Bab 79
Daren menatap Nathan dan menyeringai.
"Hei, bukankah kamu barusan pandai berkelahi? Kamu ingin mematahkan
leherku, 'kan? Sekarang mengapa kamu diam saja?"
"Beraninya kamu memukulku? Kamu
kira kamu sangat hebat? Cepat kemari dan mohon ampun padaku!"
Nathan merasa kepalanya berdengung.
Dia pun berjalan ke depan. "Apa kalian sampah-sampah dari Hessen selalu
omong kosong seperti ini?"
Apa?
Zevan dan Daren langsung tercengang.
Apa yang dibicarakan bocah ini
barusan? Sampah?
Di hadapan ratusan preman Hessen, dia
bukan hanya tidak ketakutan, tetapi masih berani memprovokasi mereka?
Wajah Nathan berubah dingin.
"Kalau kalian ingin bertindak, silakan saja. Aku nggak tertarik mendengar
kalian menggonggong di sini. Selain itu...."
Setelah jeda sejenak, Nathan menatap
Daren dan berkata, "Aku sudah melepaskan nyawamu barusan, tapi kali ini,
aku pasti akan membuatmu mati mengenaskan."
Arogan sekali!
Daren merasakan api di dadanya telah
mendidih.
"Kak Zevan, cepat hajar bocah
ini untukku. Aku ingin menyiksanya mati-matian dan membuat menderita..."
Daren mengeluarkan raungan gila. Dia
bahkan hampir menggertakkan giginya dengan geram.
Selama lebih dari dua puluh tahun
ini, dia juga sering mengamuk. Namun, baru kali ini dia begitu emosi.
Tatapan mata Zevan tampak muram. Dia
mengepal erat tangannya yang memegang parang dan bergegas mendekati Nathan.
"Bocah, sepertinya kamu pengin
mati!"
Wajah Regina berubah dingin. Dia
merogoh tasnya dan bersiap mengeluarkan senjatanya.
Tiba-tiba!
"Siapa berani menyentuh Tuan
Nathan, aku pasti akan membunuhnya!"
Diikuti dengan teriakan dingin.
Swush!
Sekelompok pria berpakaian hitam,
yang jumlahnya melebihi dua ratus orang dan bersenjata tajam, langsung
mengepung anak buah dari Hessen.
Zevan berbalik dan menatap mereka.
Ekspresinya berubah muram. "Kak Arjun, mengapa datang begitu banyak orang
dari Gluton? Apa maksud kalian?"
Dikelilingi oleh sekelompok anak
buah, Arjun langsung berdiri keluar dari kerumunan. Bahkan tanpa melihat ke
arah Zevan, dia bergegas mendekati Nathan.
"Tuan Nathan, saudara-saudara
dari Gluton semuanya ada di sini. Kami siap menerima perintah dari Tuan Nathan
kapan saja."
Arjun langsung memberi hormat pada
Nathan.
Adegan ini seketika mengejutkan Tiara
dan juga orang-orang dari Hessen.
Mata indah Regina berbinar saat
menatap Nathan.
Dia tahu pria ini suka merendah,
tetapi status aslinya sudah pasti seorang master hebat yang tersembunyi.
Begitu statusnya terekspos, tidak ada
seorang pun yang bisa menghentikannya!
Daren berkata dengan gemetar,
"Mana mungkin Kak Arjun, penguasa Gluton, bersikap begitu rendah
hati?"
Zevan juga terkejut dan kebingungan.
Siapa bocah ini sebenarnya? Bisa-bisanya dia membuat Arjun menundukkan
kepalanya seperti itu?
Nathan memandang Arjun, lalu berkata
sambil tersenyum, "Kak Arjun, apa maksudmu?"
Arjun menundukkan kepalanya lebih
rendah lagi. "Aku barusan dapat kabar kalau segerombolan sampah dari
Hessen datang untuk mengganggu Tuan Nathan. Jadi, aku pun datang ke sini
secepat mungkin."
Regina tersenyum dan berkata,
"Dokter Nathan mungkin belum tahu, tapi klub ini milik Kak Arjun."
Nathan baru mengerti bahwa Arjun
datang ke sini untuk memperlihatkan niat baiknya.
"Karena ini wilayahmu, kamu bisa
menanganinya sesuai keinginanmu."
Kata-katanya terdengar acuh tak acuh,
tetapi dia juga tidak menolak niat baik dari Arjun.
Arjun mengangkat kepalanya, kemudian
berjalan menghampiri Zevan tanpa ragu-ragu.
Dia langsung menendang lutut Zevan
dengan keras hingga membuat pria itu berlutut. "Siapa yang memberimu nyali
untuk berdiri dan berbicara di hadapan Tuan Nathan?"
"Arjun, apa kamu ingin berperang
dengan Hessen kami?"
Zevan yang berlutut di tanah meraung
dengan marah.
Ada ekspresi menghina yang muncul di
wajah Arjun. " Kalau Waldi ada di sini, dia masih punya kualifikasi untuk
membahas tentang perang."
"Tapi Zevan, kamu bukanlah
siapa-siapa. Beraninya kamu menantangku?"
No comments: