Bab 644
"Sudah kuduga, tapi aku nggak
menyangka kamu akan membantu Yanisha. Bukankah dia pernah menjebakmu
dulu?"
"Aku tahu, tapi dia sudah
menjelaskan semuanya padaku dan meminta maaf. Saat itu, dia belum tahu situasi
keluarga Lesmana sebenarnya, juga tidak tahu seperti apa sifat Kak Darren.
Sekarang setelah dia melihatnya dengan jelas, dia memutuskan untuk menjauh dari
kakakku."
Nindi membantu Yanisha bukan hanya
demi pertemanan, tetapi juga demi dirinya sendiri.
Setelah kejadian hari ini, kakaknya
pasti akan sangat membenci Sania. Dia akan menyalahkan Sania karena sudah
merusak acara ulang tahun ini.
Nindi juga ingin melihat apa yang
akan dilakukan Sania selanjutnya.
Cakra meliriknya. "Yanisha ingin
melawan Martha, tapi dia masih terlalu lemah."
"Pelan-pelan saja. Selama
Yanisha bisa melihat siapa Nyonya Martha sebenarnya, dia pasti akan mencari
cara untuk mandiri. Kamu lihat saja aku sekarang, aku juga berhasil mandiri dan
hidup dengan baik."
Nindi mendongak dan bertemu pandang
dengannya, namun perhatiannya teralih dan tak sengaja menginjak kaki Cakra.
Dia tersipu dan meminta maaf,
"Maaf, nggak sengaja."
Cakra hanya tersenyum kecil.
"Maaf juga, aku datang terlambat hari ini. Kalau aku lebih cepat, kamu
nggak akan jadi sasaran mereka."
"Aku nggak bisa mengandalkanmu
selamanya, bukan?"
"Kenapa nggak?"
Nindi menundukkan kepala, menghindari
tatapannya. Lalu, dia pun mengalihkan pembicaraan. "Kalau kamu bisa datang
ke sini, berarti keadaan nenekmu sudah stabil ya?"
"Ya, sekarang untuk sementara
stabil."
Begitu membahas neneknya, nada suara
Cakra langsung menjadi muram.
Keheningan meliputi keduanya dan tak
seorang pun berbicara.
Setelah mereka selesai berdansa,
pesta pun hampir berakhir.
Sebenarnya, Nindi ingin pulang
bersama Yanisha. Dia khawatir jika Yanisha pulang sendiri, Martha pasti akan
menyulitkannya.
Cakra meliriknya. "Tenang saja,
keluarga Lesmana sudah mempermalukan Nyonya Martha hari ini. Dia nggak akan
berani terang-terangan memperlakukan Yanisha dengan buruk, karena itu hanya
akan membuat orang-orang menggosipkannya."
Meskipun orang tua Yanisha telah meninggal,
dia masih memiliki saudara dan teman yang menjaganya.
Meski begitu, Nindi tetap merasa
tidak tenang. Dia mendekati Yanisha dan mengajaknya menginap di asrama kampus
selama beberapa hari.
Namun, Yanisha menolak. "Untuk
apa bersembunyi? Aku nggak melakukan kesalahan apa pun."
Setelah mendengar apa yang dikatakan
Yanisha, Nindi merasa lega.
Yanisha menoleh ke arah Cakra.
"Kak Cakra, tolong antar temanku pulang."
Cakra pun tersenyum. "Oke."
Di luar, tamu-tamu mulai meninggalkan
pesta satu demi satu.
Setelah dia masuk ke dalam mobil, dia
menatap Cakra. "Aku nggak pulang ke asrama, aku mau pulang ke rumah
saja."
Cakra langsung mengernyit. "Apa
kamu yakin?"
"Kak Darren nggak akan menyerah
begitu saja pada keluarga Ciptadi. Dia pasti ingin aku membujuk Yanisha agar
tetap bekerja sama. Jadi, dia nggak akan mempersulitku."
Darren sekarang memegang kendali
penuh atas Keluarga Lesmana. Karena kali ini Sania sudah menghancurkan rencana
Darren, Nindi ingin pulang untuk melihat apa yang sedang terjadi.
Dia juga ingin menyelidiki isi kerja
sama PZ Grup dengan Darren.
Cakra tidak mengatakan apa-apa dan
mengantar Nindi kembali ke kediaman keluarga Lesmana.
Sebelum turun dari mobil, dia
berkata, "Kalau kamu butuh bantuan, jangan ragu untuk minta tolong."
Nindi tidak menjawab, dia turun dari
mobil dan menatapnya. "Terima kasih sudah mengantarku pulang."
Cakra memperhatikan ekspresinya.
Dulu, saat Nindi berpura-pura tersenyum padanya, hatinya terasa seperti ditusuk
belati.
Dia terus menatapnya sampai gadis itu
masuk ke dalam rumah, baru kemudian mengalihkan pandangannya.
Dia mendesah dan mengeluh betapa
sulitnya untuk menenangkan Nindi.
Di sisi lain, Nindi berjalan ke dalam
vila dengan sedikit linglung, dan mendengar suara tangisan Sania yarıg menyayat
hati dan tragis.
No comments: