Bab 207
Begitu datang, Roland langsung
berbicara dengan ramah.
Julian mencibir sambil memegang
pedang di belakang punggungnya. Dia berkata dengan arogan, "Tunjukkan
belas kasihan? Maaf, Tuan Roland. Sekalipun kamu datang ke sini untuk memohon
belas kasihan, bajingan kecil ini tetap kubunuh hari ini."
Para hadirin terkejut. Mereka tidak
menyangka Julian bahkan tidak akan memberikan sedikit pun rasa hormat kepada
tuan rumah lelang malam ini.
Namun, Sekte Pirata memang sangat
kuat dan mampu untuk membuat Julian memperlihatkan kesombongannya di sini.
Banyak orang yang berkeringat dingin.
Bahkan, kedatangan Roland pun tidak berhasil menghancurkan niat Julian. Kalau
begitu, Nathan, si gigolo ini, pasti akan celaka.
Namun saat ini, Roland menatap Julian
seolah-olah dia bodoh. Dia berkata dengan nada dingin, "Bodoh! Kamu kira
aku sedang memohon padamu?"
Apa?
Banyak orang yang tercengang dengan
perkataan Roland.
Sebagai orang yang terlibat, Julian
juga tértegun sejenak. Dia kemudian berkata, "Roland, jangan kira hanya
karena kamu adalah CEO Grup Valentino, aku akan menghormatimu. Aku sarankan
sebaiknya kamu nggak ikut campur dalam masalah ini."
Roland mengulurkan jarinya dan hampir
menusuk mata Julian. "Dasar bajingan. Kamu hanya bisa mengandalkan
hubunganmu dengan pemimpin Sekte Pirata untuk bertindak semena-mena di luar.”
"Orang lain mungkin takut
padamu. Aku sama sekali nggak perlu takut padamu. Asal kamu tahu saja, di balik
Grup Valentino, ada Sekte Naga Hitam. Orang lain mungkin nggak berani
menyinggungmu, apa Sekte Naga Hitam kami juga harus takut padamu?"
Ekspresi wajah Julian langsung
berubah.
Tiga sekte bela diri besar di Beluno,
Sekte Naga Hitam dan Sekte Pirata selalu tidak akur.
Julian berani membuat keributan di
wilayahnya Sekte Naga Hitam dan bertindak begitu gegabah. Dia benar-benar
tampak seperti orang yang cari mati.
Jika terjadi sesuatu, sepertinya
Sekte Pirata juga tidak bisa berbuat apa-apa.
Di bawah tatapan tercengang orang
banyak, Roland berlari mendekati Nathan dan berkata sambil tersenyum,
"Tuan Nathan, selamat datang di acara kami."
"Maaf sudah terjadi hal yang
nggak diinginkan. Saya harap Anda menunjukkan belas kasihan."
Nathan mengangkat alisnya. "Tuan
Roland, apa kamu berencana untuk melindungi si bodoh itu?"
Roland tersenyum pahit dan berkata,
"Sekte Naga Hitam dan Sekte Pirata adalah musuh bebuyutan. Buat apa aku
melindunginya?"
"Hanya saja, kalau bajingan
kecil ini ditaklukkan oleh Tuan Nathan di sini, apalagi tepat di Grup Valentino
kami, aku rasa presdir kami pasti akan diinterogasi oleh Sekte Pirata. Saat
itu, hanya akan menyebabkan lebih banyak masalah."
Nathan mengangguk. "Baiklah.
Memandang dari wajahmu, aku nggak akan perhitungan lagi.”
Roland langsung tersenyum. "Tuan
Nathan, terima kasih sudah bermurah hati dan memberi kami kemudahan. Tuan
Nathan, ayo silakan masuk. Ruang VIP nomor satu sudah disiapkan untuk
Anda."
Nathan juga tidak segan lagi dan
langsung membawa Regina beserta Tiara ke aula lelang.
Setelah tertegun selama beberapa
detik, hadirin lainnya langsung heboh.
"Siapa Nathan ini? Kenapa dia
bisa diperlakukan begitu baik oleh CEO Grup Valentino?"
Perilaku Tuan Roland barusan
benar-benar berbeda. Dia memperlakukan Julian bagaikan pesuruh yang jijik, tapi
dia memperlakukan gigolo ini seperti bos besar."
"Siapa sangka Liam, Edward, dan
bahkan Julian, akan ditekan habis-habisan oleh gigolo itu malam ini."
Begitu mendengarkan diskusi di
sekelilingnya, wajah Julian langsung berubah gelap.
Saat CEO Grup Valentino muncul, dia
mengira pria itu datang ke sini untuk mendukungnya.
Alih-alih memberinya sedikit rasa
hormat, Roland malah berlari menghampiri Nathan, lalu membungkuk dan bersikap
begitu sopan pada gigolo itu.
Jika membandingkan perlakuan Roland
pada mereka berdua, Julian tentu tahu maksudnya.
Hal itu sama seperti memperlihatkan
pada semua orang bahwa Julian bukan apa-apa di hadapan Nathan.
No comments: