Bab 157
Nindi melihat ke kamera, awalnya
merasa agak bingung.
Setelah merenung sejenak, dia
menjawab, "Orang yang paling ingin kuberikan ucapan terima kasih adalah
keluargaku karena mereka sangat memperhatikan proses belajarku."
"Dalam proses belajarku beberapa
bulan terakhir ini, dukungan dan dorongan dari kakak - kakakku begitu berarti,
bahkan mereka sampai menyewa guru les untuk mengajar di rumah."
"Mereka menyemangatiku untuk
belajar dengan keras setiap hari. Pada akhirnya, aku bisa meraih nilai yang
bagus hari ini."
Setelah mengatakan itu, Nindi
mencibir di dalam hati.
Setelah mendengar jawaban tersebut,
Sania yang berada di samping langsung terbelalak. Bukankah Nindi sedang
berbohong secara blak-blakan?
Sebenarnya para kakak keluarga Lesmana
tak terlalu peduli dengan nilai.
Bahkan Kak Leo merasa bahwa nilai
bagus tak punya banyak kegunaan. Ketika Kompetisi Tim E-Sport, Kak Leo
memintanya untuk ambil cuti guna berlatih untuk mengikuti kompetisi. Akibatnya,
nilai Nindi tertinggal cukup jauh.
Nilai ujian kali ini hancur berkaitan
erat dengan dirinya yang pergi bermain gim.
Mengapa Nindi mengatakan sebaliknya?
Sania merasa curiga, mungkinkah Nindi
ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk memperbaiki hubungan dengan kakaknya?
Wartawan lanjut bertanya, "Dik
Nindi, kami mendengar biasanya nilai akademismu tak terlalu menonjol, tapi
dalam beberapa bulan terakhir bisa meningkat dengan pesat dan bahkan meraih
peringkat pertama sekota dengan nilai bagus. Apa semua ini bisa terjadi karena cara
mengajar guru lesmu yang baik?"
"Bukan, semua ini bisa terjadi
karena guru-guru di sekolah kamilah yang mengajar dengan baik."
Setelah wawancara singkat usai, Nindi
foto bersama para petinggi sekolah.
Spanduk yang menggantung dan menutupi
nama di halaman sekolah dicopot oleh seseorang. Nama Nindi terpampang jelas di
sana.
Nindi dikerumuni oleh orang-orang bak
bulan dikelilingi bintang. Mereka semua ingin berjabat tangan dan memberi
selamat kepada sang juara.
Sania yang melihat Nindi begitu
gemilang dari samping, merasa iri hingga mematahkan kuku jari dan matanya
memerah.
Dia tak menyangka sama sekali Nindi
bisa meningkatkan nilai akademis dengan begitu cepat dan bahkan langsung meraih
peringkat pertama sekota!
Bagaimana mungkin ini bisa terjadi?
Jelas-jelas nilai Nindi dulu sangat
anjlok, bahkan lebih buruk darinya.
Temannya juga berkata dengan marah.
"Sania, aku barusan mendengar Nindi berterima kasih pada kepala sekolah
atas alat tulis yang diberikannya. Jangan-jangan dia punya hubungan khusus
dengan kepala sekolah, lalu kepala sekolah memberinya kunci jawaban."
"Kalau nggak, mana mungkin dia
bisa meraih peringkat pertama sekota dan menjadi sang juara?"
Sania juga berpikir demikian, dia
juga mendengar Nindi mengatakan hal itu.
Sebenarnya alat tulis Nindi tidaklah
ampas, tetapi wanita ini tak membocorkan sedikit pun informasi.
Terlintas sebuah rencana dalam benak
Sania. "Kamu nanti pergi cari wartawan dan bocorkan informasi ini."
Dia yakin pasti ada orang yang akan
melaporkan kebenaran di balik nilai Nindi ini.
Lagi pula, Nindi sudah membuat tulang
rusuk Yanuar patah dan masuk rumah sakit. Keluarga Gunawan pasti takkan
melepaskan Nindi begitu saja.
Ketika waktu itu tiba, Nindi pasti
akan dijatuhkan oleh seseorang hingga tak bisa bangkit lagi.
Día harus segera pergi ke rumah sakit
untuk memanas-menasi Yanuar.
Di sisi lain, Nindi sudah menerima
wawancara dari wartawan dan juga bekerja sama dengan pihak sekolah untuk
membuat beberapa iklan promosi.
Pada siang hari, wali kelas meminta
dia untuk menghadiri pesta perayaan.
Nindi juga enggan untuk menolak, dia
pergi keluar sekolah bersama Luna.
Sebuah mobil mewah parkir di tepi
jalan.
Nando turun dari mobil dan menatap
Nindi dengan ekspresi serius. "Nindi, kamu sekarang ikutlah
denganku."
No comments: