Monster Penjara Kembali Ke Kota ~ Bab 107

BAB 107

 

"Tenang saja. Aku tidak akan membunuh... seseorang dengan kemampuan rendah seperti kamu. Percuma saja, tidak ada untungnya bagiku."

 

Semakinlah Jackie membuat Xander merasa rendah diri. Padahal selama ini, ia menilai dirinya merupakan pujaan orang-orang terutama kaum hawa di Kota Bunga. Saat ini, dia bahkan tak mamiliki nyali untuk kembali menyerang Jackie.

 

"Tidak usah kau sombong, mantan napi..."

 

"kau hanya beruntung. Kalau saja aku lebih cepat berguru, kamu tidak akan ada apa-apanya di hadapanku, dokter jelata!"

 

Ini adalah alasan serupa yang pernah terpikirkan oleh Xander pada saat dirinya berhasil diimbangi oleh Samuel Wanarto yang juga ada di situ sekarang.

 

Tapi memang itulah yang terlintas dalam kepalanya. Dia berharap sudah berguru pada Dian Diagano sejak lima tahun lalu. Pasti dia tidak akan dikalahkan Jackie seperti sekarang.

 

Mendengar ucapan Xander, Jackie spontan mengangkat alis. "Aku saja hanya berlatih tiga tahun, Xander. Aku rasa... cepat atau lambatnya kamu berlatih bukanlah faktor penentu," kalem dia berkomentar.

 

Ekspresi Xander seketika berubah menjadi semakin redup. Dia sudah menggali informasi mengenai Jackie.

 

Sebelum dicebloskan ke dalam penjara oleh mendiang Gerald Harianto, Jackie memang memiliki kemampuan bela diri yang telah terasah sejak sekolah dasar. Namun, dia bukan seorang atlit, petarung atau semacamnya.

 

Kini, Xander mendengar Jackie hanya berlatih tiga tahun. Akan tetapi, ia bisa membuat dirinya tak berdaya tanpa bergerak sedikipun!

 

Pengakuan Jackie membuat Xander tidak habis pikir.

 

"Mungkinkah belajar ilmu spiritual dalam waktu tiga tahun saja membuat dia sehebat itu?! Tidak masuk akal! Atau Jangan-jangan, informasi yang aku dapatkan tentang orang ini salah?" itulah yang terlintas dalam pikiran Xander.

 

"Bagaimana, Xander? Apakah kamu masih belum juga mau mengungkap soal kematian Stella? Aku beri kesempatan kamu untuk mengatakan yang sejujurnya. Apabila kau mengaku, aku akan mengampunimu," ringan Jackie mencecar.

 

Biasa memandang rendah orang lain, sekarang giliran Xander yang merasa Jackie telah membanting harga dirinya. Malahan seolah, hidup matinya berada di tangan sang dokter. la tak bisa menerima perlakuan tersebut.

 

"Jackie..., aku mesti mengakui, hari ini aku salah karena terlalu meremehkanmu. Tapi lain kali kita bertemu aku tidak akan sebodoh ini. Bersiaplah... aku tidak akan membiarkanmu meninggi seperti ini dihadapanku...!" geram Xander dengan melotot.

 

"Kamu belum kapok juga. Aku sudah memberimu kesempatan. Tahu begitu, aku akan menghabisi kamu saja. Bukankah tadi karnu bilang: 'nyawa dibayar nyawa'? Biar aku yang menggantikan nyawa Stella dengan jiwamu," balas Jackie dengan gaya tenangnya.

 

"He-he-he..!" Xander malah terkekeh. Tahu-tahu saja dia merogoh saku jaket yang dirinya kenakan.

 

Sata itulah Jackie terkejut tatkala melihat Xander memperlihatkan secarik kertas yang dihapit oleh jari jemarinya.

 

"Sampai berjumpa lagi, Jackie!"

 

Tik!

 

Xander menjentikan jarinya yang memegang kertas. Bukan sekedar jentikan biasa. Dia melakukannya menggunakan tenaga dalam. Sehingga, kertas itu bak terbakar.

 

"Sialan....!" Jackie mengumpat seraya maju ke tempat musuh berada. Terlambat. Sosok Xander sudah menghilang dari sana.

 

Melihat Xander dapat lenyap bak terbawa oleh angin, para tamu yang berada di Bunga Central terkejut dan tebingung-bingung. Mereka dibuat terpesona dengan 'atraksi sulap' yang dipertontonkan oleh Xander barusan.

 

"D-dia... menghilang?"

 

"Kemana dia pergi?"

 

"Hebat juga Xander. Dia dapat menghilang tanpa bekas!"

 

"Luar biasa... dia bisa berbuat seperti itu?"

 

Menghela napas, Jackie bertelut di atas tempat Xander menghilang. la akui, dirinya lengah. Sebab dia tidak menyangka Xander memiliki sebuah jimat.

 

Tangan Jackie terulur untuk memungut sisa kertas jimat yang tergeletak di atas lantai. Dia mendekatkan benda itu di depan matanya.

 

"Sudah ku duga. Jimat Perjalanan Dewa," pasti Jackie dalam hati.

 

Jimat Perjalanan Dewa merupakan jimat yang sering ditemui di dunia spiritual. Kertas tersebut biasanya dibubuhi sebuah simbol spiritual tertentu. la dapat menteleportasi seseorang dari satu tempat ke tempat lain dalam sekejap waktu.

 

"Dokter. apakah semuanya sudah baik-baik saja?"

 

"Bagaimana bisa Xander Rilley menghilang begitu saja, Dok?"

 

Para tamu yang menaruh respek terhadap Jackie mendatangi dia. Jackie bangkit berdiri dan tersenyum ke arah para pendukungnya.

 

"Xander sudah pergi dengan... mengandalkan jimat," sahut Jackie, la meremas-remas sisa pembakaran Jimat Perjalanan Dewa yang ada di tangannya.

 

Akhirnya, para tamu bisa merasa lega. Orang-orang yang menunggu di luar karena ketakutan melihat kedatangan Xander dan Darren kembali memasuki aula paling mewah di Kota Bunga tersebut.

 

Musik melantun kembali. Orang-orang bersantai menikmati makanan dan minuman. Bahkan, lebih bersemangat dari sebelumnya. Dengan kocak, mereka berkata bahwa sebelumnya suasana sangat menegangkan sehingga membuat mereka merasa stress.

 

"Untung ada dokter hebat kita: Dokter Jackie. Aku tadi sudah ingin terkencing-kencing rasanya!"

 

"Bersantailah, kawan. Ayo kita makan minum sepuasnya agar menjadi rileks."

 

Begitu candaan para tamu. Melihat Jackie bsia mengatasi Xander dan Darren, mereka merasa girang dan kembali menikmati jalannya acara.

 

Sementara, Jackie berbincang bersama dengan Arthur, Jordan, Hansen dan Samuel. Mereka membahas mengenai kemampuan Xander barusan.

 

"Metode Surya Ungu memang merupakan sebuah teknik spiritual yang luhur. Anda tentunya mengenal istilah 'kultivasi, bukan?" kata Jackie pada kawan-kawannya.

 

"Ya, aku mengerti."

 

"Kadang kalau mendengar mengenai kutlivasi, aku masih percaya tidak percaya. Tapi konon, ilmu kultivasi itu nyata."

 

Sementara Arthur dan Jordan menyimak pemaparan Jackie, Samuel diam-diam saja. Dia pura-pura tidak tahu kalau ketuanya sebetulnya adalah seorang kultivator.

 

"Xander memiliki Jimat Perjalanan Dewa. Itu pertanda kemampuannya berhubungan dengan kultivasi. Namun aku tadi bisa mengetahui. Teknik yang dikerahkan oleh dia hanyalah ilmu tenaga dalam biasa," terang Jackie.

 

Sebenarnya, Jackie tidak terlalu memikirkan Xander. Soal dia bakal membunuh cucu Xander Rilley itu atau membiarkannya hidup, ia sama sekal tak peduli.

 

"Tapi setidaknya, Ketua. Pasti sekarang Xander akan sangat mewaspadai dirimu," ujar Samuel.

 

Selanjutnya, baik Arthur bersama Jordan maupun Hansen dan Jackie yang ditemani Samuel mulai berbaur dengan para tamu. Ada yang membicarkan bisnis tapi Jackie yang mulai banyak penggemarnya didatangi orang yang menyaksikan pertarungan dia dengan si Tuan Muda Rilley.

 

"Dokter, bagaimana? Tadi Xander menunjukkan kemampuannya untuk dapat menghilang..."

 

"Apakah orang itu akan merepotkan jika kalian kembali berhadapan?"

 

Pertanyaan-pertanyaan polos tersebut membuat Jackie tersenyum. "Tidak ada yang perlu dirisaukan. Dia itu menggunakan jimat. Jadi, wajar saja kalau dia membuat kalian seperti menyaksikan pesulap beraksi," jawab Jackie setengah bercanda.

 

"Perbedaan kemampuan Jackie dengan Xander sebetulnya cukup jauh, tuan-tuan, nona-nona. Dokter dambaan kalian ini pasti bisa mengatasi si Rilley sampah itu," tambah Samuel. Orang-orang yang mengidolakan Jackie pun senang dibuatnya.

 

Sedangkan Jackie telah bersiap untuk mencapai Tahap Pembentukan Dasar. Jika sudah begitu, sekalipun Xander dapat menggunakan Jimat Perjalanan Dewa, dia tidak akan bisa lolos begitu saja.

 

"Aku harap kalian tidak resah dengan peristiwa yang terjadi tadi, Jackie berusaha menenangkan pengagum-pengagumnya. "Aku juga akan terus meningkatkan kemampuanku, agar Anda sekalian terutama warga Kota Bunga merasa tenang.”

 

Mendengar Jackie berkata demikian, para pemujanya senang bukan main. Samuel nyaris tertawa melihat bagaimana orang-orang itu sepertinya semakin tergila-gila pada Jackie.

 

"Aku sangat percaya padamu, Dokter."

 

"Aku yakin, aku tidak menggemari orang yang salah."

 

"Dok, Anda semakin ganteng saja jika berkata demikian!"

 

Lantas, Jackie juga terpikir akan rentang waktu perjalanan menuju Pulau Angin Petir yang ditetapkan guruya. "Tersisa satu setengah bulan lagi. Aku perlu mengembangkan kekuatanku dalam waktu dekat ini."

 

Secara tidak sengaja, mata Jackie memandang ke arah posisi Xander berdiri tadi. Jimat Perjalanan Dewa membuat Jackie terpikir, apakah ada kultivator lain di masa ini selain ia dan gurunya? Tapi pemikirannya itu teralihkan tatkala melihat paman dari almarhum Stella Karlos tersebut.

 

Iba melihat Darren yang kemungkinan menyesali tindakannya, Jackie mendekati Darren. Darren menyadari Jackie mendatanginya, lalu dia memandangnya.

 

"Apakah Paman masih berpikir bahwa akulah yang telah membunuh Stella?" tanya Jackie.

 

Bab Lengkap

Monster Penjara Kembali Ke Kota ~ Bab 107 Monster Penjara Kembali Ke Kota ~ Bab 107 Reviewed by Novel Terjemahan Indonesia on May 30, 2025 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.