Bab 197
"Biasanya ada banyak gadis-gadis
yang berebutan untuk melayani tuan muda kami, jadi kalian jangan nggak tahu berterima
kasih!"
Regina menarik napas dalam-dalam dan
berkata dengan nada dingin, "Jangan lupa, kalian sekarang berada di
wilayah Beluno kami. Masih berani bersikap begitu sombong?"
"Keluarga Suteja kami juga nggak
takut dengan kalian. Biarlah kami bertarung dengan Sekte Pirata kalian."
Dia mengeluarkan ponsel dan bersiap
menghubungi master Keluarga Suteja.
Tiara juga bersiap memanggil
kakeknya, dokter genius Bayu.
Julian berkata dengan nada bercanda,
"Kalian ingin bertarung, 'kan? Silakan saja. Tapi aku mau tegaskan satu
hal dulu. Aku nggak menyentuh kalian sedikit pun."
"Meski master Keluarga Suteja
dan Keluarga Wijaya datang, coba saja kalau mereka berani menyentuhku? Buka
mata kalian dan lihat baik-baik. Aku bukan orang yang bisa sembarangan kalian
lawan!"
Saat ini, Nathan perlahan berdiri.
"Nona Regina, Bu Tiara, nggak
perlu telepon lagi."
Regina berkata dengan nada dingin,
"Dokter Nathan, kita nggak perlu takut."
"Sekte Pirata kuat dan punya
banyak master. Tapi Keluarga Suteja kami juga nggak pernah takut pada siapa pun
di Beluno ini.”
Nathan melambaikan tangannya dan
berkata, "Ini bukan masalah takut, tapi sekalipun master Keluarga Suteja
datang, mereka juga sulit untuk mengambil tindakan langsung hanya karena
kata-kata kotor yang diucapkan pria bodoh ini."
"Begitu pula dengan Keluarga
Wijaya. Kalian nggak perlu bermusuhan dengan Sekte Pirata hanya karena masalah
kecil seperti ini."
Tiara berkata dengan ragu, "Tapi
Nathan, mereka sudah menindasmu, mana mungkin aku dan Regina bisa diam begitu
saja?"
Nathan tersenyum. "Siapa bilang
kita harus menahan diri? Kita tentu saja harus memberinya pelajaran."
Di bawah tatapan bingung kedua gadis,
Nathan berbalik dan langsung menghadap Julian.
Julian tersenyum jahat dan berkata
dengan iri, "Nak, nggak disangka dua gadis cantik itu begitu peduli sama
kamu. Sialan! Kamu cukup beruntung! Aku bahkan belum menikmatinya, apa kamu
pantas mendapatkannya?"
Nathan berkata dengan tenang,
"Tuan Julian, aku rasa kejadian hari ini hanyalah lelucon."
"Begini saja. Aku beri kamu
kesempatan. Kamu dan dua pelayanmu segera minta maaf pada dua temanku karena
sudah mengucapkan kata-kata kasar barusan. Dengan begitu, aku akan biarkan
masalah ini berlalu!"
Julian tertegun sejenak, kemudian
tertawa terbahak-bahak.
"Kalian dengar itu? Bajingan itu
bilang apa tadi? Dia ingin aku minta maaf?”
"Hahaha. Lucu sekali. Apa dia
nggak tahu kalau aku terlahir dengan sendok perak? Dari kecil sampai dewasa,
orang lain yang akan minta maaf padaku. Mana pernah aku minta maaf pada orang lain."
Kedua pelayan wanita itu juga
memandang Nathan sambil tertawa.
"Hei kampungan, kamu mau tuan
muda kami minta maaf? Berdasarkan status dan latar belakang yang dimiliki tuan
muda kami, apa kamu berani menerima permintaan maafnya?"
"Pemimpin Sekte Pirata adalah
pamannya tuan muda kami. Sekalipun berada di Beluno, lantas kenapa? Asalkan
tuan muda kami menyebut nama pemimpin sekte, para keluarga bangsawan itu masih
harus menyanjungnya, apalagi bocah busuk sepertimu!"
Regina dan gadis lainnya juga merasa
tidak masuk akal. Bisa-bisanya Nathan menyuruh Julian untuk meminta maaf.
Para pengikut sekte yang mendominasi
ini sangat peduli dengan kemegahan dan gengsi.
Mustahil untuk memintanya menundükkan
kepala dan minta maaf.
Nathan menggelengkan kepalanya.
"Jadi, Tuan Julian merasa dirimu sangat masuk akal?"
Julian menekan dada Nathan dengan
kipas lipat di tangannya. Dia mendorong Nathan dengan provokatif. " Masuk
akal atau nggak, memangnya kamu bisa apa?"
"Aku tegaskan sekali lagi. Aku
pasti akan memotong lidahmu hari ini. Aku mungkin sulit mengambil tindakan
terhadap dua gadis cantik ini, tapi menghadapi gigolo lemah sepertimu, sudah
pasti aku akan menyiksamu sampai mati!”
Plak!
Tamparan Nathan begitu cepat.
"Karena sulit bicara baik-baik
denganmu, kebetulan aku juga bukan tipe orang yang suka berdebat dengan orang
nggak masuk akal sepertimu.”
No comments: