BAB 106
Semakinlah semua orang ketakutan
tatkala mereka melihat gelagat yang mengancam dari Xander. Mereka kembali
mundur karena merasa khawatir, apa yang dilakukan si Tuan Muda Rilley bisa
mencelakakan mereka.
Dari tempat dia berada, Jackie
menatap ke arah Xander. Telah mengetahui Xander mengerahkan ilmu ke tingkat
yang cukup tinggi, tetap saja ia bergeming.
"Kenapa Dokter, apakah kamu
ketakutan karena kawanku telah mengarahkan ilmu andalannya?" ucap Darren.
Jackie bagai tidak menggubris apa
yang diaktakan oleh Darren. Dia hanya melirik ke arah paman dari Stella
tersebut cepat saja. Kemudian, kembali memperhatikan calon lawannya di sebelah
sana.
Rupanya, Xander telah usai merapal
kekuatannya. la menatap Jackie penuh persaaan dendam. Lalu, dia berucap
lantang.
"Kau... kau telah membunuh adik
seperguruanku... nyawa harus dibayar dengan nyawa...!"
Sekali hentak, Xander melayang menuju
ke arah Jackie berada. Darren menyeringai tipis. Dia sudah memastikan. Tak
mungkin Jackie menahan dia sementara menghadapi rekannya.
"Mati kamu...!"
Akhirnya Xander telah tiba di dekat
Jackie. Jemari tangan kanannya seolah telah bersiap untuk melakukan cakaran.
Set!
"Apa?!"
Sekarang Xander terkejut. Tubuhnya
terhenti di udara. Tangannya yang sudah tertekuk bersiap menyerang tak mampu
bergerak.
Bwusssh!
Sebuah ledakan energi berembus
menerpa Xander. Seketika itu juga, tubuhnya terlempar ke belakang sejauh
beberapa meter lalu jatuh di atas lantai Bunga Central.
"Ughhh...!"
Semua orang yang berada di sana
terkesima. Mereka bahkan dibuat tak mampu bersuara. Yang mereka ketahui, Xander
sangatlah tangguh. Dia merupakan murid dari Master Dian Diagano.
Akan tetapi, mereka baru saja
menyaksikan. Bagaimana, Jackie membuat Xander tak berdaya tanpa menyentuh musuh
sedikit pun. Padahal, si Tuan Muda Rilley sudah mengerahkan Metode Surya Ungul
"Jackie, dia bisa menahan,
kemudian membelas serangan Xander?" dalam hatinya Arthur terkagum-kagum.
Begitu pula dengan Jordan. Seakan dia
masih tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi, "Dia berhasil
membuat Xander terempas... Jackie, ternyata... kamu sekuat ini?!"
Saat itu Darren terperangah. Jackie
menahan serangannya yang mengandung kekuatan spiritual tinggi. Kemudian Xander
bermaksud untuk menyerang tapi dimentahkan begitu mudah oleh Jackie, la semakin
tersadar. Sang Dokter bukanlah orang sembarangan.
Tak lagi dapat menahan perasaan
herannya, Darren pun berucap, "Ka-kamu... apakah... kamu adalah seorang
Master?" tanya Darren kebingungan.
Yang ditanya hanya menatap datar ke
arah Darren. Lantas, Jackie berucap, "Apakah kamu masih percaya, bahwa aku
telah membunuh kemenakanmu, Paman?" balas dia bertanya.
Perlahan-lahan, Jackie melepaskan
tangan Darren. Sekarang, paman dari Stella Karlos itu berangsur dapat
menggerakkan tubuh.
Dalam kepalanya, Darren berpikir:
jika Jackie memang membunuh Stella, dengan kemampuan yang dirinya miliki, sang
dokter tidak perlu menyangkali. Menurutnya, bisa saja Jackie langsung
menghabisi dia barusan. Tapi, lawannya hanya membuat dia membeku.
"Menurut hematku, sebaiknya
Paman bertanya saja pada Xander dengan baik-baik, bagaimana bisa Stella
meninggal dunia," lanjut Jackie berkata-kata bak menasihati.
Semakinlah Darren menyadari, Jackie
tidak sedarah dingin itu, dirinya saja dibiarkan hidup. Apalagi Stella yang
kelihatan lugu dan mungkin tak berdaya di hadapan Jackie.
"Lalu..., siapa yang membunuh
Stella....?" tanya Darren dalam benaknya sembari tertunduk menyesal. Sebab
rupanya, dia menuntut balas pada orang yang salah.
Sementara, Jackie melangkah untuk
menghampiri Xander. Berusaha bangkit, cucu Darma Rilley tersebut menatap ke
arah musuh.
Untuk pertama kalinya, Xander merasa
gentar melihat sosok yang terus mendakat padanya tersebut. Semenjak menjadi
murid Kuil Surya Ungu, dia bagai tak memiliki kekhawatiran apapun. Sebab,
Xander yakin benar. Kemampuannya sangat mumpuni.
Sewaktu bertemu Jackie terakhi kali,
Xander merasa percaya diri. Kemampuan Jackie biasa saja. Lagi pula, Vanessa
membantu rivalnya itu.
Akan tetapi, dia baru saja
membuktikan sendiri. Serangan dia tidak berarti apa-apa bagi Jackie. Lawannya
bahkan tidak bergerak sedikipun saat menghadapinya. Tapi tahu-tahu saja,
tubuhnya dibuat terpental sedemikian rupa.
"Aku mengajak Darren untuk
menghadapi Jackie agar segala sesuatunya bisa menjadi lebih mudah. Tetapi
mengapa, sepertinya aku salah. Orang ini... dia.. apakah mungkin dia benar
sekuat ini?!" resah Xander membatin.
"Bagaimana, Xander. Apakah kamu
masih merasa pensaran padaku?" ujar Jackie bertanya pada saat dia tiba di
dekat Xander.
Perlahan-lahan kembali berdiri,
Xander memandang pada Jackie dengan senyum tipis miring yang dipaksakan. Masih
saja ia berusaha terlihat perkasa.
Namun, ada rasa penasaran dalam diri
Xander yang menuntut jawaban. la dikalahkan lawannya tanpa disentuh sama
sekali. Walau perasaan gengsi menghantui, akhirnya Xander memutuskan untuk buka
suara.
"Apakah kamu seorang Master,
Jackie?" tanya Xander sementara berusaha untuk tidak tampak lebih rendah
dari musuh.
Sayangnya, Jackie tidak menjawab. Dia
hanya terus berdiri tegak memperhatikan Xander yang ia telah ia buat tak
berdaya.
Tentu saja, Jackie tidak mau
memberitahu bahwa dirinya adalah seorang kultivator di dunia modern. Karena,
Dewa Agung juga berpesan padanya. Kalau perlu, muridnya tersebut tak perlu
menyebutkan siapa mereka sebenarnya.
Dibanding dengan kultivator, seseorang
dengan predikat Master tidak ada apa-apanya. Kekuatan mereka tidaklah setara.
"Xander, jika kau mau mengakui
bahwa dirimulah yang membunuh Stella, silahkan saja. Aku tidak akan bertindak.
Sebab, aku tidak ada hubungan apa-apa dengan adik seperguruanmu itu. Silahkan
kau bertanggung jawab terhadap guru dan suadara seperguruanmu yang lain."
Malu, Xander tidak menanggapi. Dia
hanya menyusut darah yang menetes dari bibirnya. Akan tetapi, semua orang yang
berada di dekat mereka mendengar percakapan keduanya. Para tamu Perkumpulan
Lengkap silih berbisik satu dengan yang lain.
"Aku pikir Xander Rilley itu
hebat. Tak ku sangka. Kemampuannya hanya sebegitu saja di hadpaan Dokter
Jackie."
"Lucu. Tadi Xander kelihatan
sesumbar sekali. Nyatanya, sekarang dia sama sekali tidak mampu berbuat
apa-apa!"
Selain itu, ada juga orang-orang yang
tadinya menganggap Xander datang dengan mengungkapkan kebenaran. Tapi sekarang,
mereka mulai kecewa dan beralih mendukung Jackie.
"Ternyata Xander itu pembual.
Sungguh mengecawakan. Aku sudah menganggap dia benar. Kenyataannya, ia hanya
petantang-petenteng doang. Tanpa disentuh Dokter Jackie, dia kontan tidak
berdaya!"
"Hanya sebegitu kemampuan
seorang Xander Rilley yang kepulangannya sampai ditayangkan di televisi dan
internet? Cih! Tak ku sangka dia adalah seorang pria lemah."
Tapi memang, yang dirasakan oleh
Xander saat ini persis dengan yang dibicarakan oleh orang-orang di sana.
Di Bunga Gala, kedatangannya disambut
sedemikian rupa. la merupakan pewaris tunggal dari kerajaan bisnis yang
dibangun oleh seorang Darma Rilley yang sangat dihormati.
Sekarang, Xander bak enggan melihat
ke sekeliling. Karena, ia tahu. Sudah banyak orang yang menyaksikan dia
ditaklukkan sedemikian rupa oleh orang yang selama ini dia pandang sebelah mata.
"Kamu masih belum ingin
mengakuinya, Xander?”
No comments: