Bab 180
Padahal, kenyataannya, semua orang
tahu dengan jelas.
Leo juga agak kecewa. Hari ini, dia
tiba-tiba tersadar bahwa Sania tampak berbeda dari yang Leo kenal.
Bisa-bisanya Sania menyontek,
berbohong, dan menyalahkan orang lain.
Jika bukan karena rekaman CCTV yang
sangat jelas, mungkin Leo tidak akan percaya bahwa Sania bisa berbuat curang!
Jangan-jangan, Leo sudah banyak
dibohongi oleh Sania sebelumnya?
Leo sama sekali tidak berani
membayangkan lebih lanjut, bahkan segan untuk langsung menatap Nindi. Hatinya
terasa begitu panik.
Sania terisak-isak saat mengadu,
"Aku nggak curang, tapi temanku yang memintaku menyampaikan jawaban
untuknya. Aku mendadak iba dengannya..."
Belum selesai bicara, Sania langsung
pingsan.
Menyaksikan tingkah perempuan licik
yang pura -pura pingsan itu, Nindi hanya menggeleng muak.
Darren terlihat agak cemas.
"Sania pingsan, segera panggilkan dokter!"
Nindi merebut air dari tangan Nando
dan langsung menyiramkannya ke wajah Sania.
Darren berteriak, "Sania sudah
pingsan, kamu mau berbuat apa lagi?"
Sania tetap memejamkan matanya
rapat-rapat, enggan untuk bangun.
Nindi pun tegas berkata, "Belum
bangun, ya? Kalau gitu, kusiramkan air panas saja."
Sania terbangun karena takut.
Padahal, Nindi tidak memegang air panas sama sekali.
Sania tertipu!
Ekspresi Sania sempat terlihat
canggung sebelum suara lirihnya berkata, "Kak Nindi, apa yang kamu
lakukan?"
"Aku lihat kamu pingsan, makanya
kubantu kamu bangun. Seharusnya, kamu berterima kasih padaku."
Nindi meletakkan cangkirnya dan
berujar, "Sebelum kamu jelaskan semua, lebih baik jangan pusing. Kalau
kamu pingsan lagi, lain kali akan küsiram kamu pakai air seni."
Sania murka. "Apa hakmu
memperlakukanku seperti ini? Aku juga korban di sini, mestinya aku nggak mudah
terpengaruh buat kasih jawaban sama teman. Kalau tahu konsekuensinya akan
seberat ini, aku pasti nggak akan melakukannya."
Selama Şania bersikeras melakukan ini
untuk menyampaikan jawaban kepada temannya, sekalipun harus sampai dihukum, dia
masih bisa memberikan penjelasan.
Sania tidak bisa dibiarkan ketahuan
punya niat menyontek!
Darren segera berteriak, "Cukup!
Jangan ribut lagi!"
Darren tidak menyangka kalau rumahnya
berantakan begini. Tidak heran jika Nando sampai sakit dan harus dirawat di
rumah sakit.
Darren berkata, "Nando,
istirahatlah dengan baik, aku akan bawa mereka berdua pulang dulu."
Urusan rumah tidak boleh diungkap di
luar.
Nando agak cemas, sehingga dia ikut
berdiri. "Aku juga akan pulang."
Leo berjalan mendekat. "Kak
Nando, kamu tinggal di sini saja. Biar aku yang jaga, tenang."
Sekarang, Darren akan melindungi
Nindi dengan baik. 2
Ini bisa dianggap sebagai penebusan
dosa Darren sebelumnya.
Namun, Nindi tetap berdiri di tempat
dan mendongak. Sorot matanya agak sinis. "Kapan aku pernah bilang ingin
kembali ke keluarga Lesmana?"
Kedatangan Nindi hari ini hanya untuk
mengadakan rapat.
Jika bukan karena Sekretaris Candra
yang dulu membantunya, Nindi tidak akan datang ke rumah sakit.
Paling tidak, dia sudah bisa melihat
Sania terbukti berlaku curang. Jadi, perjalanan ini tidak sia-sia.
Darren sontak murka. "Nindi,
kalau kamu berani pergi hari ini, keluarga Lesmana akan menganggapmu nggak
ada!" ancamnya.
Nindi tertawa puas sebelum menjawab,
"Justru itu yang aku mau!"
Nindi tidak ingin berhubungan lagi dengan
keluarga Lesmana!
"Nindi, jangan pergi!"
Nando terhuyung - huyung turun dari
ranjang dan berlari mendekati Nindi. Matanya berkaca-kaca, suaranya penuh
harap. "Kak Darren bilang begitu karena sedang marah saja. Jangan
pergi!" 1
Darren sudah menyadari kesalahannya.
Darren ingin menebusnya!
Saat Nindi melihat wajah pucat Nando,
dia hanya bersikap tenang seraya berkata, "Kalau kamu ingin aku nggak
pergi, ada satu syarat."
"Apa pun syarat yang kamu minta,
meski sangat sulit digapai, aku akan melakukannya!" tegas Nando.
Nando benar-benar senang. Dia tahu,
Nindi masih peduli dengan keluarga Lesmana!
Asalkan bisa membuat Nindi tenang,
itu sudah cukup!
Nindi menatap penuh keseriusan.
"Dalam keluarga Lesmana hanya boleh punya satu adik perempuan. Sanía atau
aku, hanya satu yang bisa tinggal! Kak Nando, pilih!"
No comments: