Bangkit dari Luka ~ Bab 680

Bab 680

 

Sania memperingatkan dengan nada waspada, " Jangan percaya omongan Nindi! Jika wartawan melihat dan mengambil foto, pasti mereka akan menulis berita yang nggak benar."

 

Witan akhirnya mengurungkan niatnya untuk memeriksa. Namun, rasa tidak nyaman di kakinya terus bertambah, bahkan rasa sakitnya makin menjadi-jadi.

 

Witan menatap Sania. "Sania, aku ingin beristirahat sebentar."

 

"Tapi sebentar lagi kita harus ikut sesi foto bersama dan wawancara. Bertahanlah sebentar lagi, kita nggak bisa pergi sekarang."

 

Sania tidak ingin Nindi menertawakannya atau memanfaatkan situasi ini.

 

Witan mengerti maksud Sania dan berbisik, "Kalau begitu, bisakah aku duduk di kursi roda sebentar?"

 

"Kak Witan, kamu sudah bisa berdiri sekarang, untuk apa kursi roda?"

 

Sania menggandeng lengan Witan. "Jangan takut dengan perkataan Nindi. Produk perusahaan kita yang terbaik dan nggak akan ada masalah. Ayo kita pergi."

 

Nindi menatap keringat di dahi Witan, terlihat jelas dia merasa tidak nyaman.

 

Benar juga, di kehidupan sebelumnya, Sania iri padanya karena terlibat dalam proyek Al, dan bersikeras untuk ikut campur dan berpartisipasi dalam pengembangan sampel.

 

Saat itu, sampel pertama yang diuji coba dipakai oleh Witan, tetapi hasilnya sangat tidak nyaman.

 

Nindi yang merasa tidak tega, menawarkan untuk mengganti sampelnya.

 

Namun, alih-alih mendapat apresiasi, dia justru dimarahi oleh Darren. Kakaknya menuduhnya ingin mencuri pujian atas kerja keras Sania. Witan juga mengatakan bahwa desain Sania sebenarnya tidak bermasalah, hanya saja Nindi saja yang terus mengkritiknya.

 

Kali ini, Nindi memutuskan untuk menunggu dan menonton.

 

Dia juga ingin melihat seberapa besar Witan bisa menahan rasa sakit demi cinta sejatinya, Sania.

 

Ketika Sania dan Witan berjalan mendekat, para wartawan langsung memotret mereka.

 

Sania sangat menikmati sorotan publik. Dia memasang senyum yang anggun dan penuh percaya diri.

 

Bagaimanapun juga, Yanuar sudah putus dengannya dan bahkan memblokir semua kontaknya. Satu-satunya kesempatan yang tersisa baginya adalah mendapatkan posisi kuat di dalam keluarga Lesmana.

 

Seorang wartawan bertanya, "Nona Sania, kami dengar kalau penanggung jawab teknis di Perusahaan Patera Akasia adalah kakak Anda. Namun, kedua perusahaan ini adalah pesaing. Kenapa sampel produknya bisa begitu mirip? Apa ada alasan khusus?"

 

Sania sengaja menghela napas. "Kakakku memang sejak kecil suka bersaing denganku. Dia sebenarnya ingin ikut dalam proyek ini, tetapi karena kinerjanya kurang memuaskan, Kak Darren nggak mengizinkannya melanjutkan proyek ini. Akhirnya, dia memilih bergabung dengan perusahaan lain dan ... mungkin secara nggak sengaja membocorkan desain perusahaan kami."

 

"Jadi maksud Anda, Perusahaan Patera Akasia telah menjiplak desain perusahaan Anda?"

 

Sania tidak menjawab secara langsung. "Aku yakin tadi kalian semua sudah melihat proses presentasi kami. Produk mana yang lebih unggul, pasti kalian sudah tahu jawabannya."

 

"Kamu bohong!"

 

Nindi menghampiri dengan kesal. "Jelas-jelas kalian yang menjiplak kami."

 

Mata Sania langsung memerah. "Kak Nindi, aku tahu kamu ingin membuktikan diri di depan keluarga, tapi bukan berarti kamu harus mengkhianati mereka. Kami nggak bisa terus menutup-nutupi kesalahanmu lagi."

 

Ketua tim Perusahaan Patera Akasia mengepalkan tangannya, lalu berseru marah, "Dasar pembohong! Kalianlah yang mencuri teknologi kami! Kalian menyuap salah satu teknisi kami dan hanya meniru tampilan luar produk kami! Berani nggak kalian menjelaskan detail parameter teknisnya?"

 

"Tentu saja kami memahami produk kami dengan baik."

 

Sania tampak sangat sedih. "Tapi, Kak Nindi. Barang curian tetaplah barang curian. Kalau kamu terus seperti ini, nggak akan ada yang bisa menyelamatkanmu saat masalah ini jadi makin besar."

 

Saat itu, Darren melangkah maju dan berdiri di depan Nindi. "Sania benar. Sebaiknya kamu sadar diri sebelum terlambat. Aku nggak akan menuntutmu karena membocorkan rahasia dagang perusahaan."

 

Nindi mendongak, menatap Darren dengan dingin. " Kalian benar-benar nggak tahu malu."

 

"Hah, Nindi. Kenapa kamu bisa berubah seperti ini?"

 

Darren menghela napas, lalu mengulurkan tangan untuk mengusap kepala Nindi. "Aku merindukanmu yang penurut di masa lalu."

 

"Jangan sentuh dia!"

 

Cakra mencengkeram lengan Darren dengan kuat, tatapannya begitu dingin. "Singkirkan tangan kotormu!"

 

Bab Lengkap

Bangkit dari Luka ~ Bab 680 Bangkit dari Luka ~ Bab 680 Reviewed by Novel Terjemahan Indonesia on May 17, 2025 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.