Bab 140
Wajah Tamara berubah gelap. Dia pun
berkata dengan marah, "Siapa yang memintamu menegakkan keadilan untuk
kami? Jangan kira dirimu sangat hebat. Kalau Tuan Edward yang ada di sini, dia
masih bisa melakukannya."
Ken berkata dengan sok tahu,
"Benar sekali. Kalau saja, kakak iparku ada di sini, Pak Henry ini pasti
nggak berani macam-macam."
Tamara dan Ken sangat tidak senang.
Orang yang menginjak mereka malah ditangani oleh Nathan.
Bukankah ini membuat mereka tampak
sangat tidak berguna?
Emilia tidak tahan lagi dan berkata
dengan marah, "Bu, bisakah Ibu diam?"
"Nathan-lah yang membantu kita
menegakkan keadilan dalam masalah ini. Jadi, jangan disangkal lagi."
"Selain itu, ini semua berkat
Nathan, masalah pasokan material Grup Makarim baru bisa terselesaikan dengan
sempurna."
Berbicara sampai di sini, Emilia
menatap Nathan dengan ekspresi rumit. "Nathan, aku nggak peduli kamu
menerimanya atau nggak, tapi aku tetap ingin mengucapkan terima kasih
padamu."
"Kalau bukan bantuanmu tadi,
ibuku dan Ken sudah pasti sia-sia dipukul oleh Pak Henry."
Tamara merasa tidak senang dan
bergumam, "Emilia, mengapa kamu berterima kasih padanya? Kami nggak
memintanya untuk menyelamatkan kami."
"Nathan, ibu dan adikku memang
seperti ini. Aku harap kamu nggak keberatan," ujar Emilia.
Nathan berkata dengan nada cuek,
"Kenapa aku harus keberatan?"
"Apalagi, aku nggak pantas
menerima ucapan "terima kasih". Alasan aku mengambil tindakan barusan
murni karena Pak Henry sudah menimbulkan masalah di wilayahku dan ini sama
sekali nggak ada hubungannya dengan Keluarga Sebastian kalian!"
Emilia mentertawakan dirinya sendiri
dan berkata, " Sepertinya aku terlalu banyak berpikir. Aku kira kamu
membantuku karena memandang dari hubungan kita sebelumnya."
"Tapi nggak penting lagi. Aku
masih harus berterima kasih padamu."
Tamara berkata dengan nada sarkastis,
"Sudah kuduga, dia nggak akan begitu baik. Baguslah kalau begitu. Lagi
pula, kami juga nggak peduli."
Emilia menatap Nathan dan berkata,
"Pak Henry dari Grup Makarim juga termasuk tokoh penting di Beluno. Aku
khawatir dia nggak akan membiarkan masalah hari ini berlalu begitu saja."
Nathan berkata dengan nada tidak
setuju, "Lantas, menurut Bu Emilia, apa yang harus kita lakukan?"
Emilia segera berkata,
"Manfaatkan situasi ini. Kamu mengerti maksudku?"
"Bukankah kamu sekarang anggota
Tuan Bima, orang terkaya di kota kita? Meski kamu hanya seorang pimpinan kecil
di sebuah departemen, kamu tetap masih unggul."
"Jadi, asalkan kamu meminta Tuan
Bima membantumu berbicara, Henry mungkin nggak akan berani macam-macam."
Nathan berkata dengan nada datar,
"Nggak perlu. Kalau Tuan Bima nggak terima dan berani membuat masalah,
lain kali aku nggak akan membiarkan dia lolos begitu saja."
Namun, Emilia merasa kata-kata Nathan
terlalu dibuat-buat.
"Nathan, kamu punya orang yang
mendukungmu sekarang, jadi sebaiknya kamu nggak perlu keras kepala lagi."
"Lagi pula, kamu sudah melakukan
banyak hal untuk Tuan Bima. Jadi, dia seharusnya nggak akan berpangku tangan,
'kan?"
"Masalah kecil seperti ini sama
sekali nggak perlu merepotkan Tuan Bima," ucap Nathan sambil menggelengkan
kepala.
"Kalau dia tahu aku harus
merepotkannya untuk menyelesaikan masalahku, dia pasti akan kaget."
Nathan hanya berterus terang, tetapi
bagi anggota Keluarga Sebastian, Nathan hanya menyombongkan diri.
Tamara melengkungkan bibirnya dan
berkata, "Haha. Menarik sekali. Dia bertingkah seolah-olah statusnya lebih
tinggi dari Tuan Bima. Kenapa masih berlagak di sini? Cih!"
Ken mencibir dan berkata, "Aku
rasa mungkin karena nggak punya kesempatan untuk bertemu dengan Tuan Bima, jadi
Pak Nathan sengaja bilang begitu."
"Maklum saja. Dia adalah orang
terkaya di Beluno. Sedangkan Pak Nathan hanyalah pion kecil di bawah
komandonya."
Emilia menghela napas dan
menggelengkan kepalanya, " Nathan, aku nggak ngerti mengapa kamu suka
begitu angkuh dan sombong, seolah-olah orang lain sama sekali nggak
pantas."
No comments: