Bab 648
Sania buru-buru berdiri di samping
Witan, dan sengaja menatap Darren. "Lalu, petunjuk apa yang sebenarnya Kak
Darren temukan? Kalau kita semua bisa bekerja sama, mungkin kita bisa
berhasil."
Sania sangat panik. Dia ingin tahu
apa yang telah ditemukan Darren.
Darren tidak boleh sampai mengetahui
bahwa ayahnya masih hidup atau dia akan tamat.
Namun, tiba-tiba Nindi menatapnya
dengan tatapan mengejek. "Kenapa kamu buru-buru banget?"
"A-Aku juga anggota keluarga
Lesmana, tentu saja aku ingin membantu."
Sania Kertanegara tampak agak
bersalah dan hanya bisa menatap Witan.
Seperti yang diharapkan, Witan terus
mendesak Darren. "Kak Darren, sebenarnya petunjuk apa yang sudah kamu
temukan? Cepat beri tahu kami!"
Darren tetap diam.
Witan berpikir sejenak dan berkata,
"Kak Darren, kamu nggak ingin Nindi tahu ya? Ya sudah, dia memang
pengkhianat. Jangan beri tahu dia. Cukup beri tahu aku dan Sania saja."
Sania memiliki rencana licik dalam
hatinya. Selama dia bisa mengendalikan Witan, dia akan tahu apa yang telah
ditemukan Darren.
Darren mengangguk dan menatap Nindi.
"Apa kamu dengar itu? Apa kamu masih berharap aku memberimu informasi
setelah kamu menghancurkan rencanaku?"
Nindi menyeringai dingin. "Tapi
yang membuat skandal itu bukan aku, melainkan Sania. Kenapa kamu mengancamku ?
Dari kecil sampai sekarang, setiap kali Sania melakukan kesalahan, kenapa aku
yang selalu disalahkan?"
Wajah Darren berubah. Dia berbalik
menatap Sania dengan tajam. "Mulai hari ini, kamu bukan bagian dari
keluarga Lesmana lagi. Pergi dari rumah ini."
Darren benar-benar tidak ingin
melihat si bodoh Sania tinggal di keluarga Lesmana dan mengganggu pemandangan.
Video skandal Sania dengan Yanuar
sudah tersebar luas dan menjadi bahan ejekan di kalangan atas. Darren tidak
bisa lagi mempertahankannya.
Sania panik mendengar itu. "Kak
Darren, aku tahu aku pantas mendapatkannya. Ini salahku karena nggak bisa
menangani masalah Yanuar dengan benar. Selama ini membuat kaka nyaman, aku akan
pergi."
"Nggak boleh! Sania, kamu nggak
boleh pergi! Meskipun kamu bukan lagi bagian dari keluarga Lesmana, kamu masih
pacarku! Kamu tetap bisa tinggal di kediaman ini."
Darren memandang Witan dengan heran.
"Kamu ini sakit jiwa, ya? Dia sudah terang-terangan selingkuh, tapi kamu
masih ingin bersamanya? Apa kamu nggak malu?"
Darren sebenarnya tahu tipu muslihat
kecil Sania, tetapi dia tidak pernah mengungkapnya.
Bagaimanapun juga, jika Sania
benar-benar menjalin hubungan dengan Yanuar, itu juga akan menguntungkan
keluarga Lesmana. Siapa sangka Sania hanya ditiduri dan tidak mendapatkan apa
apa, malah menghancurkan rencananya.
Sania hanya menangis di pelukan Witan
saat ini, tidak mengatakan apa-apa.
Witan merasa harga dirinya semakin
meningkat. Dia menatap Darren dengan penuh amarah. "Sania itu diancam oleh
Yanuar! Kalau saja Kak Darren lebih kuat dan bisa membuat keluarga itu takut
pada kita, apa Yanuar masih berani melakukan ini?"
"Jadi kamu menyalahkanku?"
Darren benar-benar ingin membuka
kepala adik laki -lakinya ini dan melihat apa isinya.
"Siapa lagi yang harus
kusalahkan? Kakak mengambil semua aset keluarga untuk berbisnis, tapi setelah
sekian lama, kakak tetap nggak sukses juga di Yunaria! Siapa lagi yang harus
disalahkan kalau bukatı kakak?"
Setelah mengatakan itu, Witan menarik
tangan Sania. "Sania, ayo pergi! Mulai sekarang, kamu tinggal di kamarku!
Aku ingin lihat apa Kak Darren berani mengusirmu!"
Sama tidak senang dengan ini, tetapi
ketika dia melihat tatapan dingin Darren, dia tahu bahwa pria itu bertekad
untuk mengusirnya.
Sanía tidak punya pilihan selain
mengikuti Witan.
Setelah mereka pergi, Nindi menatap
punggung si perempuan licik itu dengan penuh rasa ingin tahu. Dia ingin melihat
bagaimana Sania akan mengatasi situasi ini.
Darren menatapnya dingin.
"Nindi, kalau kamu membantuku memperbaiki hubunganku dengan Yanisha, aku
akan memberitahumu hasil penyelidikanku. Bagaimana?"
Dia yakin Nindi akan setuju.
No comments: