Bab 16
Saat ini, Nathan juga telah menerima
telepon dari Bima.
"Tuan Nathan, Emilia
menginginkan tanah panti asuhan. Anda ingin memberikannya kepadanya atau
nggak?"
Nathan berpikir sejenak, lalu
menjawab, "Terserah kamu saja. Bagaimanapun juga, kami berdua pernah
bersama. Kalau persyaratan yang ditawarkan oleh Grup Sebastian cocok, kamu bisa
berikannya kepadanya."
Bima menghela napas dan berkata,
"Sudah saya duga, Tuan Nathan masih belum sepenuhnya melepaskan gadis ini.
Baiklah. Kalau begitu, biarlah Grup Sebastian yang mengambilnya."
Tak lama kemudian, berita bahwa Grup
Nugroho setuju untuk menyerahkan tanah kepada Grup Sebastian untuk dikembangkan
telah sampai di telinga Emilia.
Kebahagiaan datang terlalu cepat,
sampai-sampai Emilia tidak percaya. "Apa Tuan Bima berubah pikiran?"
Staf yang menyampaikan pesan
sebelumnya berkata, " Pantas saja Bu Emilia punya reputasi baik dalam
komunitas bisnis Beluno. Ternyata kamu juga punya taktik tersembunyi. Jujur
saja, setelah Tuan Bima menerima panggilan telepon, beliau langsung setuju
untuk memberikannya kepada kalian." J
Karena sebuah panggilan telepon, Tuan
Bima berubah pikiran?
Emilia terkejut, lalu menatap Daniel
sambil mengucapkan terima kasih dengan tulus, "Tuan Daniel, tolong
sampaikan ucapan terima kasih dariku pada ayahmu. Kali ini, kamu telah banyak
membantuku. Aku pasti akan mengingatnya dalam hati."
Daniel membeku, tidak tahu harus
bagaimana menanggapinya.
Dia tentunya tahu bisnis mereka
sendiri. Keluarga Liman masih tidak memiliki kualifikasi untuk meminta bantuan
dari Grup Nugroho.
Bahkan, ayahnya tidak punya nomor
ponsel Tuan Bima. Bagaimana mungkin dia bisa melakukan panggilan telepon?
Menyadari ekspresi Daniel yang aneh,
Emilia langsung bertanya dengan penasaran, "Tuan Daniel, kamu kenapa? Apa
ada yang salah?"
Daniel tertawa tipis dan berkata
cepat, "Nggak, nggak, semuanya sesuai dugaanku. Emilia, bukannya aku sudah
bilang, kamu tenang saja. Hal semacam ini hanyalah masalah kecil bagi Keluarga
Liman kami."
Mulutnya sibuk membual, tetapi dalam
hati Daniel juga berpikir, kalau dia tidak mengklaim jasa ini, bukankah itu
namanya bodoh? Dengan begitu, dia juga bisa punya nilai tambah dalam hati
Emilia.
Nanion, entah bos besar mana yang
bisa meyakinkan Tuan Buna hanya dengan satu panggilan telepon?
Emila sama sekali tidak menyadari
rasa bersalahnya Daniel. Gadis itu hanya berkata sambil tersenyum, "Tuan
Daniel, kamu sudah banyak membantu Grup Sebastian kami. Aku ingin mentraktir
kamu makan malam ini."
Daniel gembira setengah mati.
"Emilia sudah mengundangku, tentu saja aku harus menerimanya."
Daniel tak kuasa menyembunyikan
kegembiraannya. Dia juga diam-diam bergumam dalam hati, 'Nathan, mulai
sekarang, biarlah aku yang melindungi Emilia untukmu.'
Saat ini, ponsel Emilia tiba-tiba
berdering. Dia pun segera mengangkat. "Bu, ada apa?"
Di ujung telepon, Tamara tampak
terisak. "Emilia, aku dan adikmu sudah ditindas. Adikmu hampir dipukuli
sampai mati. Kamu harus membalaskan dendam untuk kami."
Emilia terkejut. "Kalian
ditindas? Ken dipukuli? Siapa yang melakukannya?"
Wajahnya tiba-tiba berubah dingin.
Tamara berkata dengan nada sedih,
"Siapa lagi yang bisa melakukannya? Nathan, si bajingan itu. Adikuu
dipukuli olehnya dan dirawat di rumah sakit sekarang. Dokter bilang, kalau
telat selangkah, mungkin adikmu sudah mati. Huhuhu...." 1
Luka yang dialami Ken berbeda jauh
dari apa yang dikatakan Tamara.
Namun, Tamara sengaja
melebih-lebihkan dan menggambarkan Nathan sebagai pria jahat yang tidak bisa
dimaafkan di hadapan Emilia.
Benar saja, Emilia langsung
terpancing dan marah. " Baiklah, aku akan segera datang. Kalau sungguh
Nathan yang melakukannya, aku pasti akan balas dendam padanya."
Malam harinya, Nathan pergi ke Hotel
Beluno untuk memenuhi janjinya pada Regina.
"Dokter Nathan, kamu sudah
datang. Ayo, sebelah sini."
Regina mengenakan gaun bermotif bunga,
yang membuatnya tampak menawan dan segar.
Begitu Nathan sampai, Regina langsung
maju dan mengamit lengannya. Gadis itu terlihat begitu anggun malam ini.
Nathan merasa sedikit canggung.
"Nona Regina, aku rasa kurang pantas melakukan ini."
Regina berkata dengan santai,
"Benarkah? Aku malah merasa cukup bagus."
Nathan tidak berdaya. Dia terpaksa
hanya bisa membiarkan lengannya yang terus-menerus menyentuh dada Regina.
Ada dua orang yang berdiri di pintu
masuk hotel.
Mereka adalah Tiara, teman baiknya
Regina dan juga sekretaris Clarisa.
"Sudah berapa lama mereka
bersama?" tanya Tiara dengan dingin.
Clarisa kebingungan. "Nona
Tiara, aku nggak mengerti apa yang kamu bicarakan."
Tiara menggertakkan giginya dan
berkata, "Mereka begitu dekat dan intim. Sudah berapa lama mereka
bersama?"
Clarisa akhirnya mengerti dan berkata
dengan canggung, "Nona baru pertama kali bertemu dengan Nathan, tapi
sepertinya sudah tertarik padanya."
"Setelah itu, Nathan
menyelamatkan Nona Elin, mengusir orang-orang jahat, dan menyelamatkan Nona
Regina. Sepertinya Nona Regina terpesona dan nggak bisa melupakan Nathan."
Tiara berbalik dan berjalan memasuki
hotel. Wajahnya penuh dengan aura gelap.
Tak disangka, Nathan bahkan lebih
hina dari bayangannya, tetapi dia harus mengakui bahwa kemampuan pria ini untuk
mengandalkan orang lain benar-benar hebat.
Bahkan, Regina pun sudah tertipu
sampai sejauh ini.
Tidak bisa. Tiara tidak boleh
menyaksikan semua ini dalam diam lagi. Dia harus mengungkap wajah asli bajingan
ini.
Regina menggamit lengan Nathan erat
dan berjalan memasuki ruang VIP hotel yang mewah.
Terakhir, dia melihat Tiara duduk di
dalam yang menatapnya dengan ekspresi tidak bersahabat.
Saat ini, Tiara telah menanggalkan
jas putih yang dia kenakan di rumah sakit dan berdandan layaknya putri
bangsawan. Wajahnya yang polos dan riasan tipisnya membuat orang-orang takjub
dengan kecantikannya yang murni.
Nathan sebenarnya ingin berinisiatif
untuk menyapanya. Bagaimanapun juga, Tiara termasuk atasannya.
Namun, tatapan tajam dari Tiara
seketika membuat Nathan mengurungkan niatnya.
Seolah tidak mengenalnya, Nathan
mencari kursi kosong dan duduk.
Melihat itu, Tiara langsung
menggertakkan giginya. Beraninya bajingan ini mengabaikannya.
Regina duduk di sebelah Nathan dan
berkata sambil tersenyum, "Hanya ada kita berempat hari ini. Nggak ada
orang luar lagi."
"Dokter Nathan, aku perkenalkan.
Ini teman baikku, Tiara Wijaya. Barang yang kamu inginkan ada di tangan
Tiara."
Selesai memperkenalkan Nathan, Regina
bersiap untuk memperkenalkan Tiara.
Tiara mendengus dingin dan berkata
dengan datar, " Regina, kamu nggak perlu memperkenalkanku lagi. Kami kenal."
Regina terkejut. "Tiara, kamu
kenal Nathan?"
Tiara membusungkan dadanya dan
berkata dengan dingin, "Tentu saja aku kenal. Dia itu salah satu dokter
kecil di rumah sakitku. Bisa dikatakan, dia adalah bawahanku."
Regina menepuk kepalanya dan berkata dengan
kesal, " Aku benar-benar bodoh. Beñar juga, Dokter Nathan dan Tiara berada
di rumah sakit yang sama. Lihatlah ingstanku ini."
Tiara bertanya, "Regina,
bukankah kamu bilang ada ahli yang punya keterampilan medis luar biasa akan
datang hari ini dan bisa menyembuhkan penyakitku?"
"Kenapa sampai sekarang masih
nggak kelihatan?"
Regina tersenyum misterius dan
menunjuk Nathan. " Tiara, Dokter Nathan-lah ahli yang ingin aku
perkenalkan kepadamu. Aku sudah melihat keterampilan medisnya. Aku rasa Dokter
Nathan harusnya bisa menyembuhkan penyakitmu itu."
Tiara tertegun, lalu mendengus
dingin. "Kupikir ada ahli sungguhan, tapi nggak kusangka ternyata si
pembohong ini."
"Dia? Bahkan aku yang notabene
kepala Rumah Sakit Perdana pun nggak bisa mengobati penyakit ini. Memangnya dia
siapa?"
Regina tidak begitu senang dan
berkata, "Tiara, Dokter Nathan ini temanku. Tolong jangan bicara begitu
kasar, ok?"
Tiara berkata dengan nada menghina,
"Regina, karena semua orang ada di sini, aku juga langsung berterus terang
saja."
"Aku beri tahu kamu, Nathan ini
penipu. Dia seorang pecundang dan hanya bisa mengandalkan perempuan saja."
"Lantaran Emilia mencampakkannya,
jadi dia kini mengincarmu. Kalau aku nggak menyadarinya tepat waktu, kamu pasti
sudah masuk dalam jebakannya."
"Oh ya, kamu masih belum tahu.
Hari ini di rumah sakit, aku melihat bajingan itu sedang berhubungan intim
dengan seorang perawat muda. Benar-benar pemandangan yang menjijikkan. Mereka
melakukannya di siang bolong."
"Apa pría bajingan seperti ini
layak mendapatkan perhatianmu?"
Regina terkejut dan langsung menatap
Nathan dengan tidak percaya.
Melihat itu, Tiara tersenyum bangga
dan berkata, "Aku bersumpah, nggak ada sepatah kata pun dariku yang salah.
Kalau kamu nggak percaya padaku, kamu bisa tanyakan langsung padanya."
Sekretaris Clarisa melirik Nathan
sekilas. Tak disangka, tampang asli pria akan seperti itu. Namun, tak lama
lagi, dia pasti akan diusir oleh Nona.
Bukankah banyak orang bilang, mulut
wanita itu selalu mengatakan hal yang bertentangan dengan isi hatinya?
Sebenarnya, Nathan tidak ingin
menjelaskan, tetapi dia takut Regina salah paham, jadi dia terpaksa harus
mengatakan beberapa patah kata.
Alhasil, Regina langsung tertawa
terbahak-bahak. Bahkan, sampai tubuhnya pun ikut bergetar.
"Hahaha. Dokter Nathan, benarkah
ini? Kamu sungguh berhubungan dengan seorang perawat muda?"
"Huh. Sudah kuduga. Dari luar,
kamu tampak lembut dan sopan, layaknya pria pujaan semua orang, tapi jauh di
lubuk hatimu, kamu jelas-jelas pria yang rakus."
Regina langsung memegang tangan
Nathan dan berkata dengan penuh kasih, "Dokter Nathan, lihatlah aku. Aku
punya dada besar, pinggang indah, latar belakang keluarga yang baik, dan juga
paras yang cantik."
"Kamu bahkan bersedia
melakukannya dengan perawat muda. Aku nggak peduli. Kamu juga harus
melakukannya denganku, ya?"
Adegan aneh itu seketika membuat
Tiara membeku di tempat, seakan-akan tersambar petir di siang bolong.
Apa ini masih sahabat yang dia kenal?
Benarkah ini gadis bangsawan dari
Keluarga Suteja yang terkenal anggun dan elegan, yang mana sulit didekati oleh pria
mana pun?
Semuanya sudah bilang Nathan itu
seorang bajingan dan pecundang, tetapi dia masih tidak mau menyerah?
No comments: