BAB 104
"Tidak bosankah kamu menggeretak
terus, Xander? Kau pikir aku takut dengan ancaman-ancaman basimu itu? Dengar:
aku tak peduli jika yang datang kemari kamu dan gurumu yang katanya misterius
tapi populer itu. Akan ku hadapi kalian."
Deg! Perkataan Jackie membuat para
tamu Perkumpulan Lengkap sangat terkejut. Apakah mereka tidak salah dengar?
Baru saja, Jackie dengan berani mengatakan dia sama sekali tidak takut pada
Dian Diagano!
"Apakah Dokter Jackie sudah
gila?!"
"Dia bilang dirinya tak takut
pada Master Diagano... si dokter antara sudah sinting atau bodoh...?!"
"Benar-benar Dokter Jackie ini
sudah bosan hidup!"
Sudah bsia diapstikan, Jackie
bergeming. Dia tetap terlihat tenang-tenang saja. la tetap berdiri tegak dan
terus menatap ke arah Xander.
"Kamu akan mendapatkan apa yang
kau pinta, kamu tahu itu. Tapi sekarang adalah bukan saatnya bagi guruku untuk
datang kemari, balas Xander diakhiri seringai tidak menyenangkan.
"Kebetulan kamu datang kemari.
Kau tahu mengapa aku ingin berjumpa denganmu, Xander?" tanya Jackie santai
saja.
"Kau minta dihajar
bukan...?" Xander malah kembali berusaha meremehkan Jackie. Akan tetapi,
lawan bicaranya tidak peduli terhadap dia. Jackie berkata lagi.
"Aku dengar, adik seperguranmu
meninggal dunia. Aku sekedar ingin bertanya padamu. Siapa yang telah membunuh
dia?"
Balasan dari Jackie kali itu sama
sekali tidak disangka-sangka oleh Xander. Untuk sejenak, Xander terdiam. la
membuat mimik geram.
"Bukankah kau tahu siapa
pelakunya, dokter menjijikan?" ujar Xander.
"Kamu?" tanya Jackie
singkat.
"Hahaha...! Sekarang coba pikir
saja. Semua orang di sini juga pasti tidak akan percaya apabila ada saudara
satu seperguruan saling bunuh. Sungguh sangat mustahil!" sangkal Xander.
"Bisa saja apabila dia sudah
merencankan semuanya dengan baik, lalu memfitnah orang lain sebagai pelakunya.
Begitu 'kan?" sambut Jackie segera.
"Kamu... kau bermaksud
menudingku? Dengar makhluk rendahan..., mulutmu itu sudah penuh dengan tipu
muslihat. Kau bahkan telah meremehkan guruku. Memangnya siapa kamu? Kemampuanmu
bahkan tidak secuil kelingking pun dari guruku!"
Tiba-tiba saja, lelaki paruh baya
yang datang bersama Xander bersuara lantang, "Siapapun orang yang berani
memihak dokter laknat ini, akan aku pastikan kalian semua tidak akan keluar
dari sini hidup-hidup!"
Terang saja, apa yang diucapkan oleh
lelaki itu membuat para tamu gentar. Mereka mulai melangkah mundur. Ada yang
saling bersembunyi di balik punggung yang lain.
Para wanita ramai-ramai keluar dari
aula utama Bunga Central, karena tidak mau terkena masalah. Sebagian lagi masih
penasaran ingin melihat apa yang akan terjadi selanjutnya.
"Bagus, diam atau lari sana
sebelum kalian aku bantai!" kata pria tak dikenal itu menebar teror pada
tamu-tamu Perkumpulan Lengkap.
Namun terjadi hal tak terduga. Jordan
malah melangkah maju disusul Arthur juga Hansen dan para pria dari Keluarga
Wijaya yang lain. Tidak terkecuali Sherina, kemudian Elvi berdiri di belakang
para pamannya.
"Bagus, kalian semua cari
mati...!" ucap si laki-laki, menatap gahar pada orang-orang yang berada di
belakang Jackie.
"Santai sedikit, Pak Tua. Lagi
pula, aku tidak akan membiarkan kau menyentuh mereka, bahkan sehelai rambut
pun. Omong-omong, aku tidak mengenali Anda. Siapa Anda sebenarnya?" ancam
Jackie balik sembari bertanya.
"Nyalimu boleh juga, Anak muda.
Perkenalkan, namaku adalah Darren Karlos."
Begitu orang yang berdiri di samping
Xander itu menyebutkan siapa dirinya, Jackie langsung tahu. Darren menjumpai
dia karena ingin membalas dendam atas kematian Stella. Sebab, Xander telah
memfitnah dengan mengatakan Stella tewas di tangan Jackie.
"Sekarang kamu tahu, mengapa aku
berniat untuk menjumpai dirimu, bukan, bedebah?" Darren kembali berujar.
Kedua matanya melebar seolah ingin menunjukkan bahwa dia ingin melahap Jackie
sekarang juga.
Darren Karlos mendapat julukan Si
Raja Tinju Mematikan dari Kota Lintang. la adalah paman tertua Stella. Sekarang
dia hadir guna mengentaskan dendam keluarga mereka. Karena, yang Keluarga
Karlos ketahui, Jackielah telah membunuh putri keluarga mereka tersebut.
Begitu tenang, Jackie mengangkat
alis. la pun berkata, "Paman, bukan aku yang membunuh Stella kemenekanmu
itu."
Saat itulah orang-orang di Bunga
Central baru mengetahui. Stella Karlos telah meninggal dunia. Pun, Jackie
tampkanya menjadi tersangka penyebab tewasnya Stella.
Beberapa orang di sana mengetahui.
Stella juga merupakan murid dari Master Diagano. Mereka berpikir, Jackie telah
melakukan kesalahan besar karena telah menewaskan salah satu murid dari Perguruan
Kuil Surya Ungu.
Pria dengan cambang putih yang mulai
tumbuh di hadapan Jackie mentapa lawan bicaranya lekat-lekat. "Kau pikir
aku percaya akan kebohonganmu itu?" dingin Darren bertanya.
"Karena faktanya memang aku
bukanlah penyebab tewasnya kemenakanmu, Paman," Jackie menanggapi tidak
kalah dingin.
"Stella pergi ke Phoenix Bistro
untuk mengkonfrontasi dirimu.., dusta apa lagi yang ingin kamu sampaikan? Akui
saja bahwa kamu telah membunuh dial" ngotot Darren.
"Parnan, aku memang menghadapi
serangan kemenakanmu itu. Karena, dia ingin membunuhku. Aku membela diri.
Tetapi seranganku sama sekali bukan sserangan mematikan," Jackie berkata
dengan menatap Darren tetpat di mata. Dia melanjutkan.
"Lagi pula, sepertinya Stella
telah diperalat oleh seorang pengecut yang enggan menghadapi diriku secara
langsung."
"Hmmmh...," Darren
mendengus singkat lalu berucap, "Berkelit saja terus kamu, Anak Muda.
Karena, sudah ketahuan bahwa kau adalah pembunuh Stella. Tidak mungkin
kemenakanku begitu mudah diperalat orang lain."
"Tentu saja bisa. Apabila, orang
yang berusaha memanfaatkan dirinya adalah orang yang sangat dekat dengan
kemenakan Anda," Jakie memaparkan. Kemudian dia meneruskan kata-katanya.
"Seperti... kakak sepergurannya yang sangat ia kasihi."
Sambil berkata, Jackie melayangkan
tatapannya pada Xander yang berdiri di sebelah Darren. Namun, si Tuan Muda
Rilley sama sekali tidak bereaksi.
"Tidak usahlah kau mengada-ada,
anak bangsat! Xander adalah kakak seperguruan Stella. Tidak mungkin dua murid
yang belajar pada guru yang sama dan mengasihi satu sama lain akan saling
bunuh. Aku tidak akan pernah mempercayai segala omonganmu!" lawan Darren.
"Coba Paman tanya pada kawan
Paman itu, apakah dia memiliki perasaan yang sama dengan Stella? Sebab semua
orang di sini juga tahu. Xander itu menaruh hati pada Vanessa Halim,"
debat Jackie.
Apa yang dikatakan Jackie benar. Ada
orang-orang di sana yang waktu lalu juga menghadiri Bunga Gala. Mereka semua
menyaksikan bagaimana Xander mengungkapkan perasaannya, akan tetapi Vanessa
malah menolak dia mentah-mentah
"Jangan ngawur kamu, Jackie. Kau
pikir Stella tidak mengetahui akan hal itu? Maaf. Aku selalu berbicara jujur
pada adik seperguruanku. Lagi pula, Stella lebih cocok dengan kakak seperguruan
kami, Jason Juanto!" Xander menentang Jackie habis-habisan.
"Aku menyampaikan pada Stella
bahwa kamu menaruh hati pada Vanessa dan dia tidak percaya, menganggapku
membual," jelas Jackie. Dia terus berkata-kata.
"Yang jadi pertanyaannya adalah:
kapan kamu bilang pada dia bahwa kau menyukai Vanessa lantas Stella merasa
baik-baik saja? Sedang, mendengar perkataanku emosinya langsung
meldeak-ledak."
Saat itulah Xander merasa hatinya
tidak tenang. Bahasa tubuhnya tetap kelihatan adem-adem saja. Tetapi Jackie
dapat melihat kegelisahan membayang di sorot mata lawannya.
"Apa perlu aku memanggil saksi,
Xander? Sebab hari itu, Bu Siska Rahayu dan Athena Arwana juga sedang ada
bersama denganku," kata Jackie lagi. Xander pun terlihat menenggak liur.
No comments: