Bangkit dari Luka ~ Bab 139

  

Bab 139

 

Jawaban Nindi ini penuh dengan nada provokatif

 

Para wartawan mungkin tidak menyangka Nindi akan memberikan jawaban yang begitu menjatuhkan.

 

Leo tampak marah. Dia tidak menyangka adiknya meremehkan kemampuannya sampai sejauh itu.

 

Namun, Sania segera menyela, "Kak Nindi, kenapa kamu berkata begitu? Pertandingannya bahkan belum dimulai. Tim kami sudah berusaha sangat keras. Jangan gara-gara kamu berbakat, kamu meremehkan orang-orang yang bekerja keras seperti kami."

 

Wajah Leo berubah gelap. Dia merasa harga dirinya diinjak-injak oleh Nindi.

 

Sudut bibir Nindi terangkat dingin. "Aku cuma bercanda, jangan dianggap serius."

 

Sania melanjutkan, "Kak Nindi, kalaupun kamu nggak ikut bertanding, setidaknya jangan menjatuhkan semangat kami."

 

"Aku cuma melakukannya demi kebaikan kalian. Supaya kalian nggak terlalu sombong sebelum pertandingan, jadi nggak akan melakukan kesalahan saat bertanding."

 

Nindi berbicara sambil menatap wartawan, "Lagi pula, Kak Leo benar, pertandingan nggak sepenuhnya soal kemampuan. Kerja sama yang baik di antara anggota tim juga sangat penting. Nona Sania dan Kak Leo punya kekompakan luar biasa. Mereka pasti bisa mengatasi segala rintangan dan menghancurkan lawan."

 

Ekspresi wajah Leo tampak semakin jelek. Dia tahu Nindi sedang menyindirnya dengan sengaja.

 

Sania tidak bisa menahan emosinya. "Kak Nindi, kamu datang ke sini hari ini hanya untuk menonton kami kalah, ya?"

 

"Tentu saja bukan. Aku ke sini sebagai tamu khusus. Kalau bukan karena itu, aku nggak punya waktu untuk datang."

 

Baru saja Nindi selesai bicara, seorang penggemar langsung menyerahkan hadiah kepadanya.

 

"Dewi Nindi, kami semua adalah penggemar Dewi Lemon. Ini adalah figurine buatan kami untukmu."

 

Nindi tidak menyangka penggemar begitu antusias. Dia merasa sedikit tersanjung. "Terima kasih semuanya."

 

Dia langsung dikelilingi para penggemar untuk berfoto bersama.

 

Sekeliling Sania tampak sangat sepi. Tidak ada satu pun penggemar yang menghampirinya. Wajahnya memerah karena marah. "Kak Leo, lihat Kak Nindi! Hari ini pertandingan kita. Seharusnya kita yang jadi sorotan!"

 

Namun, begitu Nindi muncul, semua perhatian langsung terpusat padanya.

 

Leo teringat apa yang dikatakan Nindi semalam. Dia tidak ingin berlama-lama di sana dan pergi dengan langkah terburu-buru.

 

Sania tidak punya pilihan selain menyerah. Dia benar -benar sangat kesal.

 

Setengah jam kemudian, Nindi akhirnya berhasil keluar dari kerumunan penggemar. Dia melambaikan tangan. "Semuanya, kalian tontonlah pertandingan dulu. Kalian hampir terlambat."

 

Ketua kelas menarik tangannya dan berjalan ke depan. "Aku sudah bilang kamu seharusnya pakai masker tadi. Sekarang kamu tahu 'kan, betapa antusiasnya para penggemarmu?"

 

"Aku nggak nyangka akan seramai ini."

 

Setelah memasuki arena pertandingan, Nindi melihat banyak orang sudah duduk di kursi penonton.

 

Dia tahu tim-tim yang bertanding hari ini sebenarnya cukup kuat, terutama kaptennya yang terkenal karena ketenangannya.

 

Kak Leo memiliki temperamen yang sangat mudah tersulut. Kalau tidak berhati-hati, lawan bisa dengan mudah menemukan celah. Di kehidupan sebelumnya, dia sering dimarahi oleh Kak Leo sebelum akhirnya memenangkan pertandingan ini. 1

 

Dia ingin melihat, tanpa dirinya, dan posisi penembak yang di isi oleh Sania, siapa yang akan menghentikan Kak Leo?

 

"Nindi, ini popcorn dan minuman yang aku siapkan. 11

 

Nando tiba-tiba muncul, membawa dua porsi popcorn dan minuman.

 

Dia duduk di kursi sebelah Nindi. "Pertandingannya akan cukup lama, makan sesuatu dulu."

 

Nindi menatapnya. "Kak Nando, daripada buang -buang waktu makan di sini, kenapa nggak memikirkan cara supaya tim keluarga kita nggak kalah telak?"

 

"Kakakmu berada di posisi ini karena ulahnya sendiri. Dia pantas mendapat pelajaran. Dia harus belajar dari pengalaman."

 

Nando merasa bahwa tidak ada peluang menang dalam pertandingan ini.

 

Tanpa Nindi, dan hanya mengandalkan Sania dengan kemampuannya yang payah, mustahil mereka bisa menang.

 

Sang ketua kelas, Luna, yang sedang memegang sebungkus popcorn dari Nando, merasa canggung. Mau diletakkan tidak enak, mau dipegang juga tidak nyaman.

 

Dia tidak tahan dan berkomentar, "Sebenarnya, tim LeSky Gaming bisa saja merekrut seorang Penembak baru dengan bayaran tinggi. Kenapa malah menyuruh Sania? Ini sama saja bunuh diri. Semua orang sudah melihat betapa jeleknya performa Sania di Babak Penyisihan Ulang terakhir."

 

Sudut bibir Nindi melengkung. "Karena mereka adalah keluarga."

 

Bab Lengkap

Bangkit dari Luka ~ Bab 139 Bangkit dari Luka ~ Bab 139 Reviewed by Novel Terjemahan Indonesia on May 02, 2025 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.