BAB 113
Ujaran Louis membuat Jackie menghela
napas, kemudian ia menoleh ke arah rivalnya berada. la membalas, "Aku
tidak membawa kendaraan, Louis. Bagaimana, apa maumu?"
"Hahaha..! Bisa saja kamu, Jack.
Kau tidak membawa mobil, atau memang tidak memiliki kendaraan...?!" Louis
kembali melontarkan cemoohannya.
Rekan-rekan Louis juga para pembalap
yang lain terkekeh-kekeh. Seolah, mereka merasa senang karena Louis bisa
merendahkan lawannya.
"Sudah begini saja. Aku tahu,
kok, kamu tak punya mobil bukan? Apalagi untuk balapan seperti ini. Terlalu
mahal untukmu, bukan? Begini saja. Agar aku mengetahui sampai mana nyalimu,
naiklah bersama dengan Holland. Dampingi dia!
Bukannya tidak berani. Sebetulnya,
melihat seperti apa suasana di sana, Jackie juga serasa ingin menikmati apa
rasanya memacu kendaraan di Gunung Worong. Kebetulan, ada yang menantang dia.
Terdiam sejurus, Jackie pun menjawab.
"Baiklah jika itu yang kau
mau."
"Wooohhh!"
"Yeaaah..!"
"Akhirnya dia berani juga!”
Teman-teman Louis bersorak-sorai.
Selain merasa girang, mereka juga semi mengejek Jackie. Akhirnya, Jackie
beranjak. Sherina dan Elvi memandangi dia. Elvi tampak menatap cemberut ke arah
Louis yang asyik terbahak-bahak dengan kawan-kawannya.
"Orang itu... benar-benar
kampungan sekali lagaknya!" gerutu Elvi.
Kehadiran Steven Juanto membuat Louis
tidak takut pada Elvi. Dia belum tahu. Keluarga Wijaya sekarang disokong oleh
seorang kultivator. Dia adalah orang yang Louis cela.
"Elvi, temani Sherina, ya? Aku
akan ikut dalam mobil Holland, pesan Jackie. "Sher, selamat menyaksikan
balapan ini. Aku mesti mendukung Holland," kocak Jackie seraya mengedipkan
sebelah matanya.
"O-OK, Kak," jawab Sherina.
Gara-gara kakaknya itu, dia malah jadi canggung. Disela-sela perasaan sebalnya
terhadap Louis, Elvi ingin tertawa rasanya. Karena, dia seolah mengerti dengan
tingkah Jackie tersebut.
Mengetahui Jackie akan ikut, Holland
turun dari mobilnya dan menghampiri Jackie. Kemudian, mereka berdua masuk ke
dalam Toyota Celica milik putra Morgan Kalsino tersebut.
Dari tempat dirinya berada, Louis
tersenyum miring terkesan licik. Tatkala, melihat Jackie telah masuk ke dalam
mobil dari Holland.
"Jadi, apakah ada sesuatu yang
perlu kita lakukan, Holland?" tanya Jackie tidak serius.
Mendengar perkataan Jackie, Holland
menoleh pada kakak dari wanita yang mulai memukau hatinya itu dengan senyum
meriah.
"Mengalahkan Louis, Kak,"
ucap Holland penuh percaya diri.
"Aku tidak bermaksud memberimu
beban mental dan aku yakin kamu hebat soal balapan... terlihat dari kendaraanmu
ini," puji Jackie.
Bagaimana Jackie tidak memuji. la
tahu benar. Toyota Celica yang dirinya tumpangi sudah dimodifikasi
habis-habisan. Mulai dari badan, hingga interior sedan mewah itu telah berubah
sedemikian rupa. Menandakan, pemiliknya memang hobi beradu kecepatan.
Jackie lanjut berkata-kata, "Aku
hanya ingin mengingatkanmu, aku mengenal Louis sejak lama dan dia memang sudah
senang balapan. Namun sekali lagi, aku yakin kamu juga sangat berbakat."
"Hehehe..!" Holland tertawa
kecil. "Kakak benar. Aku tahu Louis memang berpengalaman dan pernah
mencoba menjadi pembalap amatir. Tetapi... jujur saja, Kak Jack. Perkembangan
dia itu tidak signifikan."
"Maksudmu?"
"Ya, banyak orang di sini...
bahkan teman-temannya bilang bahwa Louis itu tak bisa digolongkan sebagai
pembalap jago. Masih banyak pembalap di sini yang kemungkinan dapat mengalahkan
dia."
"Sudah ku duga kamu lebih baik.
Sebab aku juga bisa melihatnya. Beberapa orang yang kau lewati kelihatan menyapamu
dengan segan tadi. Malahan, ada yang hanya bisa memandang tanda kagum
padamu."
"Hahahahal" kedua pria
dalam sedan mewah tersebut tertawa bersama.
"Terima kasih untuk pujianmu,
Kak. Lagi pula, aku tidak perlu mendapat peringkat pertama di balapan kali ini.
Sebab, pusat perhatian semua orang bukanlah aku apalagi Louis. Yang penting,
jangan sampai aku kalah dari kadal buntung itul seloroh Holland. la dan Jackie
kembali tergelak.
Mendengar apa yang diucapkan Holland,
Jackie langsung mengerti. Yang ia maksud pasti ada hubungannya dengan
perseteruan yang terjadi antara Michael dengan Steven.
"Sepertinya. Michael yang akan
menjadi bintang malam ini, bukan?" ucap Jackie tiba-tiba.
Seketika itu, Holland yang duduk di
sebelah tamunya menatap Jackie dengan mata membesar. "Bagaimana Kakak bisa
meramal seperti itu?!"
"Aku tidak meramal. Hanya
menerka bahwa kemungkinan Michael lebih jago soal balap-balapan. Dia bersaing
dengan Steven. Tapi.. aku meragukan Steven. Apakah terkaanku benar?"
Sambil memegang kemudi Toyota Celica
miliknya, Holland terdiam sesaat. Kemudian ia pun menanggapi perkataan teman
barunya.
"Kalau Kakak ngomong begitu tapi
yang Kak Jack ajak ngobrol adalah Louis, pasti akan mendapat jawaban yang
berbeda," ucap Holland bak tengah berpikir.
"Mengapa bisa begitu?"
balas Jackie bertanya singkat.
"Aku tidak tahu kemampuan Kak
Mike persisnya seperti apa. Hanya saja, dia sama sekali tidak gentar terhadap
Kak Steven. Banyak orang di Kota Langit yang memandang Kak Mike sebelah mata.
Mereka semua tidak mengetahui. Kak Mike bukanlah orang sembarangan," papar
Holland.
"Tampaknya memang seperti itu.
Michael itu adalah individu yang cukup menarik bagiku. Pun, dia misterius
orangnya," kata Jackie.
"Kakak akan mengetahuinya
apabila Kakak bertandang ke Kota Langit," Holland berkata diakhiri senyum
jenaka.
"Boleh juga," sambut
Jackie. Maksudnya, dia mengutarakan keinginan untuk pergi ke Kota Langit. Lalu,
keduanya terkekeh ringan.
Balapan akan segera digelar. Seorang
gadis berpenampilan fisik menggemaskan yang mengenakan rok mini juga baju
bermodel crop top melangkah ke depan mobil-mobil mewah yang sudah dimodifikasi
sedemikian rupa.
Brum... brum... bruuuum...!
Deru kendaraan para pembalap
terdengar meruang-raung. Si perempuan cantik merentangkan kain merah yang
berada dalam genggamannya di atas kepala.
"Bersedia...!" ucap gadis
tersebut. "Siaaap..." katanya lagi. "Ya...!" dia
mengakhirinya dengan menghentakkan bendera dalam tangannya ke arah bawah.
Fruuum..! Fruuum!
Mobil-mobil yang mengikuti balapan
melakukan akselerasi, melewati gadis bendera mereka yang berdiri di
tengah-tengah melakukan gestur seperti merasa takut. Padahal ia menikmati
mobil-mobil mewah itu melintas pada sisi kiri dan kanannya.
Saat itulah Jackie mengetahui.
Keterampilan Holland dalam mengemudi tersenyata sangat baik. Pacuan baru saja
dimulai, ia langsung memimpin. Sedan dengan cat erwarna-warninya berada di
depan kendaraan lain.
Selain mengandalkan drone, ternyata
panitia balapan telah menyiapkan juru kamera dan memasang beberapa perangkat di
sekitar lintasan.
Seperti yang disampaikan oleh Louis,
para penonton bisa menyaksikan persaingan para pembalap melalui sebuah layar
LED raksasa yang fungsi aslinya adalah sebagai papan iklan.
"Baru kali ini aku menyaksikan
balapan mobil secara langsung... maksudku apabila di televisi, sama saja dengan
menonton dari kejauhan. Tapi sekarang, bagai benar-benar ada di depan pelupuk
mata!" ujar Sherina.
"Jadi, bagaimana menurutmu, Kak
Sher. Apakah balapan mobil itu seru?" tanya Elvi yang mendengar celotehan
Sherina.
"Y-ya, Elvi. Ini... luar biasa
seru dan tampaknya, laju mobil-mobil itu cepat sekali!" jawab Sherina
tanpa melepaskan pandanganannya dari layar raksasa tersebut.
"Betul, sangat cepat! Kamu baru
akan tahu apabila.... minimal, kau berada di dalam mobilnya," Elvi
memastikan.
Setelah sempat memimpin, Toyota
Celica yang dikemudikan Holland berhasil dilewati oleh Steven. Dia bahkan
menyusul Holland di sebuah tikungan.
Tidak lama berselang, giliran BMW
kepunyaan Michael yang menyusul kendaraan berwarna cerah milik Holland.
No comments: