Bangkit dari Luka ~ Bab 175

  

Bab 175

 

Hati Darren sontak melunak mendapati tatapan menyedihkan Sania.

 

Matanya beralih menatap tim penyidik. "Aku tahu betul Sania seperti apa, dia nggak mungkin buat curang. Lagipula, nilainya sangat jelek, nggak ada alasan buat dia curang dalam ujian."

 

Sania terdiam mendengar pembelaan Darren.

 

Perasaan tidak senang seketika memenuhi benaknya. Prestasi buruknya di sekolah bukanlah karena latihan semasa pertandingan tim E-Sport yang mengganggu, melainkan murni karena kurangnya usaha.

 

Namun, di luar, dia tetap memasang topeng palsu. " Makasih ya, Kak Darren. Makasih sudah percaya sama aku."

 

Sementara itu, ketua tim penyidik memandang mereka dengan tatapan bosan. "Maaf, kami harus mengikuti prosedur. Kami harap kalian bisa bekerja sama."

 

Padahal, waktu menuduh Nindi kemarin, mereka antusias banget. Tapi, giliran selidiki gadis ini, kok malah banyak alasan buat menghalangi?' pikir ketua tim penyidik dalam hati.

 

Kayaknya rumor itu memang benar.

 

Keluarga Lesmana lebih memanjakan anak angkat mereka dan menyiksa anak kandung.'

 

Darren memasang wajah serius. "Nggak, kalian nggak boleh sembarangan melakukan penyelidikan. Kami punya pengacara pribadi."

 

"Pak Darren, tindakan Anda sekarang bisa dianggap sebagai pelanggaran penyelidikan. Jangan-jangan Anda merasa bersalah makanya menghalangi proses ini?"

 

"Apanya yang bersalah! Sania itu anak yang sensitif. Gimana kalau penyelidikan ini bikin dia trauma mental?"

 

Tim penyidik langsung menanggapi, "Tapi barusan, Pak Darren, waktu Anda minta kami selidiki Nindi Lesmana, sikap Anda beda banget. Apakah Anda sedang pilih kasih?"

 

Nindi langsung menyambar. "Benar! Barusan semangat banget nuduh curang. Tapi giliran Sania, malah dilindungi terus, nggak boleh diselidiki. Siapa bilang orang yang nilainya jelek nggak bisa nyontek? Justru kalau nggak nyontek, nilainya bisa nol besar!"

 

Tatapan dingin dan penuh sindiran meluncur dari mata Nindi.

 

Darren terdiam sejenak, ekspresinya seakan mengeras. "Karena aku percaya dengan Sania, dia anak yang baik."

 

Sejak kecil, Nindi memang berbeda. Dia selalu bersaing dengan Sania untuk mendapatkan kasih sayang keluarga. Darren merasa, perbuatan curang itu mungkin sudah jadi kebiasaan Nindi, tetapi tidak dengan Sania.

 

Nindi tertawa dingin. 'Ah, benar juga. Di kehidupan sebelumnya, Kak Darren juga cuma percaya dengan Sania.

 

Nando melirik Darren. "Kak Darren, kita semua percaya sama Sania. Jadi, lebih baik kita hindari kecurigaan dan kerja sama aja dengan proses penyelidikan."

 

Sania mulai merasa cemas, tetapi saat dipikir-pikir lagi, para penyidik ini seharusnya belum punya bukti konkret.

 

Bagaimanapun, selama bertahun-tahun menyontek, dia belum pernah sekalipun ketahuan. Bahkan, sekalipun ketahuan, akan selalu ada kambing hitam yang mengambil alih untuknya.

 

Sania berpikir sejenak, suaranya terdengar gemetar, wajahnya memelas. "Kak Darren, aku nggak masalah kok kalau ditekan begini. Selama nama baik keluarga Lesmana nggak tercemar, aku rela ngelakuin apa aja."

 

Mendengar itu, Darren langsung naik pitam.

 

"Atas dasar alasan apa mereka bilang ada penyelidikan, memangnya ada buktinya?" desak Darren, meninggikan suaranya.

 

"Bukti jelas ada di tangan. Kamera pengawas terpasang di ruang ujian."

 

Mendengar pernyataan itu dari tim penyidik, Nindi merasakan jantungnya berdebar, tetapi kali ini bukan karena cemas, melainkan karena merasa puas.

 

Apa laporan yang awalnya hanya disampaikan secara asal itu benar-benar membuahkan hasil? Apakah ini seperti kucing buta yang tiba-tiba menangkap tikus mati?

 

Sania, perempuan licik yang selalu terlihat tenang, malah menyontek dalam ujian. 'Sudah menyontek, nilainya malah cuma segitu? Aneh sekali!'

 

Sekujur tubuh Sanía mendadak membeku. Wajahnya pucat pasi.

 

Tangannya seketika bergetar. 'Yang benar saja! Benaran ada kamera pengawas?' batinnya panik.

 

Nggak-nggak, ini mustahil!'

 

Darren menolak percaya. "Keluarkan rekaman CCTV -nya, biar semua bisa lihat!" bentaknya.

 

Tanpa basa-basi, tim penyidik mengeluarkan ponsel dan memutar video tersebut. "Di sini terekam jelas, Sania memberikan secarik kertas kepada gadis di kursi depan." 2

 

Nindi menatap layar itu dengan senyum tipis, penuh arti. "Videonya cukup jelas, ya," ujarnya santai, tetapi menusuk.

 

Bukti sudah berbicara. Sania benar tertangkap berbuat curang.

 

Nindi menunggu dengan antusias. Dia ingin tahu, bagaimana perempuan licik itu akan membela diri sekarang?

 

Yang lebih menarik lagi, bagaimana reaksi keluarga Lesmana selanjutnya?

 

Wow, menarik nih!' batin Nindi.

 

Sania ketakutan setengah mati. Dia tiba-tiba terduduk di lantai, tubuhnya lemas. Mustahil!

 

Dia sudah sangat hati-hati menghindari pengawasan. Bagaimana bisa masih tertangkap kamera?

 

Bab Lengkap

Bangkit dari Luka ~ Bab 175 Bangkit dari Luka ~ Bab 175 Reviewed by Novel Terjemahan Indonesia on May 04, 2025 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.