Bab 646
Saat ini, Witan masih ingat bagaimana
Nindi mengejeknya soal perselingkuhan. Dia pun menggertakkan giginya dengan
penuh kebencian.
Apa Nindi, si gadis sialan itu
benar-benar berpikir kalau tidak ada yang bisa menghukumnya?
Darren mengusap pelipisnya dengan
kesal. "Apa kalian punya bukti kalau ini perbuatan Nindi?"
Meskipun dalam hatinya dia juga
sedikit curiga, dia tahu hubungan Nindi dengan Yanisha cukup baik. Jika Nindi
mengatakan sesuatu yang tidak menyenangkan di depan Yanisha, bagaimana dia bisa
mendapatkan kembali kepercayaan Yanisha ?
Sania tanpa sadar berkata, "Kak
Darren, kamu bisa bertanya pada Martha. Lagi pula, kalau dia melakukan hal
seperti itu, pasti ada buktinya. Martha pasti bisa menemukannya!"
Witan menambahkan, "Kak Darren,
selama kita menemukan buktinya, kita bisa langsung melapor ke polisi dan
menghukum Nindi si gadis sialan itu!"
"Bagus, bagus sekali. Kalau aku
nggak pulang, apa kalian akan langsung menimpakan semua kesalahan padaku?"
Nindi berdiri di ambang pintu dan
mendengarkan percakapan mereka cukup lama sebelum masuk.
Ketika Nindi muncul, raut wajah semua
anggota keluarga Lesmana langsung berubah pucat.
Tatapan Sania penuh kebencian, seolah
ingin memakannya hidup-hidup. "Kak Nindi, kenapa kamu sengaja melakukan
ini? Kamu membuat keluarga Lesmana diusir dari pesta dan menghancurkan kerja
keras Kak Darren selama bertahun-tahun!"
Witan yang marah langsung
menggerakkan kursi rodanya, berniat menampar Nindi.
Namun, Nindi langsung menampiknya.
Tangan Witan seketika mati rasa dan terasa nyeri luar biasa.
Dia menarik napas dalam-dalam dengan
tak percaya. "Nindi, beraninya kamu memukul kakakmu?"
"Kamu yang mulai duluan."
Witan berteriak dengan percaya diri,
"Tapi aku ini kakakmu. Apa aku perlu alasan untuk memberimu
pelajaran?"
Nindi menaikkan alisnya dengan sinis.
"Aku nggak pernah menganggapmu sebagai kakakku. Jangan terlalu percaya
diri begitu, punya malu sedikit."
Witan sangat marah. "Kak Darren,
kamu lihat sendiri 'kan? Nindi bersikap seperti ini, jika bukan dia yang
melakukan hal itu di pesta tadi, lalu siapa lagi?"
Sania menangis kepada Nindi,
"Kak Nindi, aku tahu kamu benci padaku, tapi kamu bisa langsung
melampiaskannya padaku. Kenapa kamu harus mengungkapkannya di pesta? Kak Darren
'kan nggak pernah mengecewakanmu."
Saat ini, satu-satunya cara untuk
mengalihkan kesalahan adalah dengan memicu ketidakpuasan Darren terhadap Nindi,
sehingga masalah memalukan ini bisa dilimpahkan padanya.
Nindi mencibir, "Sania, kamu
yang ketahuan selingkuh, kamu juga yang berbuat mesum dengan Yanuar di ruang
istirahat. Terus apa hubungannya semua itu denganku?"
"Ta ... tapi kamu yang
mengungkapkannya. Apa kamu tahu betapa besar dampaknya insiden ini bagi Kak
Darren? Apa kamu harus menghancurkan kerja keras Kak Darren dan menghancurkan
keluarga Lesmana?"
Setiap tuduhan Sania sudah menyentuh
titik sensitif Darren.
Setelah mendengarkan, ekspresi Darren
kepada Nindi menjadi jauh lebih dingin. "Nindi, jujur padaku. Apa kamu
yang menyebabkan insiden di pesta itu?"
Nindi menatap Darren yang dulunya
selalu angkuh, kini terlihat lelah dan terpuruk.
Rupanya, diusir dari pesta keluarga
Ciptadi benar-benar membuatnya terpukul.
Nindi Lesmana mengangkat pandangannya
dan tersenyum, bibir merahnya melengkung dingin." Apa penting kalau aku
yang melakukannya?"
"Nindi, jadi benar kamu?
Tindakanmu menghancurkan rencana bertahun-tahunku! Aku seharusnya bisa membuat
keluarga Lesmana lebih sukses dan mempermudah penyelidikan kita terhadap
keluarga Morris! Sekarang semua hancur karena ulahmu!"
Mata Darren merah. "Kalau
begitu, aku nggak perlu memberitahumu petunjuk yang aku temukan baru-baru
ini."
Ekspresi Nindi langsung berubah.
"Apa lagi yang kamu temukan?"
No comments: