Bab 649
Mendengar itu, Nindi menatapnya
dengan dingin. Memang benar Darren masih enggan melepaskan dukungan dan bantuan
dari keluarga Ciptadi.
Dia pun duduk di sofa dan berkata,
"Bagaimana aku bisa percaya kalau kamu benar-benar punya informasi?"
"Apa maksudmu?"
"Seperti yang kamu katakan, kamu
tiba-tiba bilang kalau kamu menemukan petunjuk, padahal selama bertahun-tahun
kamu nggak menemukan apa pun. Apa kamu pikir aku akan percaya?"
Nindi sekarang sudah lebih tenang.
Dia merasa bahwa Darren telah
berbohong dengan mengatakan dia menemukan lebih banyak petunjuk.
Mungkin saja dia sengaja
mengatakannya untuk meyakinkan Nindi.
Darren memicingkan matanya.
"Kalau kamu bersikeras untuk curiga, aku juga nggak bisa berbuat apa-apa.
Aku sudah mencari petunjuk selama bertahun-tahun, tentu saja aku lebih cepat
darimu. Itu wajar."
"Tapi aku nggak percaya dengan
omonganmu."
Nindi menatap Darren, terlihat seakan
dia tidak akan tertipu.
Darren berpikir sejenak, lalu
menghela napas. "
Nindi, bagaimanapun juga, aku adalah
kakakmu. Menyelidiki penyebab kematian Ayah dan Ibu adalah hal yang seharusnya
kita lakukan bersama. Dalam hal ini, kita nggak punya konflik kepentingan.
Jadi, kamu nggak perlu terlalu waspada padaku."
"Apa kamu sudah lupa bagaimana
kamu beberapa kali menggunakan kematian mereka untuk mengancamku?"
Ekspresi Nindi tetap dingin. Dia
mengingatkan Darren yang penuh perhitungan di depannya agar tidak melupakan
ancaman yang telah dia buat sebelumnya.
Darren terbatuk pelan. "Saat
itu, kamu nggak menurut padaku. Jadi, aku ... "
Namun, saat Darren melihat ekspresi
wajah Nindi yang semakin dingin, tiba-tiba semua ceramah panjang lebar itu
tidak bisa diucapkannya.
Lagi pula, mengatakannya juga tidak
ada gunanya. Sekarang Nindi seperti balok beton, tidak akan mempan dibujuk atau
dinasihati.
Akhirnya, Darren menyesuaikan
ekspresinya. " Nindi, keluarga Lesmana sedang berada di masa kritis,
keluarga Ciptadi adalah investor terbesar kami. Kalau Martha menarik investasinya,
perusahaan Lesmana akan bangkrut."
"Siapa yang memberimu keberanian
untuk terus berinvestasi dalam proyek AI? Kalian bahkan gagal dalam penawaran
sebelumnya."
Nindi berbicara dengan nada
menyelidik. Ia ingin tahu mengapa Darren bekerja sama dengan PZ Grup.
"Nindi, kamu takut Grup Lesmana
akan menyaingi Perusahaan Patera Akasia ke depannya, 'kan? Persaingan bisnis
itu normal. Tanpa aku, perusahaan lain tetap akan muncul. Bukankah lebih baik
kita berdua berbagi pasar?"
Nindi menundukkan pandangannya.
"Tentu saja nggak. Kudengar kamu bekerja sama dengan perusahaan asing.
Kamu sudah menyelidiki latar belakang PZ Grup?"
"PZ Grup sangat terkenal. Mereka
sudah bekerja sama dengan banyak perusahaan besar dan menghasilkan banyak
keuntungan. Kenapa aku harus meragukannya?"
Darren juga bukan baru pertama kali
menjalankan perusahaan, penyelidikan pasti sudah dilakukan.
Nindi tahu ini akan terjadi. Kalau
tidak, bagaimana PZ Grup bisa menipu begitu banyak orang di kehidupan
sebelumnya? Bahkan Grup Julian pun tertipu.
Nindi menatap Darren. "Kamu
harus segera menyingkirkan orang yang mempermalukan keluarga kita. Kalau nggak,
keluarga Ciptadi pasti akan menyadari kebodohanmu."
Setelah mengatakan itu, Nindi naik ke
kamarnya.
Ketika dia melewati kamar Witan, dia
mendengar suara napas terengah-engah Sania dari dalam. "Kak Witan,
pelan-pelan, sakit!"
Langkah Nindi terhenti, merasa mual.
Beraninya perempuan licik itu
langsung bercinta dengan Witan?
Dia ingat di kehidupan sebelumnya,
Sania bertunangan dengan Yanuar. Dia tampak sangat menjaga diri, tapi di
kehidupan ini, Sania sudah jatuh ke titik ini.
Nindi kembali ke kamarnya, teringat
kejadian Sania tidur dengan kepala pelayan. Jika Witan tahu tentang ini, apakah
dia akan langsung mencampakkan Sania?
Namun, jika Sania langsung diusir,
dan tidak bisa bekerja di proyek Al Darren kali ini, bagaimana dia bisa
menangkap bukti hubungan Sania dengan PZ Grup?
Sania pasti akan mencoba menghasilkan
uang dalam prosesnya.
Sekarang Nindi terus memantau
rekening Sania. Dia akan menerima pesan begitu ada uang dalam jumlah besar
masuk.
Sania tidak akan menyimpan uang di
tangannya. Dia pasti akan mentransfernya ke ayahnya yang masih hidup.
Pria yang muncul di bengkel itu
hanyalah sepupu Sania dan tidak ada hal aneh yang ditemukan selama kurun waktu
ini.
Nindi berpikir cukup lama, lalu
menghela napas pelan.
No comments: