Bab 681
Nindi memalingkan kepala dan melihat
Cakra, lalu tersenyum.
Dia sudah datang.
Namun, Darren mendengus dan berkata,
"Nindi, kalau kamu ingin memanggil seseorang untuk membantu, pilihlah
orang yang berguna. Kenapa kamu manggil orang nggak berguna?"
Seseorang yang datang tanpa mempunyai
kekuasaan dan pengaruh tidak akan bisa berbuat apa -apa.
Mendengar hal itu, Nindi langsung
tertawa, " Sepertinya Nyonya Martha nggak bilang yang sebenarnya
padamu."
"Apa maksudmu?"
Darren menepis tangan Cakra. Namun,
ketika dia berbalik, dia tidak melihat Nyonya Martha.
Darren hanya merasa ada yang aneh.
"Maksudnya, permohonan paten
yang kamu ajukan itu Cuma untuk desain luar, tapi pengaturan teknis di dalam
contoh itu semuanya beda."
Cakra mengeluarkan gambar berkas
paten dan berkata, "Ini paten yang kuselidiki, para wartawan juga boleh
lihat."
Darren memandang dokumen paten itu.
Dia tidak menyangka bahwa dokter yang dianggap tidak berguna ini ternyata cukup
mampu untuk mendapatkan permohonan paten dengan cepat.
Darren tersenyum dan berkata,
"Itu karena adikku mengkhianatiku. Dia langsung pergi ke perusahaan Akasia
kalian dan mendaftarkan patennya lebih dulu. 11
Nindi tidak menyangka ada seseorang
yang menunggunya di sini.
Cakra berkata dengan tenang,
"Kata 'lebih dulu' itu menggelikan. Maksudmu setelah Nindi meninggalkan
Keluarga Lesmana, perusahaanmu ngak mengajukan paten sampai berbulan-bulan
kemudian. Setelah Nindi membuat kemajuan dalam penelitian selama beberapa bulan
dan mengajukan paten, kamu tiba-tiba ingin mengajukan paten dan penelitiannya
persis sama dengan penelitian Nindi?"
Wartawan di sekitar mulai berdiskusi
dengan suara pelan.
Cakra melanjutkan, "Sebenarnya,
itu karena kalian nggak bisa menemukan solusi, 'kan? Kalau bisa, kenapa kalian
nggak langsung mendaftarkan patennya?"
Darren merasa sangat marah. Dia
langsung menoleh ke penanggung jawab hal ini, lalu berkata, " Menurutku,
kita harus usir pembuat onar ini. Apa yang dia bilang nggak logis sama
sekali."
Penanggung jawab itu segera memanggil
satpam. Para satpam itu langsung mengepung Nindi dan Cakra.
Darren menatap Cakra dan berkata
dengan suara pelan, "Dia cuma dokter miskin, tapi cukup pintar bicara. Dia
cocok jadi pengacara, mungkin dia bakalan punya masa depan yang lebih
cerah."
"Kelihatannya Pak Darren suka
menilai orang berdasarkan kekuasaan dan uang."
Cakra menepis tangan Darren dengan
tatapan yang penuh keangkuhan.
"Lalu? Meski Nindi membawamu
sebagai pembantu, sayangnya orang sepertimu yang ada di kalangan bawah nggak
bisa mengubah apa-apa."
Darren menekan dada Cakra dan
berkata, "Selain itu, aku paling benci tatapan sombongmu. Kamu jelas-jelas
orang miskin yang nggak punya apa-apa, kenapa berlagak sombong?"
"Sudah hentikan!"
Nindi mendorong Darren dengan keras,
"Jangan menodongnya."
"Aku nggak nyangka kamu masih mau
bela dia seperti itu. Sayang sekali kamu bawa orang yang nggak berguna dan
nggak bisa menolongmu!"
Darren menunjukkan ekspresi arogan
dan menatap penanggung jawab itu seraya berkata, "Kenapa kamu nggak usir
dia? Selain itu, publikasikan kasus plagiarisme adikku, biar dia nggak akan
pernah bisa kerja di industri ini lagi seumur hidupnya!"
Cakra melirik dengan dingin "Ayo
kita lihat siapa yang berani."
"Hahahaha, sombong banget sih
kamu, tapi apa gunanya?"
Darren menunjuk Nindi dan tertawa.
"Seharusnya dari awal kamu dengarkan kakakmu, biar akhir hidupmu nggak
menyedihkan. Nggak ada yang bisa menyelamatkanmu sekarang, Zovan juga nggak
bisa kembali... Ah!"
Cakra menarik tangan Darren dan
mendorongnya agar menjauh dari Nindi.
Raut wajah dan nada bicara Cakra
sangat dingin, " Kamu memang menyebalkan seperti biasanya."
"Lepaskan! Aku sudah bilang,
lepaskan!"
Darren langsung tampak pucat karena
kesakitan. Dia langsung mengutuk, "Kamu itu sedang dalam masalah, tahu
nggak?"
Cakra mengangkat tangannya dan meninju
Darren, lalu menendangnya.
Darren menabrak sebuah pajangan dan
terjatuh.
Cakra maju dan menginjak tangan
Darren, lalu berkata, "Bukannya aku pernah bilang kalau tanganmu kotor dan
kamu nggak boleh menuding Nindi? Kelihatannya ada yang salah dengan telingamu!"
Tatapan mata Cakra semakin dalam.
Dengan sedikit kekuatan saja, dia mematahkan lengan Darren.
"Ah!!!"
Darren menjerit kesakitan.
Sania buru-buru mendekat dan berkata,
"Apa yang kamu lakukan? Lepaskan Kak Darren."
Witan berkata dengan marah,
"Dasar si miskin berengsek! Kamu bakalan mati karena sudah sengaja
melukainya. Keluarga Lesmana pasti akan memenjarakanmu seumur hidup!"
No comments: