Bab 183
Jika keluarga Nindi hanya akan
menjadi beban dan menghalangi Nindi untuk memulai hidup baru.
Cakra siap membantu Nindi untuk
melewatinya.
Jika ada yang menghalangi, Cakra akan
menghancurkannya, tidak peduli siapa pun itu.
Nindi mendengar suara Cakra, lalu
menarik napas dalam-dalam. "Nggak perlu, aku sudah menyelesaikannya
sendiri. Jangan ganggu Kak Darren, nggak mudah buat menghadapi Kak Darren. 11
Kakak-kakak Nindi selalu otoriter.
Khawatirnya, Cakra akan menderita.
Bagaimanapun juga, Darren di Kota
Yunaria memiliki sedikit kekuasaan, sementara Cakra tidak punya latar belakang
apa pun. Melawan Darren tentu seperti mencoba mencari kesakitan.
Cakra menyipitkan matanya.
"Pikirmu, aku mudah dihadapi?"
Cakra agak bingung harus
menanggapinya dengan tawa atau tangis.
Selama ini, selalu orang lain yang tidak
bisa menghadapinya, bukan Cakra yang tidak bisa menghadapi siapa pun!
Cakra melihat ekspresi kekhawatiran
pada Nindi, membuat kata-kata yang ingin dia ucapkan serasa tertahan.
Lagi pula, Darren mungkin pernah
melihat Cakra. Andai Cakra datang, identitasnya akan terungkap.
Sebelum identitasnya terungkap, Cakra
masih bisa berinteraksi dengan Nindi selayaknya terman.
Namun, begitu identitasnya terungkap,
Cakra tidak akan pernah memiliki hak untuk menemani Nindi.
Cakra mengaku ragu dan berniat untuk mundur.
Nindi menyadari, dia masih memeluk
pinggangnya. Jadi, gadis itu perlahan melepaskan tangannya dengan ekspresi agak
canggung. "Baguslah jika kamu baik-baik saja. Ayo, kita kembali."
Hari ini, Nindi menandatangani
perjanjian pemutusan hubungan dengan keluarga Lesmana.
Mengingat karakter Darren yang sangat
menjaga harga diri, pasti dia tidak akan memperhatikan Nindi lagi.
Inilah hasil yang Nindi inginkan.
Saat itu, di lantai tiga rumah sakit.
Darren berdiri di koridor luar ruang
gawat darurat. Kebetulan, dia melihat Nindi tengah berpelukan dengan seorang
pria melalui kaca.
Hanya terlihat tampak belakang saja
dari mata Darren dan wajahnya tidak dapat terlihat jelas.
Darren pun mengernyit seraya berkata,
"Pria itu dokter sekolah, 'kan? Dia nggak seharusnya di sini!"
Anak buahnya melapor, "Bos,
semua orang yang kami kirimkan sudah menghilang. Saat ini, kami nggak bisa
menghubungi mereka."
"Mana mungkin dia cuma seorang
dokter sekolah. Apa kemampuan besar yang dimilikinya, ya?"
Di sampingnya, Leo membalas,
"Kak Darren, pria itu sepertinya memiliki latar belakang yang cukup.
Sebelumnya, dia yang menyembunyikan Nindi di apartemen. Kak Nando juga butuh
waktu cukup lama untuk menemukan dia."
"Hah, apa pun latar belakangnya,
dia cuma preman kecil. Kurasa, Nindi memang sudah gila. Dia akan menyesal dan
menangis nanti. Mulai hari ini, aku akan putuskan semua sumber keuangan
Nindi!"
"Kak Darren, sejak keluarga kita
resmi mengadopsi Sania, Nindi sudah nggak menghabiskan uang keluarga setelah
bertengkar dengan kita."
Darren agak terkejut. "Lalu,
bagaimana dia bisa bertahan hidup?"
"Dia dapat beasiswa dari
sekolah. Perkembangannya sangat pesat dalam beberapa bulan terakhir. Kini, dia
sudah menjadi pemain gim terkenal di Aplikasi Drego, membuatnya nggak kekurangan
uang lagi."
Ketika Leo menyebutkan hal-hal ini,
rasa bersalahnya makin mendalam.
Sekarang, Nindi tidak lagi bergantung
pada keluarga Lesmana.
Darren juga tidak menyangka bahwa
Nindi sudah mandiri, membuatnya murka sampai berkata, " Hanya seorang
pemain gim pemula, tapi sudah merasa tinggi. Mana bisa dibandingkan dengan
status putri keluarga Lesmana, sih?"
Toh, Nindi tetap juaranya Ujian
Bersama Masuk Perguruan Tinggi, gumam Leo di hatinya.
Masa depan Nindi sangat cerah.
Saat itu, Darren menerima sebuah
telepon. "Halo, Pak Darren. Kami adalah guru dari kelompok penerimaan
Universitas Yasawirya. Anda adalah wali dari Nindi, 'kan? Kami ingin bahas
pemilihan jurusannya."
Darren mendengus. "Dia nggak
akan pergi ke Universitas Yasawirya, dia akan tetap di universitas daerah
kita."
Setelah berbicara, Darren langsung
memutuskan telepon. "Dengan sifat Nindi yang begitu, kalau dia pergi ke
Kota Yunaria, entah masalah apa yang akan dia timbulkan. Lebih baik dia tetap
kuliah di sini. Paling nggak, ada keluarga Lesmana yang bisa
melindunginya."
"Kenapa nggak dibicarakan dengan
Nindi, sih?"
"Buat apa dibicarakan
dengannya?" tolak Darren.
Leo merasa kurang setuju, tetapi dia
memilih untuk tetap diam. Setelah itu, dia menghela napas dan berkata,
"Kalau lihat nilai Sania, sepertinya cuma bisa kuliah di daerah
sini."
No comments: