Bangkit dari Luka ~ Bab 186

 

Bab 186

Wali kelas bergegas keluar untuk menjelaskan.

 

Darren mengerutkan kening. "Terus, dia berangkat mau apa? Pasti ada sesuatu!"

 

Sejak Nindi melemparkan surat pemutusan hubungan, Darren dilanda amarah dan tidak bisa tidur nyenyak semalaman.

 

"Memang ada kabar baik. Staf kemahasiswaan Universitas Yasawirya datang langsung ke sekolah untuk berdiskusi dengan Nindi tentang penetapan jurusan."

 

Wali kelas memang sengaja mengatakan itu. Dia juga tidak mengerti mengapa keluarga Lesmana tidak mengizinkan Nindi kuliah di Universitas Yasawirya. Apa ada yang tidak beres dengan pikiran orang ini?

 

Darren seketika terpana. "Bukannya saya sudah menolak orang yang datang dari Universitas Yasawirya?"

 

"Tapi ini keinginan Nindi sendiri. Dia berhak untuk membuat pilihan sendiri. Bahkan anggota keluarganya nggak berhak untuk menghalanginya."

 

"Nggak. Saya nggak mengizinkan!"

 

Darren pun menoleh kepada Nindi. "Kamu cuma bisa membuat masalah di Kota Yunaria dengan sifatmu ini. Siapa yang bisa melindungimu di sana? Tetap di sini adalah pilihan terbaik untukmu."

 

Rasa cemburu membakar hati Sania ketika mendengar bahwa Nindi bisa kuliah di Universitas Yasawirya.

 

Dia tidak bisa, kenapa Nindi bisa pergi dengan mudahnya?

 

Sania juga berkata dengan munafik, "Ya, Kak Nindi, di sini saja sama aku. Di sini ada keluarga yang bisa melindungimu, bagus 'kan? Kenapa harus pergi jauh -jauh?"

 

Kenapa Nindi bisa pergi ke Universitas Yasawirya!

 

Nindi berkata dengan nada mengejek, "Kamu bahkan nggak lolos ujian masuk. Kuliah di Universitas Yasawirya cuma dalam mimpi. Lalu, kamu mau menyamakan diriku denganmu? Sudah nggak punya malu, ya?"

 

Sania terbungkam dan wajahnya tersipu karena malu.

 

Staf kemahasiswaan itu keluar dan langsung menghampiri Darren untuk berjabat tangan dengannya. "Pak Darren, adik perempuan yang kamu besarkan ini sangat luar biasa. Sayang sekali kalau dia nggak diizinkan kuliah di Universitas Yasawirya."

 

Darren terdiam beberapa saat. Peningkatan prestasi Nindi yang sangat pesat juga sebuah kejutan baginya.

 

Dia berkata dengan wajah dingin, "Tapi dia belum pernah jauh dari rumah sejak kecil. Dia nggak cocok kuliah di Universitas Yasawirya."

 

Nindi membalas tajam, "Kamu lupa, ya? Aku sudah putus hubungan denganmu kemarin. Aku sudah bukan anggota keluarga kalian lagi. Kamu nggak berhak mendikte masa depanku!"

 

Darren seketika merasa malu. "Nindi, kamu sudah berani lancang sekarang. Kamu pikir, mendapat ranking satu di ujian masuk itu sesuatu yang hebat? Setelah lulus pun, kamu masih harus tetap bergantung kepada keluarga Lesmana!"

 

Staf kemahasiswaan itu segera melepaskan tangannya dan balik berkata kepada Nindi, "Nindi, kamu nggak perlu khawatir tentang masalah pekerjaan. Universitas Yasawirya juga nggak boleh diremehkan soal ini."

 

"Baru kali ini aku lihat orang tua yang pilih kasih separah ini. Anak ranking satu di ujian masuk mau disamakan dengan anak yang cuma bisa masuk kampus ruko? Di mana logikanya?"

 

Para staf kemahasiswaan sengaja bicara seperti itu sambil berjalan, agar Darren bisa mendengarnya.

 

Darren dengan sifat pemarahnya menjadi makin kesal kepada Nindi.

 

"Nindi, masih belum puas? Ada apa yang perlu dibanggakan!"

 

Nind: tersenyum tipis. "Aku ranking satu di seluruh kota, pastinya puas. Tapi ada juga orang yang sudah nyontek pun nilainya tetap jelek. Ck ck."

 

Wajah Sania merah membara. "Aku nggak nyontek. Shery yang mohon-mohon minta lihat jawabanku."

 

Wali kelas tidak tahan mendengarkan lebih lama lagi. "Shery sudah datang belum?"

 

Tepat pada saat itu, sepasang suami istri paruh baya dengan pakaian biasa datang mendekat. Tatapan mereka tampak cerdik dan penuh perhitungan. "

 

Maaf, Shery mengaku mencontek, tapi dia merasa bersalah, jadi dia malah melarikan diri dan nggak berani datang ke sekolah. Akhirnya kami datang ke sini untuk membantunya mengaku!"

 

Dari kalimat ini, Nindi otomatis merasa ada yang tidak beres.

 

Dia mencuri pandang ke arah Sania. Ekspresi perempuan licik itu tampak tenang, seolah sudah memperkirakan semua ini akan terjadi.

 

Mungkinkah kejadian yang pernah menimpa Hesti akan terulang lagi?

 

Nindi segera berkata, "Tapi menurut saya, pengakuannya baru bisa dianggap kalau Shery sendiri yang bilang."

 

Jangan-jangan, Sania sudah menyuap orang tua Shery?

 

Bab Lengkap

Bangkit dari Luka ~ Bab 186 Bangkit dari Luka ~ Bab 186 Reviewed by Novel Terjemahan Indonesia on May 06, 2025 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.