Bab 657
Saat Nindi melihat Nyonya Belinda,
wanita itu masih memperlihatkan ekspresi kesal.
Bu Riska menarik lengan pakaian
Nyonya Belinda, lalu berbisik pelan. "Aduh, aku ini sudah mempertemukan
kalian. Bicara baik-baik dan jangan lupa minta maaf."
Nyonya Belinda tetap memasang wajah
kaku. "Aku sudah minta maaf di pesta waktu itu kok. Tanya saja padanya,
dia mau apa supaya mau cabut gugatan dan berdamai?"
Nyonya Belinda sungguh tidak menduga
Nindi akan datang ke kepolisian untuk membuat laporan. Saat ini, Serena sudah
berstatus bebas bersyarat. Jika dia terlibat masalah lagi, situasinya akan
menjadi lebih rumit.
Bu Riska menghela napas panjang,
kemudian turun dari mobil dan segera menarik Nindi ke sampingnya.
Dengan suara lirih, dia berkata,
"Nindi, aku sudah dengar soal masalah setelah pesta waktu itu. Serena
memang salah. Gadis itu terlalu dimanja sama keluarganya, makanya dari kecil
dia sering membuat masalah."
Nindi mendengar Bu Riska berbicara
dengan suara lembut. "Anda juga mau saya menyudahi masalah ini, ya?"
"Aku tentu berharap masalah ini
bisa diselesaikan dengan damai. Aku sudah lama mengenal Serena, mana mungkin
aku akan diam saja melihatnya mendapat masalah," jawab Bu Riska.
Bu Riska bahkan rela merendahkan diri
demi menemui Nindi, "Ya, tentu saja, kalau bersedia, kamu boleh
menyebutkan syarat apa pun."
"Tante Riska, saya nggak akan
minta apa pun, biar saja pihak yang berwenang yang mengurusnya. Lagian, Anda
sendiri juga melihat bagaimana sikap keluarga Morris saat minta maaf waktu itu.
Itu nggak tulus, cuma sekedar kasihan. Dan saya nggak membutuhkannya,"
ucap Nindi.
Nindi segera berbalik dan masuk ke
dalam Perusahaan Patera Akasia.
Bu Riska menghela napas panjang,
kemudian berjalan menuju pintu depan mobil dan menatap sahabatnya, Nyonya
Belinda. "Kamu tuh, susah payah aku bawa kamu ke sini, kenapa malah nggak
bicara baik-baik sama dia sih?"
"Kamu lihat sendiri gimana sikap
Nindi barusan, ' kan? Kamu yang langsung minta dia damai sama aku saja
diabaikan, apalagi aku coba?" ujar Nyonya Belinda.
Nyonya Belinda berkaca-kaca, dia
meneteskan air mata sembari menggenggan lengan Bu Riska. " Kamu 'kan
sahabat baikku, kamu juga melihat gimana Serena tumbuh besar. Katamu dulu dia
sudah kamu anggap anak perempuanmu, masa kamu tega lihat dia masuk penjara sih?"
Nyonya Belinda tidak menerima begitu
saja, sehingga dia meminta Bu Riska untuk ikut menemaninya.
Nyonya Belinda berasumsi bahwa jika
Nindi serius menjalin hubungan dengan Cakra, dia pasti akan menjaga hubungan
baik dengan Bu Riska dan berupaya mengambil hati keluarga Julian.
Akan tetapi, siapa yang menduga,
orang yang dianggap kurang ajar ini sama sekali tidak menghargainya.
Bu Riska sedikit merasa tidak enak
hati. "Aku memang anggap Serena seperti putriku sendiri, tapi selama ini
kamu terlalu manjain dia sampai nggak tahu batasan mana yang benar dan
salah."
Nyonya Belinda menggertakkan giginya
dan berkata, "Dia 'kan masih muda, nanti juga bakal paham. Tapi, masa kita
cuma diam saja melihatnya masuk penjara? Nindi nggak menghormati kamu,
keluarganya juga nggak mendidiknya dengan baik, masa gadis begitu pantas sama
anakmu?"
"Nggak usah mencampuradukkan
masalah. Nindi sudah menderita dari kecil, dia juga pernah mengalami masalah
seperti ini, difitnah sama orang lain. Jadi, wajar kalau dia nggak mau berdamai,"
ucap Bu Riska.
Sebenarnya, Bu Riska merasa sedikit
iba kepada Nindi.
Setelah mendengar hal itu, ekspresi
wajah Nyonya Belinda berubah kesal.
Dia berbicara dengan ketus.
"Dari dulu aku penasaran, kenapa sih kamu baik banget sama Nindi? Jangan-jangan
kamu beneran mau dia jadi menanttimu, ya?"
Bukannya sebelumnya telah ada
kesepakatan bahwa putrinya, Sofia, akan menikah dengan Cakra? Seharusnya mereka
semakin mempererat hubungan keluarga, 'kan?
Ekspresi Bu Riska tampak sedikit
muram. "Aku baik sama Nindi bukan tanpa alasan. Masa kamu belum sadar sih
siapa Nindi sebenarnya?"
"Gadis itu? Aku kayaknya beneran
sudah lupa deh," ucap Nyonya Belinda.
Nyonya Belinda merasa sedikit ragu.
Sepengetahuannya, Nindi hanyalah
seorang gadis dari keluarga biasa yang ingin menikah dengan pria kaya.
Bu Riska merendahkan suaranya.
"Kamu lupa soal kecelakaan mobil yang Cakra alami waktu itu?"
"Tentu saja aku ingat. Maksudmu,
Nindi itu gadis yang selamat dari kecelakaan mobil itu?" tanya Nyonya
Belinda.
Nyonya Belinda menghela napas
panjang. Rupanya, dia sudah terlalu ceroboh.
Nindi berasal dari Kota Antaram,
seharusnya dia sudah menyadarinya sejak awal. Sayangnya, setelah sekian tahun
berlalu, dia sama sekali tidak pernah memikirkan masalah ini.
Bu Riska menganggukkan kepalanya.
"Aku juga belum lama ini tahu, kukira kamu sudah tahu."
"Akhir-akhir ini aku sering
lupa. Lagian, aku belum pernah pergi ke Kota Antaram dan nggak kenal sama
keluarga itu. Aku cuma tahu marganya Lesmana, tapi nama Lesmana 'kan banyak,
mana kepikiran bisa sekebetulan ini!" ujar Nyonya Belinda.
Tatapan Nyonya Belinda sedikit
gelisah. Dia melirik Bu Riska dan bertanya, "Dia tahu kalau Cakra ada di
dalam mobil waktu itu?"
"Masih belum," jawab Bu
Riska singkat.
Bu Riska lantas mengernyitkan
keningnya. "Yang jadi masalah ya itu. Makanya, dari awal aku sudah bilang
kalau mereka berdua nggak akan bisa bersama."
Membakar Langit 2401 - 2500
No comments: