BAB 103
Wajar memang apabila tamu-tamu
tersebut berpikir demikian, Sebab, Keluarga Harianto sudah tidak ada lagi.
Secara natural, warga Kota Bunga
jadinya menanti. Siapa yang akan menggantikan Keluarga Harianto menjadi
penguasa Kota Bunga. Apakah Keluarga Wijaya, atau Juwana yang putranya menjadi
walikota mereka.
"Mungkin juga dokter muda itu
hanya seorang aktor yang tidak ternama. Lalu, Keluarga Wijaya menyawa jasanya
untuk berakting menjadi seorang dokter."
"Mereka ingin memperkenalkan
obat ajaib lain dengan cara yang tidak biasa agar bisa meraup keuntungan.
Sungguh strategi murahan!"
"Promosi murah untuk mengundang
antusiasme orang, bukan? Lalu mereka merasa bisa melampaui keluarga-
Perhatian para tamu yang sedang
bergunjing itupun teralihkan. Tatkala, fokus orang-orang kembali tertuju pada
pintu masuk gedung pertemuan tempat mereka berada.
Tampak, beberapa protokoler pejabat
pemerintahan memasuki ruangan tersebut. Kemudian, mereka mempersilahkan
atasannya untuk masuk.
"Selamat malam, Pak."
"Selamat datang. Pak."
"Pak, apa kabar?”
Terang saja para penggosip itu
tercengang. Mereka melihat Jordan Juwana masuk ke dalam Bunga Central
didampingi pengawal-pengawalnya. la langsung disambut para tamu Kelaurga Wijaya
dan membalasnya.
"Selamat malam..., selamat malam
semuanya!"
Segera itu, baik Jackie maupun Arthur
bangkit dari tempat mereka duduk guna menyambut sang walikota. Hansen langsung
turun dari panggung.
Menggunakan gaya yang sopan dan
merendah seraya agak merundukkan tubuh, Jordan mendatangi Arthur.
"Astaga, Om, Maafkan aku karena
terlambat datang kemari. Ada pertemuan mendadak tadi. Biasalah..., yang mereka
butuhkan hanya persetujuanku, akan tetapi basa-basi pembukaannya panjang
sekali!" ucap Jordan layaknya mengeluh namun berkesan jenaka.
Usai berkata pada Arthur, walikota
juga langsung menjabat tangan Jackie. Bahkan, dia mendekap sang dokter sejenak.
"Dokter Jackie, mohon maaf.
Semestinya aku bisa menyambut dan menemanimu sejak tadi. Saya harap, Anda bisa
mengerti. Kesibukan ini datang dengan sangat mendadak. Sungguh
mengganggu," ucap Jordan dengan raut cerah pada Jackie.
Mengetahui bagaimana Jordan begitu
baik hingga meminta maaf pada Jackie karena telah terlambat hadir, para tamu
terutama mereka yang berkasak-kusuk tercengang setengah mati.
Bisa-bisanya seorang pejabat berkuasa
yang datang dari Keluarga Juwana, salah satu keluarga yang dihormati di Kota
Bunga meminta maaf begitu sopan pada Jackie!
"Pak, justru sayalah yang
berharap menyambut Anda. Selamat datang di Perkumpulan Lengkap. Mari kita
menikmati saat ini bersama-sama," sambut Jackie.
Para penggunjing dibuat terbungkam.
Dengan mata kepalanya sendiri mereka melihat, Jordan begitu menghargai Jackie.
Terutama, mereka yang mendengar permohonan maafnya terhadap si dokter.
Tak mungkin seorang Juwana sekaligus
orang paling berkuasa di Kota Bunga menaruh hormat sembarangan pada orang acak.
Sudah bisa dipastikan, Jackie memang pemuda hebat. Serta-merta, keraguan
terhadap dia pun memudar.
Jordan menoleh pada kerumunan yang
mengelilingi ia dan Jackie, lalu berucap, "Obat 10 Lengkap buatan Dokter
Jackie telah mengangkat nama Kota Bunga. Menteri Kesehatan berpesan padaku,
pemerintah berencana menjadikan Kota Bunga sebagai Kota pusat Kesehatan di
Makara."
Sempat menyatakan mereka tak percaya
pada sosok Jackie, kini sebagian pengunjung Perkumpulan Lengkap
mengangguk-angguk. Jordan bagai memberi konfirmasi bahwa Jackie memang adalah
seorang ahli yang jenius.
"Diakui sudah. Dokter Jackie
akan membawa Kota Bunga lebih dikenal lagi di Makara."
"Keluarga Wijaya sangat
beruntung. Sekarang perusahaan obat-obatan mereka memiliki dokter hebat seperti
dia. Mereka akan menguasai kota ini bersama-sama Dokter Jackie.”
Selain memuji-muji baik Jackie maupun
Keluarga Wijaya, para tamu juga mulai berpikir bagaimana caranya untuk bisa
menjalin hubungan dengan Jackie.
"Mungkin kita perlu mengajak
Dokter Jackie makan malam bersama kita..."
"Aku ingin berbincang dengan dia.
Apakah kita bisa mengatur janji melalui Hansen?"
"Aku akan menyampaikan pada
ayahku. Siapa tahu, keluarga kami bisa mengundang Dokter Jackie ke rumah."
Itulah yang dibicarakan oleh
tamu-tamu tersebut. Mereka sangat ingin mengenal Jackie lebih baik lagi. Tak
ketinggalan, para wanita yang kagum terhadap pesona fisiknya juga mulai
berkasak-kusuk.
"Jika aku mengajak dia nonton di
bisokop, apakah dokter ganteng itu mau atau tidak, ya?"
"Kalau dia datang ke rumahku...
astaga, dokter yang tampan seperti itu bakal membuat kedua orang tuaku otomatis
memberikan restu!"
"Masa depanku sepertinya cerah
apabila Dokter Jackie menjadi kekasihku..."
"Omong-omong, apakah Dokter
Jackie sudah memiliki kekasih atau belum, ya?"
Di saat semua orang di Bunga Central
tengah terlarut dalam keterpesonaan mereka terhadap Jackie, ada dua orang yang
melangkah masuk ke dalam aula.
Kehadiran dua laki-laki tersebut
membuat tamu-tamu terperangah. Perlahan-lahan, mereka menjauh seolah tak ingin
dekat-dekat dua pria tersebut.
Plok...! Plok..! Plok..!
Yang datang itu adalah Xander Rilley.
la hadir bersama seorang pria berusia 50-an namun terlihat begitu berdegap dan
memiliki sorot mata dingin. Xander betepuk tangan seraya bersuara.
"Selamat, Dokter Jackie! Kau
memang hebat. Berhasil meracik ramuan seperti Obat 10 Lengkap. Luar biasa...,
aku mengakuinya. Sayang. Kamu tak bisa membanggakan diri lebih lama lagi.
Sebab, ajalmu sudah dekat, kawan!"
Terang saja seluruh isi Bunga Central
menegang. Dari sikap yang ditunjukkan Xander, dia tampak geram. Apalagi, ia
mengeluarkan kata-kata seperti demikian.
"Bagaimana, dokter sampah,
berhasil panjat sosialnya? Sekarang kau dikenal banyak orang seperti ini...
pacarku yang kau rebut pasti bakalan bangga padamu, bukan?"
Banyak orang dari kalangan atas di
aula paling mewah di Kota Bunga tersebut. Di antara mereka juga ada yang
menghadiri Bunga Gala dan menyaksikan apa yang terjadi waktu itu. Tapi, mereka
sama sekali tak menyangka siapa Jackie sebenarnya.
"Dokter Jackie membuat Vanessa
Halim menolak Tuan Muda Rilley. Xander pasti marah besar!"
"Xander sangat tidak suka pada
Dokter Jackie karena Vanessa Halim lebih memilih dekat dengan si dokter dari
pada Xander. Memalukan..!”
Orang-orang yang bergunjing dan
berubah menjadi percaya kembali goyah. Xander Rilley yang sangat dihormati.
Apalagi, cucu dari Tetua Rilley tersebut menyebut Jackie 'dokter palsu'.
"Jangan-jangan yang dikatakan
oleh Tuan Muda Rilley benar. Dokter Jackie itu sebenarnya bukan
siapa-siapa!"
"Kalau Xander bilang bahwa
dokter muda itu hanyalah seorang dokter abal-abal, aku mempercayai dia!"
Sejak tadi duduk diam pada meja yang
ia tempati, Jackie kembali meneguk anggur dan bangkit berdiri. Tanpa ragu, ia.
berjalan hingga berada beberapa meter di hadapan Xander.
"Halo, Xander. Kita berjumpa
lagi. Kebetulan. Aku telah menanti-nanti untuk bertemu kamu. Sekarang aku tidak
perlu mencarimu, kau sudah datang sendiri," ujar Jackie disertai senyum
enggan.
"HAHAHAHA!" dengan sengaja,
Xander membuat tawa yang kencang guna menanggapi perkataan rivalnya. "Sok
berani sekali kamu. Macam kamu mampu saja menghadapiku."
"Faktanya, kamu bahkan tidak
pernah menyentuhku, Xander."
"Omong kosong! Aku tak bisa
menyentuhmu karena kau dilindungi Vanessa, kamu sadar itu? Dasar laki-laki
lemah... bisanya hanya berlindung di balik wanita. Pun, perempuan itu
seharusnya milikku, Jackie!"
"Mulutmu itu terlalu besar,
Xander. Selalu saja seperti ingin memberitahu orang bahwa kamu berada di atas
mereka. Tapi... apa benar begitu?”
"Kaulah yang sok. Menganggap
dirimu sebagai seseorang yang agung. Padahal, kamu sama sekali bukan
siapa-siapa. Jadi, ada baiknya kau mati saja!”
No comments: