BAB 109
Jackie dan Sherina yang tengah duduk
di teras bangkit berdiri, seolah sudah tahu siapa yang datang dengan
mengendarai mobil mewah itu.
Lantas, pintu Porche tersebut terbuka
dan terlihat Elvi keluar dari dalamnya.
"Selamat siang
semuanya....!" sapa Elvi setelah dia mendekat ke teras rumah Jackie. Sang
dokter bersama adiknya berdiri, telah siap menyambut dia.
"Selamat siang, El," balas
Jackie.
"Siang El... mobilmu bagus
sekali! Porche... sungguh luar biasa. Seorang gadis sesusiamu mengendarai mobil
cepat seperti demikian!" Sherina memuji sobat barunya.
"Itu bukan mobilku!" balas
Elvi. Sehingga, wajah Sherina dan Jackie menunjukkan bahwa mereka
terheran-heran.
"La-lalu.., mobil siapa itu?
tanya Sherina dengan agak malu-malu. Sebab, ia sudah kadung memuji Elvi dan
kendaraannya.
"Aku datang kemari
mengendarinya, karena sebetulnya.... mobil tersebut akan ku berinak padamu, Kak
Sherinal"
Sontak, Jackie mengangkat alis.
Seketika itu, wajah Sherina menunjukkan kebingungan. Bagaimana tidak? Dirinya
tak menyangka Elvi berkata demikian padanya.
"Aku atau tepatnya, Keluargaku
memberikan mobil itu untukmul" kata Elvi lagi menegaskan.
Gugup karena tidak menyangka Elvi
akan berakta demikian, Sherina menggeleng-gelengkan kepala sembari berkata,
"Tidak, Elvi. Aku aku tidak mungkin menerima mobil itu.... apalagi,
mengendarainya. Sedan itu terlalu mahal buatku!"
Mendengar perkataan sahabatnya, Elvi
menarik napas lalu berucap, "Kak Sherina, harga mobil itu hanya 3 miliar
saja. Atau jangan-jangan kamu tidak suka mobil ini dan ingin yang lain?"
ringan dia berceloteh.
"Elvi, ada-ada saja kamu itu!
Bagaimana mungkin aku tidak menyukai kendaraan seperti demikian? Aku jadi
teringat. Sewaktu ayah sakit, ibu dan aku berjualan di pinggir jalan dekat
rumah. Lantas, aku tidak sengaja menggores mobil mewah milik langganan
kami!"
Saat itu, Sherina ingin menangis
rasanya. Sebab, dia khawatir pemiliknya akan meminta ganti. Sementara, mereka
sedang kesulitan keuangan.
"Beruntung, pemiliknya sama
sekali tidak marah. Jika tidak, entah apa yang akan terjadi tempo hari,"
tandas Sherina.
Kerendahan hati adiknya menggugah
hati Jackie. Dia merasa bersalah. Meninggalkan keluarganya selama tiga tahun,
mereka mengalami banyak penderitaan.
Tapi Elvi berbeda. Keluarga Wijaya
mengaku mereka sempat berada dalam kesulitan terutama sewaktu Arthur jatuh
sakit. Akan tetapi, tetap saja. Dalam keadaan seperti itu, mereka malah
kelihatan semakin kaya saja..
Menghabiskan ratusan juta bahkan
miliaran bagi Keluarga Wijaya bukanlah sebuah masalah. Apalagi sekarang.
Gelombang pertama Obat 10 Lengkap pasti sudah menghasilkan banyak bagi mereka.
Bisa dikatakan, kesejahteraan Keluarga
Winata sekarang sudah menanjak naik, jauh dari sebelumnya. Tapi tetap saja,
Sherina butuh waktu untuk menjadi seorang sosilaita seperti Elvi. Mengeluarkan
uang seratus ribu dalam waktu singkat saja, Sherina masih pikir-pikir.
"Kak, derajat kamu, terutama Kak
Jackie dan keluarga kalian sekarang sudah naik. Lihat rumah ini. Selain itu,
Obat 10 Lengkap sudah mulai disebar ke pasar yang lebih luas. Tak lama lagi,
kalian akan terbiasa memegang uang triliunan," hibur Elvi serius. Dia
melanjutkan.
"Aku tahu. Kak Sherina pasti
merasa belum layak mengemudikannya. Tenang saja. Porche tidaklah seberapa.
Nanti, Kakak akan mengemudikan Maserati!"
"El, maaf. Aku bukan bermaksud
menolak kebaikan hatimu dan kelaurgamu. Tapi... bolehkan jika memang Sherina
tidak menyukai Porche, dia akan menjualnya dan menggantinya dengan yang lain.
Bagaimana?" Jackie mengusulkan.
"Ah..., betul itu! Silahkan
saja. Toh mobil itu sudah milik Kak Sherina. Dia boleh melakukan apa saja
dengannya!" riang Elvi menjawab santai.
"Sudah, sudah. Tak mengapa. Aku
hanya.. ya, merasa tidak pantas untuk mengendarai mobil semewah itu. Aku pun
sebetulnya belum lancar mengendarai mobil," tutur Sherina lugu.
"Nah..., kalau begitu, Kak
Sherina harus sering-seing mengendarai mobil Kakak itu nanti. Supaya, bisa
semakin lancar. Coba Kak Sherina nanti melihat balapan mobil. Pasti, Kakak akan
langsung bersemangat mengemudil cerocos Elvi.
Malam itu, Jackie dan Sherina bersama
Elvi tiba di Gunung Worong. Kawasan itu merupakan salah satu tempat rekreasi
kenamaan di Kota Bunga.
Pada malam hari, Area Gunung Worong
berubah menjadi surga bagi mereka yang memiliki hobi adu kecepatan berkendara.
Karena, jalannya yang begitu mulus dan memang, rutenya sangat cocok untuk
memacu adrenalin.
"Kak Jackie, apakah Kakak pernah
berkunjung ke Universitas Worong?" tanya Elvi sesampainya mereka di sana.
Yang dirinya sebut merupakan perguruan tinggi terkenal di Kota Bunga.
Pertanyaan Elvi membuat Jackie
memandangi putri rekan bisnisnya tersebut sejenak, lantas Jackie menyahut,
"Sesungguhnya, aku memiliki kenangan buruk tentang Unviersitas
Worong," ucapnya dengan senyum miring yang masam.
"Mengapa begitu?" cecar
Elvi. Wajahnya menunjukkan keterkejutan karena jawaban Jackie.
"Mantan kekasihku...
Tina..."
"Oh, ya..." Elvi langsung
menimpali perkataan Jackie yang dia ucapkan lambat-lambat. Pastinya, Elvi sudah
mengetahui siapa nama yang keluar dari mulut Jackie.
"Dia lulusan Unviersitas Worong.
Sehingga, aku sering datang kemari. Aku jadi teringat segala tingkah
Tina."
Semasa dirinya bersama Tina, Jackie
sudah kadung berjanji pada dirinya sendiri untuk menerima Tina dengan segala
kekurangannya. Namun, tingkah pacar mendiang Gerald Harianto itu lama kelamaan
menjadi menyebalkan.
Tina lebih senang bergaul dengan
teman-teman wanitanya yang datang dari kalangan atas, ketimbang mengabiskan
waktu berdua dengan Jackie.
Tapi jika dia sudah melihat gelagat
ada mahasiswi Universitas Worong yang menyukai Jackie atau ada saja salah satu
temannya memuji penampilan fisik sang kekasih, barulah dia ingin tampak mesra
dengan pacaranya itu.
"Sebenarnya, aku hanya ingin
bilang bahwa kau memiliki beberapa teman lulusan sana. Nanti, aku akan
memperkenalkannya pada Kak Jackie," kata Elvi kemudian.
Menyadari akan tercipta suasana
canggung antara abangnya dengan si putri Wijaya. Sherina bersuara, "Aku
suka kawasan Gunung Worong. Rasanya bukan seperti berada di Kota Bunga!"
Akan tetapi, Jackie sudah kadung
terjebak nostalgia. Dia terkenang akan Tina. Sebenarnya, pada awlanya hubungan
dia dengan mantan kekasihnya itu berjalan baik-baik saja.
Mereka bahkan sudah berjanji akan
menikah setelah keduanya menjadi mapan. Tina lebih muda tiga tahun dari Jackie.
Sayangnya, dipenghujung pendidikan perguruan tinggi mereka, Tina mulai teracuni
pergaulannya dengan kawan-kawannya yang kaya, lagi materialistis.
Tidak lama kemudian, Elvi yang
mengemudi membawa kendaraan yang mereka tumpangi tiba di tujuan. Jackie bisa
melihat, mobil-mobil mewah berkecepatan tinggi berjajar di sana.
Diantara mobil-mobil itu ada yang
diperlengkapi dengan sound system luar biasa. Sehingga, suasana di situ
benar-benar meriah.
"Kita sudah sampai!" Elvi
berucap dengan nada riang. "Kak Jackie dan Kak Sherina tunggu sebentar,
ya? Aku akan menjumpai seseorang," ujar Elvi seraya turun dari
kendaraannya.
Yang Elvi kendarai bukan Porche
kepunyaan Sherina. la meminta salah satu pegawai perusahaan Kelaurga Wijaya
untuk membawakannya sebuah Nissan GT-R milik dia sendiri dan menggunakannya
untuk pergi ke Gunung Worong.
Dari sebelah mobil yang dirinya
tumpangi, Jackie melihat Elvi melangkah menuju ke arah seorang lelaki muda
tampan yang juga berjalan ke arah dirinya. la tersenyum, lantas menyapa
laki-laki molek tersebut.
"Holland..!"
"Elvi!" balas anak muda
bernama Holland itu.
Sejurus, Holland menyempatkan diri
untuk melayangkan tatapan ke arah Jackie dan Sherina. Lalu, kedua bola matanya
terhenti sejenak untuk mengamati Sherina.
No comments: