
Sementara itu, di hutan lebat.
Mobil Panamera milik Nathan sudah
hampir terbakar seluruhnya. Yang tersisa kini hanya puing-puingnya.
Di samping itu ada tubuh Bibi Eva
yang terbaring kaku.
Ada dua sosok yang muncul di depan
mayat itu. Yang satunya di depan dan satunya lagi di belakang.
Mereka adalah Liam dan Satya, yang
memasang ekspresi menyeramkan.
"Bibi Eva sudah meninggal?
Daerah pedesaan ini hanya ada petani, siapa yang melakukannya?"
Liam sangat terkejut dan tampak tak
percaya.
No comments: