Bab 2368
Begitu suara itu
terdengar, aura kuat menyertainya, menyebar seperti gelombang yang langsung
menghancurkan energi pedang Clara.
"Leluhur!"
Mata Alex langsung
bersinar dengan harapan, wajahnya menunjukkan rasa lega.
"Logan?"
Clara mendongak,
memandang ke arah suara dari dalam kediaman keluarga Romli. Dia tersenyum
dingin, lalu berkata, "Apa kamu ingin melawan aliran praktisi
pedang?"
Suara dari dalam
keluarga Romli terdiam cukup lama sebelum perlahan terdengar lagi.
"Praktisi pedang memang kuat, tapi nggak pernah menggunakan kekuatannya
untuk menindas. Yang Mulia, bagaimana kalau bertarung dengan Jack dari keluarga
kami di turnamen mendatang? Biarkan kekuatan yang berbicara."
Clara sedikit mengangkat
alisnya, lalu tersenyum tipis. "Aku nggak keberatan! Kapan dia akan
menantangku?" balasnya.
"Di Kompetisi Kota Sentana
mendatang," jawab Logan dengan nada datar.
Mendengar itu, Clara
mengangguk dengan ekspresi tenang dan berkata, "Orang ini sudah menjadi
bagian dari aliran praktisi pedang. Jika keluarganya sampai dirugikan..."
Logan hanya mendengus
pelan, tetapi tidak mengatakan apa-apa lagi.
Melihat ini, baik Selly
maupun Alex menunjukkan ekspresi cemas.
Tidak ada yang ingin
berurusan dengan aliran praktisi pedang.
Semua orang tahu bahwa
mereka adalah sekumpulan orang gila yang tak segan-segan mempertaruhkan nyawa
untuk melindungi kehormatan mereka.
Dalam keheningan yang
mendadak itu, semua orang dari keluarga Romli mundur perlahan, memilih untuk
tidak memperpanjang masalah.
"Sekarang, sudah
waktunya kamu bersujud untuk menerima gurumu," ujar Saka dengan senyum
kecil, memandang Gilbert.
Gilbert menatap Saka
dengan ragu, lalu bertanya, " Aku serendah ini, apa aku bisa bergabung
dengan Sekte Tersembunyi tanpa melewati ujian di Jalan Kejayaan?"
Clara menatapnya
sekilas, lalu berkata dengan nada datar, "Kamu masih belum menyadari
betapa langkanya praktisi pedang. Terlebih lagi, kamu adalah seseorang yang
belajar sendiri dan berhasil membangun teknik pedang. Di aliran praktisi
pedang, kami nggak memandang tingkat kultivasi. Yang kami lihat hanyalah
potensi teknik pedangmu.
"Teknik pedangmu
memiliki potensi besar Dengan pelatihan dari aliran praktisi pedang, tingkat
kultivasimu akan meningkat dengan cepat."
Gilbert menghela napas
lega, lalu berlutut "Gilbert menyapa guruku," ujarnya bangga
"Upacara resmi
nanti saja, setelah kamu bergabung dengan aliran praktisi pedang," jawab
Clara dengan senyum puas.
"Aku hanya mewakili
guruku untuk menerima murid. Saat kita tiba di Sekte Furia, kamu baru akan
resmi bersujud pada gurumu," tambahnya.
Namun, Gilbert tampak
ragu sejenak sebelum berkata, "Aku nggak ingin pergi. Aku masih ingin
membantu Kak Saka."
Clara langsung
mengerutkan alisnya, memandang Saka dengan tajam. "Apa hebatnya dia? Dia
bahkan nggak paham pedang!" balasnya.
Gilbert tersenyum tipis.
"Tapi dia sangat memahami diriku," jawabnya.
Gilbert menatap Clara
dengan serius, lalu berkata, " Selain itu, aku sudah terlalu banyak
berutang nyawa padanya. Mulai sekarang, aku bersedia menjadi pedang di
tangannya."
Mendengar ini, wajah
Clara semakin berkerut, dan nada suaranya dipenuhi kemarahan. "Dasar
bodoh! Di luar kota, sekitar 300 km, ada sebuah sungai. Pergilah, dan potong
aliran sungai itu hingga airnya berhenti mengalir! Kalau suatu hari kamu
berhasil melakukannya, pikiran konyol seperti ini nggak akan muncul lagi di
kepalamu!"
Gilbert sedikit
mengernyit. Namun, sebelum dia sempat berkata apa-apa, Saka langsung menendang
kakinya. "Ini pelajaran pertama seorang praktisi pedang! Cepat pergi dan
lakukan!" ujarnya.
Akhirnya, Gilbert hanya
bisa patuh dan meninggalkan tempat itu.
Namun, Clara tampak
semakin marah. Dia menatap Saka dengan penuh emosi dan berkata, "Praktisi
pedang lahir dengan harga diri yang tinggi. Kenapa kamu membiarkan dia
merendahkan diri seperti itu di hadapanmu? Ini menghina kehormatan seorang praktisi
pedang! Kalau kamu benar-benar peduli padanya, putuskan hubunganmu dengannya!
Biarkan dia fokus sepenuhnya pada jalannya sebagai praktisi pedang!"
Saka hanya mencibir
sambil mengangkat alis. "Aku punya seseorang yang lebih berbakat darinya.
Dan dia juga sangat patuh padaku. Mau dia?" balasnya.
Clara terdiam sejenak,
lalu berkata, "Kalau dipikir-pikir, memiliki sedikit obsesi dalam hati
sebenarnya bukan hal buruk..."
Saka memandangnya dengan
tatapan penuh rasa hina.
"Benar ada?"
tanya Clara, matanya menyala dengan penuh semangat, menatap Saka dengan
antusias.
No comments: