Bab 176
Bagaimana?
Habis sudah.
Jika orang-orang keluarga Lesmana
membenci Sania, hidupnya di masa depan akan benar-benar hancur.
Setelah menonton video itu, Darren
terkejut sewaktu menatap Sania. "Ini bagaimana ceritanya? Sania, apa yang
kamu lakukan?"
Darren tidak percaya Sania
benar-benar melakukan hal seperti itu.
Sungguh memalukan. Padahal, tadi
Darren sangat membela Sania. Kini, bukti sudah membantahnya !
Sania menunduk penuh rasa bersalah,
sungguh tidak berani menjawab.
'Waduh, bagaimana ini?'
Jika Sania tidak bisa memberikan
kejelasan, semuanya benar-benar akan berakhir!
Sania tidak bisa diusir dari keluarga
Lesmana, apalagi sampai kehilangan status sebagai putri kaya yang diberikan
oleh keluarga Lesmana!
Nindi sengaja meninggikan suara.
"Sania itu curang. Jelas banget, 'kan? Kakak, apa kamu buta sampai nggak
bisa lihat? Dia curang. Tahu arti curang, 'kan? Perlu kujelaskan artinya?"
Wajah Darren tampak luar biasa malu.
Tadi, sudah begitu yakin. Sekarang,
malah seperti ditampar keras-keras.
Sania mundur beberapa langkah dengan
gelisah, wajahnya pucat pasi.
Kata "curang" itu bagai
jarum, menyakiti hati Sania dengan kejam.
Mestinya, orang yang dipermalukan
hari ini adalah Nindi. Mengapa hasil akhirnya berbalik?
Ini tidak tepat!
Darren juga sangat malu. Awalnya,
Darren benar -benar percaya Sania tidak bermasalah. Siapa sangka, orang lain
malah langsung menunjukkan rekaman CCTV pada Darren.
Pemimpin Tim Penyidik terdengar
mengejek saat bicara, "Bukti ini sudah cukup jelas, 'kan? Jadi, kami ingin
bertanya pada Sania, biarkan dia jelaskan sendiri seluruh kronologi kejadian
ini dengan rinci."
Darren tahu dirinya salah. Jadi, dia
tidak bisa berkata apa-apa lagi.
Sungguh memalukan!
Namun, tidak peduli bagaimana orang
itu bertanya, Sania tetap diam.
Sania tidak berani menjawab!
Takutnya, hidup Sania benar-benar
berakhir usai dia memberi jawaban.
Melihat hal itu, Nindi lantang
berkata, "Sania, kamu pikir bisa menghindari segalanya pakai diam saja?
Bukti kecuranganmu sudah jelas. Nanti, pihak sekolah pasti tahu dan akan
mengumumkan pada semua siswa. Menurut aturan sekolah, kamu akan
dikeluarkan!"
"Berhenti bicara!" bentak
Sania.
Sania menutup kepalanya, lalu
berteriak histeris.
Sania tidak menyangka dirinya akan
gagal pada saat seperti ini.
Seharusnya, Sania tidak melaporkan
Nindi. Dengan begitu, tidak akan ada orang yang menyelidiki dirinya.
Tidak, Sania tiba-tiba teringat
sesuatu, lalu mendongak dan menatap ke arah Nindi. "Apakah kamu yang
melaporkanku?"
Selain Nindi, tidak mungkin ada orang
lain yang berniat melaporkan Sania atas kecurangan ini.
Pasti Nindi!
Nindi tersenyum sinis. "Apa
katanu? Mana mungkin kulaporkan kamu?"
'Saat sudah begini, mana mungkin
Nindi mengaku,' batin Sania.
Sania seperti telah menemukan harapan
terakhir. Sambil menangis, Sania berkata, "Kak Nindi, aku tahu kamu nggak
suka denganku dan merasa keluargamu kurebut. Tapi, nggak seharusnya kamu
lakukan ini padaku!"
Darren menatap Nindi, lalu bertanya,
"Nindi, jujur saja, apa ini perbuatan kamu? Kenapa kamu begitu kejanu pada
keluargamu sendiri?"
Setelah mendengar perkataan itu,
Nindi mencemooh, "Aku kejam? Sania curang, bukan aku yang
memaksanya."
Sania menunduk cemas. Dia harus cari
cara untuk melewati kesulitan ini!
Sania harus memanfaatkan kelembutan
hati keluarga Lesmana terhadap dirinya!
Bagaimanapun juga, Ayah Sania pernah
menyelamatkan nyawa Nindi. Jadi, keluarga Lesmana berutang budi pada Ayah
Sania!
No comments: