Bab 683
Nindi tetap di tempatnya,
memperhatikan pria yang sejak kecil dipuja oleh semua orang.
Darren yang berdiri di sampingnya
tampak kebingungan, lalu menatap orang yang baru saja berbicara. "Apa yang
barusan kamu bilang?" tanyanya.
Cakra itu siapa, sih?' pikirnya.
Sania berkata dengan tak percaya,
"Dia bilang Cakra itu pewaris keluarga Julian. Oh iya, nama belakangnya
memang Julian.'
Tapi mana mungkin?' pikir Sania.
Bukannya Cakra itu cuma dokter
miskin? Mana mungkin dia pewaris Keluarga Julian? Mana mugkin dia suka sama
Nindi?' pikir sania dalam benaknya.
Witan juga berkata dengan tidak
percaya "Ada banyak orang dengan nama belakang Julian di dunia ini, nggak
mungkin mereka semua adalah pewaris Keluarga Julian, 'kan?"
Sania menelan ludah dan berpikir,
'Tapi kenapa walikota bersikap begitu hormat ke Cakra?'
Iní pasti ada yang salah,' pikir
Sania.
Nindi tertawa terbahak-bahak. Dia
langsung berjalan ke sisi Cakra dan berkata, "Ya, awalnya aku juga merasa
ini sulit dipercaya."
Pria yang lahir di keluarga kaya ini
malah memilih untuk bekerja sebagai dokter di sekolah.
Darren mundur dua langkah sambil
berkata, "Nggak mungkin, ini nggak mungkin!"
Witan juga mengangguk "Ya,
mungkin dia cuma pura-pura."
Sania langsung menoleh ke Nyonya
Martha dan berkata, "Tapi Nyonya Martha pasti kenal pewaris keluarga
Julian dan tahu siapa dia!"
Nyonya Martha pasti bisa mengungkap
kebohongan ini!
Darren juga menatap Nyonya Martha
dengan tajam. "Siapa pria ini?" tanya Darren.
"Siapa dia? Bukannya barusan
kamu sudah dengar?"
Nyonya Martha memandang Darren dengan
ekspresi tidak senang, lalu berkata lagi, "Ini sudah berjalan lama, kamu
nggak tahu sama sekali?"
"Apa maksudnya?"
"Maksudku, kamu selalu ingin
naik status dan masuk ke kelas atas. Padahal pacar adikmu itu pewaris Keluarga
Julian. Kamu bahkan nggak memanfaatkan kesempatan yang bagus itu!"
Nada bicara Nyonya Martha penuh
dengan sarkasme, "Sayang banget kamu melewatkannya! Kamu terus menyebutku
miskin, tapi orang miskin yang sebenarnya itu kamu!"
Ekspresi Darren langsung berubah.
Darren tersentak, mundur dua langkah,
lalu melirik Cakra. Dia tidak menyangka pria ini adalah pewaris Keluarga
Julian!
Dalam sekejap, rasa takut menyelimuti
dirinya.
Jika pria ini benar-benar pewaris
Keluarga Julian, bukankah semuanya sudah berakhir bagi Darren?
Jika dia menyinggung Keluarga Julian,
habislah masa depannya di Kota Yunaria.
Sania berteriak tajam, "Nggak
mungkin!"
Sania merasa iri sekaligus tidak
terima.
Kenapa Nindi perempuan sialan ini
bisa seberuntung itu?' pikirnya.
Darren berbalik menatap Nindi dan
bertanya, "Apa kamu sudah tahu dari awal kalau pria ini sebenarnya pewaris
keluarga Julian?"
Pantas saja Nindi begitu sombong
setelah meninggalkan rumah, ternyata ada yang mendukungnya.
"Aku juga baru tahu akhir-akhir
ini. Kalau saja kamu nggak pingsan di pesta keluarga Ciptadi, mungkin kamu sudah
tahu siapa dia."
Darren berjalan dengan marah dan
berkata, "Nindi, apa kamu senang lihat aku seperti badut?"
Nindi melihat mata Darren yang merah
dan penuh amarah.
Senyum tipis muncul di wajahnya.
"Jujur saja, ini cukup menghibur," kata Nindi.
Bukankah dulu Darren memandang rendah
Cakra? Sekarang dia yang kena tamparan.
Bagi seseorang seperti Darren yang
suka menjalin hubungan demi keuntungan, kehilangan kesempatan emas seperti ini
pasti menyakitkan.
"Nindi, kamu..."
Darren melangkah maju dengan marah,
ingin terus menanyai Nindi.
Cakra mendorong Darren menjauh dan
berkata dengan nada dingin, "Jangan dekat - dekat. Kalau mau mohon ampun,
langsung saja berlutut dan minta maaf. Bukannya itu yang paling kalian
sukai?"
Darren terhuyung beberapa langkah,
lalu menatap Cakra dengan sorot mata yang penuh ketidakpuasan.
No comments: