Bab 24
Jackie memotong apa yang hendak
dikatakan oleh Tina. Sekarang dia apalagi pacarnya semakin gelagapan. Jackie
akan menagih taruhannya dengan Gerald!
"Taruhan? Taruhan apa
Jackie?" tanya Vanessa.
Semua orang yang menyaksikan
persitiwa itu agak terheran-heran. Vanessa jelas menunjukkan bagaimana dia
datang dari keluarga Halim yang sangat dihormati.
Sejak tadi, ia seperti berlaku tegas
terhadap Gerald dan yang lain. Akan tetapi begitu Vanessa berkata pada Jackie,
nada bicaranya lembut seolah penuh perhatian.
"Gerald tadi bilang: apabila aku
berbohong bahwa aku datang ke sini karena kamu, aku mesti menuruni teras ini
dengan gaya squat, lalu merangkak ke gerbang sana. Kalau aku berhasil
membuktikan bahwa aku mengenalmu, aku boleh meminta dia melakukan apa
saja."
Begitu Jackie selesai menjelaskan,
Vanessa langsung menatap ke arah Gerald. "Kamu berani macam-macam pada
tamiku? Sadarkah kamu bahwa dengan melecehkan tamu kehormatanku, itu berarti
kau juga telah memandangku rendah, Gerald?"
Bum! Gerald bagai sebuah bangunan
kuno yang diruntuhkan dengan menggunakan detonator. la baru saja mendapat
teguran keras dari Vanessa.
la tahu. Pengaruh Darma Reilley tidak
ada apa-apanya di depan Vanessa. Apabila Vanessa yang bertindak, niscaya
keluarga Harianto tidak akan bisa berbuat apa-apa. Darma juga pasti tak akan
lagi memandang dirinya.
Melihat bagaimana Vanessa membela
Jackie mati-matian, Tina agak cemburu juga jadinya. Sang mantan kekasih yang
kecupannya tidak tertandingi sekarang bagai telah menjadi 'kesayangan si putri
Halim.
Salah tingkah, Tina berusaha membela
pacarnya. "Kak Vanessa, maafkan Gerald. Dia hanya-"
Plas!
"Apakah Kak Vanessa mengajakmu
berbicara, anak centil?!"
Seketika itu Tina tercengang dengan
loyo. Alih-alih ingin meredakan situasi, tanpa disangka-sangka Yeni mendaratkan
tamparan pada pipi dia.
"Kak Vanessa..., ak-aku memohon
maaf yang sebesar-besarnya. Aku hanya tahu bahwa Jackie adalah seorang mantan
napi, jadi agak mengherankan apabila dia memiliki undangan. Aku tidak tahu jika
dia..."
Plas!
Giliran Gerald yang ingin menjelaskan
duduk perkara terkena tamparan Yeni. Karena terkejut, tubuhnya tersentak. 1
la tahu. Yeni hanya asisten Vanessa.
Tetapi Yeni adalah orang yang sangat dipercaya oleh anak perempuan keluarga
Halim tersebut. Sehingga, dia juga ikutan termangu sama seperti Tina.
"Tidak cukupkah Kak Jackie sudah
menyebutkan bahwa dia datang atas kehendak Kak Vanessa?!" geram Yeni
menegur. Dia belum selesai.
"Tidak percaya pada dia sama
saja dengan meremehkan Kak Vanessa dan Keluarga Halim. Aku tinggal mengangkat
telepon dan acara ini selesai, paham kau, Gerald Harianto?!"
Menyadari ketua panitia Bunga Gala
berurusan dengan salah satu keluarga kaya raya yang sangat berpengaruh di
negara mereka, tamu-tamu yang menyaksikan hal itu seolah dapat merasakan amukan
Yeni.
Mereka terdiam dan ingin angkat kaki.
Namun, para tamu Bunga Gala juga penasaran dengan konklusi dari situasi yang
berlangsung di sana.
"Bukan aku orang yang perlu kau
mintai maaf, Gerald. Kamu harus menyampaikan permintaan maafmu itu pada
Jackie!" tegas Vanessa.
Terang saja Gerald dan Tina
gemetaran. Mereka boleh saja takluk di hadapan Vanessa. Tetapi mengalah pada
Jackie sama saja dengan merendahkan harkat, derajat dan martabat keduanya.
"Kamu dengar apa yang dikatakan
oleh Kak Vanessa, Gerald?" tanya Yeni. Dia membelalakkan kedua mata.
"Y-ya, Bu Yeni. Maaf," ucap
Gerard manggut-manggut tanda merendah, lalu berucap pada Vanessa. "Apa
yang harus aku lakukan, Kak Vanessa?"
"Malah bertanya padaku pula kamu
itu..., tanya pada Jackielah...!" kesal Vanessa cuek.
Diiringi perasaan malu dan tak mampu
menerima bahwa dirinya mesti mengalah pada Jackie, lambat-lambat Gerald
memalingkan wajah pada orang yang sejak beberapa hari lalu ia pandang rendah.
Mengambil napasnya yang nyaris habis
karena berhadapan dengan seorang Vanessa Halim dan mengukuhkan niat, akhirnya
Gerald berucap, "Apa yang mesti aku lakukan... agar kamu
memafkaanku...?"
Dalam hati, Gerald sudah merasa keki
berat. Dia sudah berencana. Apabila Jackie menyuruhnya melakukan yang
tidak-tidak, ia akan membalasnya di lain kesempatan.
Dengan gaya setenang gunung esnya
yang memikat, Jackie memandangi Gerald sejenak. Kemudian, dia berkata,
"Aku hanya tamu dari Vanessa. Seperti yang Vanessa bilang. Melecehkanku
sama saja dengan menghina dia. Jadi..."
Ucapan menggantung dari Jackie
membuat orang-orang menanti apa yang akan dia katakan selanjutnya. Jackie
menoleh pada Vanessa yang berdiri di sampingnya. "Kamu saja yang
memutuskan apa yang perlu dilakukan Gerald."
Serta-merta, Gerald yang sudah
berencana ingin membalas Jackie jika Jackie menitahkan dia berbuat yang
aneh-aneh sirna sudah.
Jackie tidak mau mengambil keputusan
sendiri. Melainkan, dia ingin Vanessa langsung yang menentukannya!
"Baiklah jika itu yang kau
mau," sambut Vanessa.
Lucu. Tina semakin geregetan rasanya.
Jackie terlihat begitu kompak dengan Vanessa. Api cemburu kecil yang menyala
dalam hatinya semakin membara saja.
"Menyebalkan sekali! Mengapa
mereka begitu serasi, sih?!" keluh Tina sebal dalam hati.
Vanessa bertutur, "Kakekku
bilang: 'perlu kerendahhatian untuk bisa menjadi seseorang yang besar. Pemimpin
haruslah melayani, bukan dilayani'. Oleh karena itu, kau harus merendah di
hadapan Jackie, Gerald."
"D-de-dengan cara apa,
Kak?" tanya Gerald gugup.
"Kamu harus berlutut dan
menyembah pada Jackie sembari berkata: 'maafkan aku, aku adalah orang bodoh'.
Begitu," jawab Vanessa diiringi senyum tipis tanda puas.
Sudah barang tentu Gerald
terperangah. Alex dan Cindy ingin kabur. Bukan karena mereka tidak tega akan
melihat Gerald menyembah Jackie. Melainkan, keduanya takut disuruh melakukan
hal serupa oleh Vanessa.
"Oh ya, kau harus melakukannya
tiga kali. Apakah kau mengerti?" jelas Vanessa pada Gerald diakhiri dengan
pertanyaan.
Keringat dingin Gerald semakin
mengucur deras. Dadanya berdegup kencang karena gugup. Lututnya gemetaran.
Menyaksikan semuanya itu, orang-orang
di sana terheran-heran. Menurut mereka, Jackie tidak tampak seperti orang
penting. Akan tetapi, bisa-bisanya Vanessa membela dia habis-habisan. Sebagian
dari mereka berkasak-kusuk.
"Siapa orang itu?"
"Tampaknya dia bukan orang
terkenal..."
"Cowok itu tampan juga...!"
"Apakah dia adalah kekasih
Vanessa Halim?"
Gerald kikuk. Dia menoleh pada
kekasih dan kawan-kawannya. Terang saja Alex dan Cindy hanya bisa tertunduk
karena takut ikut terkena getahnya.
Sedangkan Tina sibuk dengan
perasaannya. Sembari merengut lemah, matanya menatap Jackie dan Vanessa.
Perasaan cemburu terus membayangi hatinya karena melihat kekompakkan yang
ditunjukan dua orang itu.
"Ba-baiklah, aku akan melakukan
seperti yang Kak Vanessa katakan."
Menguatkan diri dan membulatkan
tekad, Gerald bersiap-siap. Hatinya berkata tidak ingin melakukan apa yang
diinstruksikan Vanessa. Tetapi, nama keluarganya sedang dipertaruhkan sekarang.
Tiba-tiba, seorang pria yang sejak
tadi memperhatikan apa yang terjadi memisahkan diri dari kerumunan dan
melangkah ke arah Jackie dan Vanessa.
"Maaf, Kak Vanessa. Bukannya
saya usil. Tetapi, saya ingin mengusulkan bagaimana kalau permasalahan ini
diselesaikan dengan damai."
Sontak, Vanessa mengarahkan kepala pada
orang itu. "Maaf, siapa Anda?"
No comments: