Bab 656
"Makasih, ya," ucap Nindi.
"Sama-sama. Omong-omong, soal
Dealer 4S yang kamu maksud, aku kayaknya pernah dengar namanya. Mereka lebih
sering melayani orang-orang kaya, bahkan ada layanan servis ke rumah
pelanggannya," ujar Yanisha.
Nindi tampak sedikit terkejut, lalu
mengeluarkan dua buah foto. "Kamu kenal mereka, nggak?"
Sebuah foto menampilkan ayah Sania,
sementara foto lainnya menunjukkan paman sepupunya yang bekerja di Dealer 4S.
Yanisha melirik sekilas, lalu
menunjuk ke arah foto paman sepupu Sania. "Dia dulu mekanik pribadi
keluarga Morris dan cukup akrab dengan Nyonya Belinda. Tapi nggak lama setelah
itu, dia bisa buka Dealer 4S. Kayak mustahil banget dia bisa dapat modal
sebesar itu, pasti ada kaitannya sama keluarga Morris."
"Kamu kira dia bosnya? Nggak
mungkin! Aku sudah selidiki, bosnya bukan dia. Sekarang dia cuma mekanis senior
di sana," tambah Yanisha.
Yanisha berpikir sejenak, lalu
berkata, "Siapa tahu dia bangkrut gara-gara judi. Waktu itu aku sempat
curiga dia selingkuh sama Nyonya Belinda, makanya aku menyelidikinya diam-diam.
Tapi, setelah itu aku nggak peduli lagi, soalnya kejadian itu sudah lama
banget."
Tanpa foto itu, Yanisha sudah pasti
melupakan kejadian saat itu.
Nindi tampak antusias. "Yanisha,
maksudmu orang ini suka berjudi?"
Berdasarkan hasil penyelidikan
sebelumnya, ayah Sania diketahui juga seorang penjudi. Ada kemungkinan, kedua
sepupunya juga memiliki kebiasaan yang serupa. Jika mereka kalah dan kehabisan
uang, mereka akan berani mengambil risiko!
"Iya, waktu itu aku masih kecil.
Karena kakiku kurang leluasa buat bergerak, setiap ada pesta, aku lebih suka
menyendiri di tempat sepi. Waktu itu di kediaman keluarga Morris, aku sering
melihat Nyonya Belinda dan mekanik itu ngobrol, parahnya, mekanik itu berani
menyentuh pinggang Nyonya Belinda," ucap Yanisha.
Yanisha membicarakan rumor keluarga
konglomerat yang sensasional, dan berkata, "Waktu itu aku lagi bosan
banget. Karena latar belakang keluargaku seorang jurnalistik, jadi aku sudah
terbiasa buat menyelidiki sesuatu. Sejauh ini, baru itu yang aku tahu."
Siapa sangka, karena suatu kebetulan,
sekarang justru dapat membantu Nindi.
Nindi dengan penuh emosi menggenggam
tangan Yanisha. "Makasih banyak, ini beneran berarti buat aku."
Kemungkinan besar, akibat rentang
waktu yang cukup lama, tim humas TG Grup tidak mengetahui bahwa pemilik
terdahulu Dealer 4S adalah paman sepupu Sania.
Kala itu, manajemen masih terbilang
longgar dan banyak praktik ilegal, sehingga penyelidikan belum membuahkan hasil.
Yanisha merasa sedikit canggung.
"Syukurlah kalau bisa membantumu. Masalah keluarga Morris untuk sekarang
serahkan padaku, biar aku yang selidiki. Aku kenal beberapa orang yang dulu
kerja ke sana. Meski mereka sudah keluar dari sana, mungkin saja mereka masih
ingat kejadian waktu itu."
"Makasih banget," ucap
Nindi.
Nindi terkejut menemukan sebuah titik
terang.
"Kamu sudah banyak membantuku,
sudah semestinya aku juga membantu. Sesama teman nggak usah terlalu
sungkan," ucap Yanisha.
Yanisha merasa berhutang budi kepada
Nindi, sehingga dia pun ingin membantu dalam mengungkap kebenaran di balik
kematian orang tuanya.
Nindi segera menyampaikan informasi
yang diperoleh dari Yanisha kepada Mia dari tim humas TG Grup. Selama mereka
dapat menemukan celah, kebenaran akan segera terungkap.
Wah, senangnya!
Sore itu, Nindi segera inenuju
Perusahaan Patera Akasia. Mereka baru saja menghasilkan sampel pertama untuk
prostetik Al, dan dia harus datang untuk melakukan pengujian.
Nindi melihat Cakra mengirimkan pesan
di grup besar mengenai rapat pengujian, membuat Nindi terdiam sejenak.
Hari ini Cakra juga datang?
Nindi menekan bibirnya. Setelah pesta
usai, mereka tidak lagi saling berkomunikasi.
Dia menurunkan kaca jendela mobil dan
merasa sedikit gelisah.
Setibanya di depan Perusahaan Patera
Akasia, Nindi turun dari mobil dan bersiap untuk masuk. Tiba-tiba, seseorang
mendekat dan memanggilnya. " Nindi."
Nindi mendengar suara Bu Riska. Saat
dia menoleh, ternyata benar, dia melihat Bu Riska duduk di dalam mobil mewah.
Akan tetapi, wanita itu tidak
sendirian, Nyonya Belinda juga ada di sana.
Bu Riska bersikap sangat ramah.
"Apa aku boleh ganggu waktumu sebentar?"
Karena menghormati Bu Riska, Nindi
pun akhirnya menghampirinya. "Apa yang mau Anda bicarakan?"
"Begini, ini soal Sarena, aku
mau jadi perantara supaya kamu bisa bicara baik-baik sama ibunya," ucap Bu
Riska.
Nindi melirik Nyonya Belinda yang
duduk di samping dengan sikap angkuh. Jadi, sekarang dia datang untuk berdamai?
No comments: