Bab 25
"Kak Vanessa. Senang bisa
bertatap langsung dengan Anda di sini. Perkenalkan, aku adalah Willy Yuwono
Manajer Operasional di Nav Tech Corp."
"Halo, Pak Willy," balas
Vanessa datar seolah menunjukkan bahawa dirinya tidak tertarik terhadap Willy.
"Kak Vanessa, saya sudah
menyimak apa yang terjadi sejak kakak ini tidak diizinkan masuk," ujar
Willy. Dia menoleh singkat ke arah Jackie lalu melanjutkan.
"Mungkin ada baiknya apabila
kedua belah pihak melupakan semuanya. Karena saya yakin, apa yang berlaku di
sini hanyalah sebuah kesalahpahaman."
Sedangkan Jackie terus memandang
tajam ke arah Willy layaknya menaruh curiga. Nav Tech Corp merupakan sebuah
perusahaan bioteknologi yang cukup terkenal di Kota Bunga.
Tidak ada yang mengetahui, kini
perusahaan tersebut tengah mengembangkan sebuah teknologi. Akan tetapi, mereka
kekurangan dana.
Ada maksud dari Willy datang ke Bunga
Gala, la berusaha mendapat bantuan dari tokoh-tokoh kalangan berduit yang hadir
di sana.
"Pak Willy, situasi ini sama
sekali bukan urusan Anda apalagi Nav Tech Corp. Saya sedang berusaha
menyelesaikan permasalahan tamu kehormatan saya dengan orang-orang ini,
terutama Gerald Harianto," dingin Vanessa menolak usul Willy.
"Y-ya, saya mengerti. Ini masalah
harkat, derajat dan martabat. Saya menyimak dari tadi dan mendengar... kakak
ini adalah seorang mantan napi, bukan? Begini saja. Bagaimana kalau beliau
berdamai dengan Kak Gerald dan Kak... Jackie, bukan? Akan bekerja di Nav Tech
bersama saya."
Begitu tutur Willy. Sebenarnya, dia
memiliki agendanya sendiri. Jika dia ingin Nav Tech Corp mendapat kucuran dana,
keluarga kaya yang mesti dirinya dekati terlebih dahulu adalah Keluarga
Harianto.
Tetapi setelah mengamati insiden yang
dialami Jackie dan melihat Vanessa berpihak pada si mantan napi, Willy
menelurkan ide.
Dia berpikir: membela Gerald akan
memuluskan jalannya untuk menjalin kongsi dengan Keluarga Harianto. Menerima
Jackie bekerja di perusahaannya akan membuat ia dipuji oleh Vanessa.
Kesimpulannya, sekali dayung dua tiga
pulau terlampaui. Willy mendapat kepercayaan dari keluarga Harianto, sekaligus
mencuri perhatian Vanessa.
"Aku bisa langsung membuat Kak
Jackie menempati posisi Wakil Manajer Operasional," tandas Willy diiringi
senyum.
"Pak Willy, sewaktu saya baru
lulus kuliah, saya pernah mengajukan lamaran ke perusahaan Bapak itu,"
Jackie menanggapi.
Sejurus, Willy terdiam dengan
mengangkat alis sinyal dia agak terkejut dengan perkataan Jackie. "Bagus!
Lantas, apa yang terjadi sehingga aku tidak melihat Anda bekerja di perusahaan
kami? Euh.., apakah ada sesuatu yang terjadi?"
"Tahukah Bapak bahwa saya
mengajukan diri untuk posisi yang Bapak tempati sekarang?"
Terang saja apa yang diucapkan oleh
Jackie membuat Willy terkejut. Dia tertegun sedangkan Jackie lanjut memaparkan.
"Nav Tech Corp menolak saya
mentah-mentah, lalu secara tidak sengaja saya mendengar ada orang-orang yang
mengatakan posisi itu sebetulnya sudah ada yang akan mengisi. Namanya Willy,
kemenakan pemilik Nav Tech Corp."
Begitu Jackie memaparkan
pengalamannya, Vanessa juga Yeni langsung menatap dongkol pada orang yang
berusaha menengahi konflik antara Jackie dengan Gerald tersebut.
Jeger! Mulut Willy membuka sedikit,
usai Jackie membongkar mengenai latar belakang keberadaannya di perusahaan
milik keluarganya tersebut.
"Mohon maaf, tidak. Aku tak mau
bekerja di sebuah perusahaan yang mengedepankan nepotisme," pungkas Jackie
dingin.
"Maaf Pak Willy, sepertinya
kreadibilitas Anda masih terlalu rendah untuk..., berusaha menjadi... 'wasit
dalam permasalahan yang dialami oleh tamu saya. Jadi silahkan, Anda kembali ke
tempat Anda," ujar Vanessa sinis.
Seketika itu Willy bungkam seribu
bahasa. Berusaha menjaga gengsi, ia tidak benar-benar menjauh dari tempat
Jackie dan Vanessa berada. Dia hanya undur diri selangkah dan memutuskan untuk
menyimak semuanya hingga selesai.
"Gerald!" sapa Vanessa pada
orang yang sudah merendahkan tamu istimewanya. "Kau sempat berpikir bahwa
dirimu bisa selamat dari hukumanmu, bukan? Sayang..., itu tidak akan pernah
terjadi. Sekarang, perbuatlah seperti yang aku katakan padamu tadi!"
tegasnya.
Memang benar. Untuk sesaat, Gerald
sempat menyangka bahwa kehadiran Willy dapat meloloskan dirinya dari taruhan
yang telah ia jalin bersama Jackie. Namun apa daya, Jackie malah mematahkan
semuanya.
Sekarang dengan berserah, Gerald
lambat-lambat merendahkan tubuh untuk bertelut di hadapan Jackie. Kemudian, ia
berusaha bersuara. Namun, semakin banyak tamu undangan yang datang dan
memandangi dia sehingga ia semakin kehilangan muka rasanya.
"Eh, bukankah itu Gerald
Harianto?"
"Kenapa dia bersimpuh seperti itu?"
"Itu adalah Vanessa Halim!
Apakah sudah terjadi sesuatu di sini?"
"Sepertinya dia bermasalah
dengan putri Halim itu..."
"Bodoh sekali apabila dia
mencari gara-gara dengan Vanessa.
Orang-orang yang berada di beranda
Bunga Central mulai berkasak-kusuk. Gerald menyadari bahwa dirinya sudah
menjadi badut. Tubuhnya gemetaran karena malu.
"Aku ingatkan kamu, Gerald.
Semakin lama kau melakukan apa yang diinginkan Kak Vanessa, kamu akan semakin
malu sebab orang-orang yang berdatangan semakin banyak saja," Yeni
mengingatkan.
"Begini, deh," Vanessa
turut angkat bicara. "Kamu tahu "kan? Aku bisa menghentikan acara ini
kapan saja aku mau..."
Belum sempat Vanessa meneruskan
kata-katanya, Gerald sudah menimpali, "Kak Vanessa..., tolong jangan...!
Jangan sampai Kakak menghentikan atau membubarkan acara ini. Tetua Rilley sudah
menaruh kepercayaan padaku... aku tidak ingin dia merasa kecewa!"
Gerald mulai panik. Tak terbayangkan
olehnya apabila Vanessa benar-benar membubarkan gelaran yang sudah ia galang
sejak berbulan-bulan.
Sudah bisa dipastikan, dirinya akan
menanggung malu. Dia telah membuat kedua orang tuanya bangga karena dirinya
telah mendapat kepercayaan dari Damar Rilley. Ayak dan ibunya memuji-muji dia.
Tapi jika sampai acara itu tak
berlanjut apalagi disebabkan oleh seorang Vanessa Halim turun tangan, orang
tuanya pasti akan sangat kecewa. Bisa-bisa, namanya dicoret dari daftar ahli
waris!
"Kalau begitu ayo cepat, sudah
sumpek aku berada di sini sejak tadi! sambar Vanessa tidak sabar.
"B-ba-baik, baik...!"
Gerald cepat-cepat memastikan.
Setelahnya, dia merundukkan tubuh,
melakukan gerakan bersujud ke arah Jackie juga Vanessa yang berdiri tepat di
hadapannya.
"Maafkan aku, telah
menyinggungmu, Jackie, Kak Vanessa..."
"Akui bahwa kamu telah melakukan
kebodohan pada Jackie dan Kak Vanessa!" galak Yeni menambahkan.
Sampai-sampai Vanessa dibuat terkejut olehnya. Tetapi, putri Keluarga Halim itu
tampak puas.
"Ba-baik, Bu!" Gerlad
menyahut buru-buru. "Maafkan aku telah menyinggungmu, Jackie, Kak Vanessa,
aku mengakui bahwa aku telah melakukan kebodohan terhadapmu!"
Terdengar kekehan tertahan pada saat
Gerald menyembah-nyembah pada Jackie dan Vanessa. Bukan apa-apa. Sejak
dipercaya oleh Darma Rilley, dia menjadi angkuh dan bertindak seenaknya pada
banyak orang.
"Rasakan itu, Gerald!"
"Dia tidak bisa sombong di
hadapan Vanessa Halim!"
"Mampuslah dia!"
Bisikan-bisikan tanda geram yang
ditujukan pada dirinya bisa Gerald dengar meski sayup-sayup. Semakin saja dia
merasa rendah diri.
Selesai Gerald menyembah, Vanessa
berucap pada Jackie "Ayo kita masuk."
Tanpa berkata-kata lagi pada Gerald
yang bangkit, Vanessa bersama Jackie, diiringi oleh Yeni, masuk ke dalam Bunga
Central.
Orang-orang yang sebelumnya menyaksikan
konfrontasi antara Jackie dengan Gerald mengikuti mereka sambil menyempatkan
memandang Gerald dengan senyum jenaka yang meremehkan.
Belum pernah Gerald dipermalukan
seperti itu seumur hidupnya. Ia merasa kikuk dan tak ingin melihat ke sekeliling.
Tina menghampiri.
"Ger..., kamu... kamu tidak
apa-apa, bukan?" tanya Tina bermaksud menaruh perhatian pada sang kekasih.
"Diam, kamu! Pacar tak berguna!
Aku dibikin malu sedemikian rupa malah diam saja, bantu aku, kek!" bentak
Gerald ngambek.
"Maksudmu...?! Aku tadi
sudah-"
"Ah, sudah diam, kau! Kamu
barusan terpesona melihat Jackie bisa mengenal Vanessa 'kan? Saking kagumnya,
kamu tidak bisa berbuat apa-apa! Sialan kamu!"
Seandaikan Tina tidak sedang panjat
sosial dengan mau menjadi kekasih Gerald, mungkin dia sudah menampar pemuda
tersebut dan pergi dari sana sekarang juga.
Tetapi, Tina masih butuh untuk
dimanjakan oleh duit Gerald. Sehingga, ia diam saja. Matanya yang memandang
Gerald kuyu menyorot agak tajam.
Terus terang, apa yang dikatakan Gerald
benar. Tina memang menaruh keterkaguman pada Jackie. Sebab, mantan pacarnya
tersebut kelihatan ganteng sekali malam itu.
Satu hal yang membuat Tina terpesona
pada Jackie adalah mantan kekasihnya bisa mengenal Vanessa begitu dekat.
"Sampai-sampai Vanessa membela
Jackie setengah mati! Kurang ajar... apa yang sebenarnya telah Jackie lakukan
terhadap Vanessa sehingga ia bisa mendapatkan hati si putri Halim?!" risau
Tina dalam hati.
"Ger, tenang. Aku rasa kedekatan
Jackie dengan Vanessa hanya kebetulan saja. Mungkin Jackie sedang panjat sosial
dengan menipu Vanessa. Tunggu hingga Vanessa menyadarinya. Nanti juga dia pasti
meninggalkan Jackie," Alex berkomentar untuk menenangkan kawannya.
"Betul, Ger. Siapalah Jackie
itu. Hanya seorang kriminal. Lihat saja nanti, pasti dia kena batunya. Vanessa
akan mengembalikan dia ke dalam penjara!" tambah Cindy.
Perkataan kawan-kawannya membuat
Gerald terdiam. Wajahnya masih cemberut. Kemudian dia berucap pada Tina.
"Ayo kita masuk ke dalam!"
Tina segera meraih lengan Gerald dan
keduanya berjalan menuju pintu masuk Bunga Central. Alex dan Cindy buru-buru
mengikuti mereka. Namun, Gerald mendadak membalikkan tubuh.
"Ngapain kalian ikut-ikut
denganku?!" sentak Gerald sehingga Alex dan Cindy terperanjat.
"K-ka-kami akan masuk ke dalam
bersamamu..." jawab Alex kaget.
"Enak sajal Gara-gara kalian
mencari masalah dengan Jackie, aku mesti berhadapan dengan Vanessa Halim!
Tidak, aku tidak mengizinkan kalian masuk ke dalam... pergi sana! Jangan ganggu
aku lagi!"
Dihardik sedemikian rupa oleh teman
mereka, Alex dan Cindy terdiam. Mereka sama sekali tidak menyangka. Tadi,
keduanya berusaha membela Gerald. Tetapi sekarang, Gerald malah mengusir
mereka.
Disertai perasaan sebal juga kesal,
Alex langsung menggandeng Cindy dan keduanya pun memutuskan hengkang dari situ
tanpa bersuara.
"Tikus-tikus pergaulan
berengsek! Bisanya menggerogoti dan menyusahkan orang saja!" gerutu Gerald
sembari memasuki ambang Bunga Central bersama Tina yang tersenyum masam tanda
setuju pada perkataan kekasihnya.
Di dalam aula Bunga Central. Mata
semua orang yang berasal dari kalangan atas tertuju pada Vanessa, tatkala dia
kembali memasuki ruangan besar bersama seorang laki-laki asing berbusana
perlente namun kasual.
"Siapa orang yang bersama Vanessa?"
"Tidak tahu. Baru kali ini aku
melihat Vanessa jalan berdampingan dengan lelaki yang sama sekali tak
dikenali."
"Astagal Siapa cowok ganteng
itu?"
"Parasuya manis, posturnya
ideal. Apakah aku kurang bergaul sehingga melewatkan serigala jantan macam
dia?"
Namun karena kejadian dengan Gerald
sebelumnya, orang-orang mulai tahu siapa Jackie.
"Apa? Dia adalah seorang mantan
napi?!"
"Dari Bawah Sembilan pula.
Jangan-jangan dia seorang residivis!"
"Menjijikkan sekali! Dia tak
pantas berada di samping Kak Vanessa!"
"Sampah masyarakat seperti dia
seharusnya diusir saja... dia tidak layak berada di antara kita!"
Mereka mulai menjelek-jelekkan
Jackie. Di saat orang-orang kalangan atas itu masih asyik memaki dan memandang
rendah sang dokter, tiba-tiba seseorang berkomentar dari belakang mereka.
"Memangnya ada apa dengan
seorang mantan napi dari Bawah Sembilan? Kalian keberatan ada seseorang macam
itu di antara kalian?"
No comments: