Bab 212
Julian tertawa dan berkata,
"Tuan Edward, aku kagum dengan penawaran hargamu. Dalam hal nggak tahu
malu, memang nggak ada yang bisa menandingimu."
Liam juga angkat bicara dan tertawa,
"Tuan Edward, kamu memang mengerti lelang. Aku mengagumimu!"
Begitu mendengar kata-kata yang
dilontarkan Julian dan Liam, putra sulung Keluarga Halim yang berada di ruang
VIP itu langsung memperlihatkan ekspresi kejam di wajahnya.
Yang dia inginkan adalah membunuh
Nathan, si gigolo ini.
Karena alasan inilah, sekalipun harus
sementara memihak kubu yang sama dengan Julian, Edward juga tidak peduli.
Emilia menatapnya dengan matanya yang
indah dan berkata dengan nada dingin, "Apa seru berbuat seperti itu?"
Edward berkata dengan kejam,
"Kenapa nggak seru? Nathan sudah mengacau berkali-kali. Sekarang sudah
saatnya gilirannya. Apa aku nggak boleh beri pelajaran padanya?"
Emilia menggelengkan kepalanya dan
berkata, "Aku nggak bahas tentang penawaranmu. Karena ini lelang, siapa
saja bisa mengajukan penawaran. Ini persaingan yang adil!"
"Maksudku, kamu hanya menaikkan
harga 200 ribu, bukankah itu hanya akan membuat Keluarga Halim malu?"
Edward berkata dengan cuek, "Aku
nggak tahu apa-apa tentang Teratai Sanoya itu. Aku menaikkan harga 200 ribu
hanya untuk bermain dengan Nathan. Memangnya Itu memalukan?”
Emilia mendengus dingin.
"Membosankan!"
Dalam ruang VIP nomor satu!
Tatapan mata Regina berubah dingin.
"Edward memang licik sekali."
Tiara berkata dengan jijik,
"Dibandingkan dengan Julian yang cabul dan menjijikkan, kelakuan Edward bahkan
lebih parah dan tercela. Sayangnya, dia masih punya gelar pewaris Keluarga
Halim."
Nathan masih tetap tenang dan kalem.
"200 miliar!"
Buam!
Suasana kembali memanas.
Tidak seorang pun menyangka bahwa
harga penawaran yang mulanya 10 miliar bisa naik menjadi 200 miliar.
Wajah Edward berubah muram. Dia tidak
berani berbicara lagi.
Situasi Keluarga Halim saat ini tidak
memungkinkan dirinya berlagak seperti orang kaya lagi.
"Apa gigolo ini benar-benar
punya uang sebanyak itu?"
Dia sungguh kebingungan.
Sekalipun ada Regina dan Tiara, dua
nona besar dari keluarga bangsawan, yang mendukungnya, Nathan juga tidak
mungkin berani menawar harga 200 miliar.
Julian tidak mau kalah dan tersenyum
sinis, "200 miliar, ' kan? Yang lain nggak berani bermain denganmu, tapi
aku akan menemanimu sampai akhir. 240 miliar...."
Karena kelewat girang, gadis cantik
berpakaian tradisional itu sampai tercengang.
"Tuan Julian menawar 240 miliar,
apa masih ada yang mau ikut?"
Setelah melontarkan pertanyaan itu,
suasana di ruangan itu kembali hening.
Para tamu sibuk menjulurkan leher
mereka untuk melihat siapa yang akan memenangkan pertarungan ini.
Dalam suasana yang menegang ini,
suara Nathan juga terus terdengar.
"400 miliar!"
Buam!
Kali ini, suasana bukan hanya gempar,
tetapi sudah hampir terjadi kerusuhan.
Entah berapa banyak orang mengira
mereka telah salah mendengar.
Liam dan Satya saling berpandangan
seolah-olah mereka melihat hantu.
"Apa pengecut ini sudah
gila?" gumam Satya.
Mereka tidak kekurangan uang, tetapi
ini pertama kalinya mereka melihat orang menghambur-hamburkan uang seperti ini.
Edward berkata dengan nada tidak
percaya, "400 miliar? Apa bajingan ini benar-benar sekaya itu?"
Julian diam-diam mengepalkan
tangannya. Ekspresi wajahnya tampak begitu muram.
Dia tidak suka mengikuti aturan,
tetapi Nathan bahkan lebih tidak mengikuti aturan lagi.
Pria itu tiba-tiba menaikkan
penawaran hingga menjadi 400 miliar.
Jika mereka ingin menaikkan harganya,
setidaknya harus menambah 400 miliar lagi.
Meski Julian menganggap dirinya
tinggi, dia sadar ini bukanlah jumlah yang sedikit. Jika dia tidak
berhati-hati, dia akan rugi besar!
Kedua pelayan wanita menggelengkan
kepala padanya secara bersamaan.
Maksud mereka sangat sederhana.
'Tuan, jangan bersikap bodoh. Kita nggak akan sanggup membayar 400 miliar.'
Walau Julian berasal dari Sekte
Pirata dan bisa dianggap sebagai generasi penerus sekte dengan latar belakang
keluarga dan tidak kekurangan uang.
Namun, dia juga tidak boleh
sembarangan menghambur-hamburkan uang.
Saat berhadapan dengan orang kejam
seperti Nathan, aset yang dimiliki Julian juga tidak cukup untuk bertahan dalam
ujian waktu.
Gadis cantik berpakaian tradisional
kembali bertanya pada para tamu. Setelah memastikan tidak ada yang menaikkan
harga lagi, dia tertawa terbahak-bahak hingga tubuhnya bergetar. "Selamat,
Tuan Nathan. Anda mendapatkan Teratai Sanoya.”
No comments: