BAB 102
Mata semua tamu yang menghadiri acara
Perkumpulan Lengkap tertuju pada Hansen. Apa kira-kira yang akan disampaikan
oleh putra Arthur Wijaya tersebut. Sementara, sang tuan rumah melanjutkan apa
yang akan dia katakan.
"Bapak, Ibu, Suadara-saudari
sekalian kami ingin memperkenalkan pada Anda sekalian. Dokter jenius yang telah
meracik Obat 10 Lengkap untuk Wijaya Pharmaceutical, Dokter Jackie Chandra
Winata!"
Hansen berkata dengan lantang, seraya
mengarahkan tangannya dengan telapak tangan terbuka ke arah tempat Jackie
duduk.
Seluruh orang yang di Bunga Central
sontak mengarahkan pandangan mereka ke arah Jackie. Seolah, mereka merasa
percaya tidak percaya. Pasalnya, orang yang disebut dokter jenius itu adalah
seorang lelaki muda.
Setelah Keluarga Wijaya memperkenalkan
Obat 10 Lengkap disusul dengan kehebohannya, orang-orang bertanya. Siapa yang
mampu membuat obat tokcer itu bagi perusahaan farmasi Arthur?
Sekarang, mereka bisa melihat. Yang
melakukan hal tersebut adalah seorang pemdua tampan lagi berdegap yang berada
di antara mereka.
"Astaga! Jadi, obat itu buatan
dia?"
"Luar biasa. Semuda itu sudah
menjadi seorang dokter ahli, penemu 'obat ajaib pulal”
"Aku pikir tadi dia hanya orang
penting di Wijaya Pharmaceutical. Tak ku sangka. Itulah dia orang yang membuat
Obat 10 Lengkap!"
"Pemuda tersebut adalah dokter
yang membuat obat mujarab macam begitu? Ini benar-benar gila!"
Seketika itu orang-orang terpana
sangking kagumnya pada sosok Jackie. Lucu juga, Jackie belum pernah berada di
situasi seperti demikian. Menjadi pusat perhatian, dia menjadi kikuk. Belum
lagi, pembawaannya sangat kalem.
Sampai-sampai, pembawa acara dan
asisten Arthur menghampirinya. Mereka berkata-kata pada Jackie, hingga sang
tamu istimewa pun bangkit berdiri.
PROK! PROK! PROK! PROK!
Merasa agak canggung karena begitu ia
bangkit seluruh tamu bertepuk tangan dengan begitu riuh, Jackie pun
membungkukkan tubuh ke arah mereka semua sebagai tanda menghargai mereka.
"Terima kasih, terima
kasih," ucap Jackie merendah. Lalu dari tempat ia berada, Hansen kembali
angkat suara.
"Para hadirin, mungkin sebagian
dari Anda yang ada di sini mengetahui. Beberapa waktu lalu, ayah saya... beliau
sakit keras. Kami sudah mencoba mengobati dia ke mana-mana. Tetapi tak ada satu
dokter pun yang dapat menyembuhkan dia."
Penuturan Hansen seketika membuat
seluruh pengunjung Perkeumpulan Lengkap menaruh simpati. Terutama, mereka yang
mengetahui seperti apa kondisi Arthur. Apalagi, orang-orang yang hadir di sana
dan pernah merasa dibantu oleh kepala keluarga Wijaya itu.
Sedangkan Arthur yang mendengar
pidato anaknya terus memandang ke arah Jackie tak jemu-jemu, la benar-benar
merasa bangga pada dokter ahlinya.
"Saya ingin memberitahu Arida.
Dokter Jackie... dia memberikan kami sebutir pil. Anda tahu apa yang terjadi
selanjutnya?" kata Hansen lagi. Dari ekspresinya, tampak benar ia nyaris
terharu.
Seisi ruangan Bunga Central menanti
apa yang bakal diungkapkan Hansen selanjutnya. Mereka tak mampu memperkirakan
apa yang terjadi. Hingga putra Arthur Wijaya tersebut melanjutkan apa yang akan
dirinya katakan.
"Obat dari dokter Jackie
tersebut menyembuhkan ayah saya sama sekali. Padahal, napasnya tinggal
satu-satu dan sekarang beliau bisa berada di antara kita semua. Itu semua atas
jasa Dokter Jackie!"
PROK! PROK! PROK!
Sekali lagi, para tamu bertepuk
tangan setelah mengetahui yang mengobati Arthur adalah si dokter muda.
Selain keluarganya, orang hanya tahu
Arthur ternyata bisa sembuh dari penyaktinya. Akan tetapi, mereka tak
mengetahui. Bagaimana bisa ia pulih seperti sedia kala?
Kini, rahasia kesembuhan Arthur telah
diketahui seluruh orang di ruang pertemuan mewah tersebut. Orang-orang kembali
berkasak-kusuk.
"Satu pil saja bisa menyembuhkan
sakit yang diderita Pak Arthur?"
"Bagaimana bisa ? Jadi, ada obat
yang lebih ajaib lagi dari Obat 10 Lengkap?
"Bukan main, ini luar biasa.
Dokter itu pasti bukan dokter biasa!"
"Dokter mana yang bisa
menyembuhkan sakit sekronis itu menggunakan satu butir obat? Jelas-jelas Dokter
Jackie adalah seseorang yang lebih dari jenius!"
Ketercengangan para tamu tak lagi
terkendali. Mereka begitu terpesona terhadap keahlian Jackie. Sehingga, mereka
semua berkata pada Hansen.
"Apa nama obat itu, Tuan
Hansen?"
"Tuan Hansen, bolehkah Anda
menunjukkan obat itu pada kami?"
"Hansen, apakah obat itu sudah
dijual?"
"Hansen, jika memang ada
stoknya. Aku ingin beli obat yang menyembuhkan ayahmu itu!"
Selain mengomentari dan mulai
bertanya pada Hansen mengenai Pil Esensi, tamu-tmau Keluarga Wijaya juga mulai
iseng bertanya berapa harga dari obat itu. Malahan sudah ada yang berniat
memesan langsung.
"Berapa juta harga obat
itu?"
"Kami membutuhkan obat itu untuk
kakek kami. Sebutkan saja harganya, kami belil"
"Puluhan atau ratusan juta untuk
beberapa butir tidak masalah bagi kami, selama bisa menyembuhkan
penyakit-penyakit kronis!"
Segera itu, Arthur bangkit dari
tempat dudukya. Sejak tadi la menempati meja yang sama dengan Jackie, duduk di
sebelah sang dokter,
"Bapak-bapak, ibu-ibu, mohon
bersabar. Tentu saja kami tidak memiliki obat itu sekarang. Nanti, tunggu saja.
Harap Anda bersarbar. Jika sudah siap diperkenalkan secara luas, kami juga akan
melepasnya ke pasaran," ucap Arthur menenangkan para tamu.
Kondisi Arthur sekarang sudah bisa
dijadikan bukti dari keampuhan dari Pil Esensi. Terang saja, tamu-támu semakin
percaya. Khasiat Pil Esensi yang diungkapkan Hansen bukan hanya bualan belaka.
Bisa dibilang, sekarang Keluarga
Wijaya sedang mempromosikan Pil Esensi tanpa membuang-buang uang untuk memasang
iklan.
Di tempat duduknya, Jackie sama
sekali tak bersuara. Dia hanya berdiam diri lalu tersenyum begitu tipis. Dia
menuangkan anggur ke dalam gelas, kemudian menyisipnya.
"Rencanaku berjalan dengan
baik," batin Jackie saat itu, sembari menikmati minumannya.
Betul. Apa yang terjadi sekarang di
Bunga Central adalah hal yang dirinya harapkan. Itulah kenapa, ia meminta
Samuel untuk menjual Pil Esensi pada keluarga besar yang berpengaruh. Agar,
obat-obatan hasil racikan dia bisa dikenal orang banyak.
Untuk urusan bisnis, untuk saat ini
Jackie bisa bernapas lega. Dasar dari apa yang dirinya rancangkan untuk
hari-hari selanjutnya telah dimulai.
Bukan hanya Jackie yang merasa
senang. Bahkan Arthur Wijaya menaruh telapak tangan kanannya pada pundak
Jackie, dan memeberikan pijatan ringan disertai gerakan mengusap.
"Jackie cucuku, malam ini adalah
milikmu. Semoga, kita bisa melanjutkan bisnis kita dengan baik ke
depannya," ujar Arthur dengan suara rendah. "Kamu akan dikenal orang
dan tentu saja akan membuatmu menghasilkan banyak uang."
Jackie memandang dengan senyum yang
melebar pada Arthur. "Semoga saja. Terima kasih, ini semua juga karena
Opa, balas Jackie memuji.
Tonggak bagi Jackie untuk bisa meraih
kesuksesan telah terpancang. Setelah semuanya berjalan dengan baik, dia akan
menjadi pria yang layak untuk bersanding dengan Vanessa.
Namun ternyata, ada juga beberapa
orang yang menaruh curiga. Bagi mereka, Keluarga Wijaya memperkenalkan
obat-obatan hasil racikan Jackie, agar mereka dapat bersaing dengan Keluarga
Juwana.
"Sepertinya Tuan Arthur berusaha
untuk membawa keluarganya naik di Kota Bunga."
"Ya, ini merupakan salah satu
cara bagi mereka untuk mengangkat kembali namanya dan tidak kalah bersaing
dengan Keluarga Juwana.”
No comments: